Fenomena Cinta Dunia dan Takut Mati

FENOMENA CINTA DUNIA

DAN TAKUT MATI

 

MUQADDIMAH :

 

Bercerita Tentang Hakikat Dunia…

 

Ternyata semakin dikejar semakin menjauh…

 

Sedangkan akhirat yang terus dilalaikan, ternyata semakin mendekat…

 

 

Angan-angan hidup di dunia pun semakin Panjang…

 

Namun Bayangan kematian selalu menghantui perasaan setiap saat…

 

Mungkinkah Penyakit Wahn Sudah Menjangkiti Hati Ini ?…

 

 

 

Sebuah Renungan :

Ditambah mengapa hati ini selalu galau dan gelisah ?…

Malas beribadah…

Susah khusyu’ dalam shalat…

Hilang rasa manisnya bermunajat ….

 

Apakah ada yang salah dalam hidup ini ?…..

Sudah benarkah kita dalam memandang hakikat kehidupan ?…

Ataukah kita salah dalam memahami tujuan hidup …..


*Mungkinkah Karena Fenomena Cinta Dunia Dan Takut Mati *

FENOMENA CINTA DUNIA

 

 

Salahkah Jika Aku Cinta Dunia ?

Cinta istri, anak, harta, kendaraan, sawah ladang adalah fitrah sifat alami manusia…

Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 14 :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan terhadap apa yang diinginkan, yaitu berupa : Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.

Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran: 14).

Wanita, harta dan tahta adalah tiga hal yang tidak akan pernah sepi dari para pengejarannya….

Karena sesuai fitrahnya, manusia berusaha mewujudkan apa yang diinginkan, dan memenuhi apa yang menjadi kesenangannya.

Itulah Fitrah, sehingga tidaklah tercela jika memenuhi hasrat rasa sukanya tersebut…

Yang tercela adalah apabila berlebih-lebihan dalam hasrat kesenangannya dan memperturutkan hawa nafsunya…

 

 

Berlebihan Cinta Wanita, Harta Dan Tahta…

Apakah Dampaknya ?….

Gara-gara wanita, Si Qabil, anak laki-laki Nabi Adam ‘Alaihissalam tega membunuh saudaranya sendiri Habil, demi merebut si cantik Iqlima…

Gara-gara kekuasaan, Si Fir’aun Mesir, mengeluarkan perintah pembunuhan massal bayi laki-laki, karena takut kelak di antara bayi-bayi itu ada yang merebut kekuasaannya…

Gara-gara kekayaan, Si Qarun, menjadi congkak dan sombong. Sehingga Allah benamkan dirinya beserta seluruh harta kekayaannya ke dalam perut bumi, hingga tak tersisa sedikit pun…

Memandang Hakikat Dunia

 

Sehingga Bagaimanakah kita memandang hakikat dunia ?

Apakah hati ini selalu memuji dan mengejarnya ?

Ataukah kita memandangnya sesuatu yang kerdil dalam jiwa ?

 

Dunia Sangatlah Kerdil

فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ (38)

Tidaklah kehidupan dunia dibandingkan akhirat melainkan sesuatu yang sangat sedikit. (At-Taubah : 38).

Sesuatu yang sedikit, kerdil, kecil….

Pantaskah kita menghalalkan berbagai cara untuk meraihnya ?….

 

Dunia dibandingkan dengan akhirat hanyalah seperti jari telunjuk yang dicelupkan ke dalam Samudra luas…

Bagaimana mungkin kita kerja untuk yang menempel pada satu jari tsb…

Dan meninggalkan air laut yang tidak terhingga…

Bagaimanakah cara mengerdilkan dunia dalam hati ?

Kerdil dihati tidaklah bertentangan dengan dunia itu besar ditangan.

Kerdil bukanlah faqir, miskin dan papa.

 

Siapa yang tidak kenal Utsman bin affan…

Yang sekali infaq 1000 ekor unta….

Sehingga kerdil bukanlah kerdil di tangan….

Namun kerdil yang sesungguhnya adalah kerdil di dalam hati….

 

Utsman dengan kekayaannya adalah orang yang zuhud….

Karena menjadikan dunia bukan dihati, tapi ditangan….

 

Dunia Dan Sayap Nyamuk

Dunia ini tidak lebih baik dari seekor nyamuk !…

عن سهل بن سعد قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ.

Dari Sahl bin Sa’ad berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda, “Seandainya dunia ini sama nilainya dengan sayap nyamuk di sisi Allah. Niscaya Ia tidak akan memberikan minuman dari dunia itu kepada orang kafir, meskipun hanya seteguk air” (HR. Tirmidzi. Syeikh Albani menshahihkan hadis ini).

Sehingga pantaskah kita korbankan Akhirat hanya demi sesuatu yang tidak lebih bernilai dari sayap seekor nyamuk.

 

Kerdil Namun Terlihat Manis Dan Hijau

Memang dunia ini manis rasanya dan enak dipandang,  maka manusia tertarik dengannya.

Betapa banyak manusia yang hanya memburu dunia setiap saat tidak mengenal waktu, siang dan malam, panas dan dingin. Bahkan terbawa dalam mimpi…

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بْنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاء

Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israil adalah karena wanita.”

Sesuatu yang hijau dan manis belum tentu menjamin untuk dapat memperoleh kebahagiaan dan ketenangan….

Karena betapa banyak orang yang punya harta yang melimpah, punya segala macam pasilitas dunia…

Punya mobil mewah, rumah megah, apa saja yang dia mau makan semua bisa dibelinya,  tetapi justru hidupnya tidak tenang tidak bisa dinikmati.

 

Dunia Bagaikan fatamorgana

Seperti itulah dunia. Ia adalah kehidupan yang tidak abadi, kebahagiaan yang menipu, dan kesenangan yang semu.

Namun, sangat disayangkan masih saja banyak yang tertipu. Apakah mereka ini tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu akan hakikat dunia yang sebenarnya?…

Allah Ta’ala berfirman :

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. al-Hadîd [57]: 20).

Dunia tak lebih dari sebuah tanaman yang tumbuh subur di musim hujan, yang tidak seberapa lama kemudian layu dan mengering di musim kemarau…

Dan akhirnya bak anai-anai yang beterbangan ditiup angin. Sungguh, betapa cepatnya tanaman itu binasa…

Berapa banyak orang yang sudah berpulang mendahului kita? Dan berapa banyak orang yang akan datang menggantikan kita?…

Perumpamaannya seperti sebuah ombak di lautan yang datang silih berganti. Satu ombak hilang ditelan pantai, datang berikutnya susul-menyusul….

Begitu pula dunia ini, hilang satu tumbuh seribu. Jika saatnya nanti tiba, semua akan binasa….

Sungguh diri ini kadang terkagum-kagum dengan dunia. Begitu terpesona sampai lupa daratan. Dunia pun dikejar-kejar tanpa pernah merasa puas….

Indah dan melenakan. Itulah dunia. Karena itu, tak sedikit yang sengsara dibuatnya. Ada yang celaka, ada juga yang terhina.

Andaikata ada yang bahagia karena dunia, itu hanya sementara…

Karenanya, kita harus senantiasa waspada. Jangan sampai terlena….

Jika tidak, kita akan menjadi korban berikutnya….

Dunia Dan Peserta Ujian

Dunia ini Tak ubahnya seperti sebuah ruang ujian…

Di mana seorang peserta ujian hanya diberi waktu terbatas untuk mengerjakan soal-soal ujian itu…

Begitu pula manusia di dunia ini, ia selalu menghadapi ujian, semenjak baligh sampai meninggal dunia…

Peserta ujian akan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, terlebih jika masa ujian sudah dekat….

Sedangkan manusia masih saja berleha-leha dan lalai, padahal ia tidak tahu kapan waktu ajalnya tiba. Bisa lusa, besok, ataupun nanti.

Para peserta ujian sekolah masih punya kesempatan untuk mengulangi ujiannya jika gagal di ujian tersebut….

Sedangkan ujian hidup ini cuma sekali, tidak ada kesempatan kedua…. Jika manusia gagal di ujian yang hanya sekali itu, berarti ia gagal untuk selama-lamanya…

Oleh karena itu, gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya, karena penyesalan di hari esok tiada guna.

Peserta ujian sekolah bisa beralasan kenapa gagal ujian.

Sedangkan engkau, apa yang akan engkau ajukan?…

Al-Qur`an sudah diturunkan, Rasul sudah diutuskan, halal dan haram sudah dijelaskan, dan jalan yang menuju ke surga maupun ke neraka juga sudah ditunjukkan.

Bahkan engkau sendiri pun sudah dibekali dengan akal pikiran; bukankah itu untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan? Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir” (Q.s. al-Insân [76]: 3).

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan jalan kejahatan)” (QS Al-Balad: 10).

Sehingga Berusahalah agar hasil ujian kita di dunia ini baik dan memuaskan…

Bergembiralah, meskipun engkau hidup seakan-akan dalam penjara, namun pastinya elak engkau menjadi orang yang beruntung….

Dunia Adalah Penjara

Di mata orang beriman, dunia tak lebih dari sebuah penjara karena ia tidak bisa bebas sepuas-puasnya. Ia tidak bisa mengumbar nafsu semaunya. Ada aturan yang membatasinya…

Jika ia melewati batas itu, ia akan terjungkal sedalam-dalamnya ke lembah kenistaan yang berujung penyesalan….

Namun, sebaliknya, bagi orang kafir dunia ini adalah kesenangannya. Dunia ini adalah ‘surga’nya.

Ia bebas melakukan apa saja semaunya; tak ada yang melarang. Begitulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengabarkan, dalam sabdanya :

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim).

 

Dunia ibarat lautan dalam

Siapa pun tahu seperti apa laut. Hamparan air yang membentang nan luas, dari ujung pantai ke pantai lainnya, tempat di mana sungai-sungai ‘memuntahkan’ airnya…

Pada umumnya, garis-garis pantai adalah titik dangkal di mana manusia bisa menikmati air laut, dengan cara menceburkan diri….

Dan sesuatu yang sudah maklum, jika dasar laut itu semakin ke tengah semakin dalam…

Sehingga para perenang itu, jika semakin ke tengah berenang, semakin tinggi pula risiko tenggelamnya. Dan jika sudah tenggelam, semakin susah pula selamatnya.

Begitu juga dunia. Ketika masih di pinggiran, ia belum kelihatan menarik di mata. Namun semakin ke dalam manusia mencari, semakin tampak pula keindahannya.

Hingga apabila sudah sampai titik puncaknya, manusia pun dibuat terlena olehnya. Kini, ia bukan hanya  menarik di mata, tetapi juga memikat jiwa…

Oleh karena itu, orang mukmin akan ekstra hati-hati ketika menceburkan diri ke dunia, jangan sampai terseret ombak yang akan menjerumuskannya. Sebab jika sudah terjerumus, sangat susah untuk melepaskan diri darinya….

 

 

Sebuah petiklah nasihat Hasan al-Bashri, seperti yang diungkap Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Dzamm ad-Dunyâ :

“Berhati-hatilah kalian dari menyibukkan diri dengan perkara dunia, karena ia dipenuhi kesibukan. Barang siapa yang berani membuka salah satu pintu kesibukan itu, niscaya akan terbuka untuknya sepuluh pintu kesibukan lainnya, tidak seberapa lama kemudian.”

Oleh sebab itu, kendaraan orang mukmin ketika mengarungi samudera dunia adalah perahu takwa, berdayung iman dan berlayar tawakal….

Itulah kunci keselamatan. Sungguh, betapa sedikitnya yang selamat!

 

Sikap Bijak Dalam Memandang Dunia

Bagaimanakah orang mukmin memandang dunia?

Orang mukmin adalah sebaik-baik makhluk dalam memanfaatkan dunia…

Baginya, dunia bukanlah tempat untuk mencari kepuasan lahiriah semata, karena ada hal yang lebih penting dari sekadar kesenangan duniawi…

Menurutnya, kebahagiaan tidak terletak pada materi, namun lebih pada ketentraman hati..

Yaitu hati yang disirami oleh cahaya keimanan, hati yang tersentuh oleh panggilan ilahi. Itulah sumber kebahagiaan.

Oleh karena itu, ia tidak memandang dunia sebagai tujuan utama hidupnya…

Dunia adalah tempat baginya untuk menyusun dan merencanakan hari esoknya yang lebih cerah…

 

 

Kesenangan Yang Hakiki

Karena kesenangan hakiki itu tempatnya ada di hati, hati yang tersentuh oleh cahaya ilahi. Seberapa banyak orang yang berharta namun tidak bahagia?….

Seberapa sering dijumpai orang yang bertahta namun tidak tenang hidupnya?…

Dan tidak jarang kita jumpai orang yang beristri cantik namun hidupnya sengsara…

Orang lain menganggap hidupnya senang, namun dirinya mendapati batinnya ‘berteriak…

Sebaliknya, tidak sedikit orang yang hidupnya melarat, untuk sekedar makan saja ia kesusahan, tetapi secara batin ia bahagia….

Tidak jarang pula orang yang istrinya tidak begitu cantik tetapi ia berbahagia dengan hidupnya…

Apa sebabnya ? Karena ia telah menemukan ketenangan di dalam hatinya…

Sesuatu yang tidak bisa didapatkan dari harta, tahta, dan wanita…

Ya, itulah keimanan. Itulah kebahagiaan yang sebenarnya…

Penyair Arab pernah berdendang :

Tidak kutemukan kebahagiaan pada kumpulan harta

Namun pada ketakwaan kutemui makna bahagia

Rasa takwa sebaik-baik bekal simpanan

Di sisi Tuhan pun ia mendapat tambahan

Ya, kebahagiaan itu hanya akan diperoleh dengan ketakwaan, keimanan dan amal salih. Bukan dengan tumpukan harta, kebesaran tahta, ataupun kecantikan wanita…

 

Salah Dalam Memandang dunia.

Cinta dunia yang tercela berarti sangat tinggi obsesi terhadapnya, hati bergantung kepadanya, terlalu jauh mengagumi keindahan dan kemewahannya, berjalan di belakangnya, sangat rakus terhadapnya…

Angan-angan dan cita-citanya pun hanya terpusat kepadanya, puncak harapan ada padanya, merasa kekal di dunia, dan terus menumpuk-numpuk harta kekayaannya…

Bagaimana ciri orang yang cinta dunia? Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya…

Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati, Adanya yang menjadi sombong, dengki, serakah atau capek memikirkan yang tak ada…

Makin cinta pada dunia, akan makin serakah, bahkan bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya…

Pikirannya selalu dunia, pontang panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya…

Ciri lainnya adalah takut kehilangan. Seperti orang yang bersandar ke kursi, maka akan takut sandarannya diambil.

Orang yang bersandar kepada pangkat atau kedudukan, maka ia akan takut pangkat atau kedudukannya diambil. Karenanya pecinta dunia itu tak pernah bahagia….

 

Jadi Inilah Waktunya

Mungkin pernah terpikirkan atau bahkan terbayangkan di benak kita, seseorang yang melakukan perjalanan jauh dan kehabisan bekal, lalu di tengah perjalanan singgah dan istirahat sebentar untuk membeli perbekalannya…

Apa yang akan diperbuatnya? Tentunya, ia akan memanfaatkan waktu singgahnya yang sebentar itu dengan sebaik-baiknya, dan hanya membeli barang pokok yang dibutuhkannya saja, tanpa menoleh sedikit pun ke barang lainnya, meskipun itu menarik…

Sedikit saja ia tertarik kepada barang itu, lalu mulai melihat dan memerhatikannya satu persatu, itu akan menghambat dan memperlambat perjalanannya…

Bahkan, tidak menutup kemungkinan ia akan mengurungkan niat untuk meneruskan perjalanan, karena terlanjur tertarik oleh ‘mainan’ baru itu…

Begitu pula dunia ini sejatinya, tidak jauh beda dengan permisalan di atas. Dunia adalah tempat bercocok tanam, dan akhirat adalah tempat panennya…

Di sinilah kita berusaha dengan amalan kita, dan di sana nanti kita memetik hasilnya…

Sekaranglah saatnya untuk beramal; sebelum datang waktu menyesal. Sebab di sana nanti tidak ada lagi amalan, yang ada hanyalah imbalan, balasan, dan ganjaran. Sekaranglah saatnya, dan inilah waktunya.

 

Dampak Cinta Dunia Yang Tercela.

Kecintaan pada dunia secara halus akan menyelewengkan niat seorang muslim dalam setiap ibadah yang dilakukan…

Bukan semata untuk Allah melainkan untuk mendapat balasan secara cepat di dunia atau bahkan secara terang-terangan beramal akhirat untuk tujuan dunia…

Kecintaan pada dunia membuat manusia hanya berpikir materi semata…

Orientasi hidup seorang manusia akan berpengaruh  pada setiap tindak tanduknya di dunia. Segala apa yang ia niatkan, rencanakan dan perbuatan hanya akan tertuju pada satu titik orientasi dalam hidupnya….

Bisa kita bayangkan, jika umat Islam yang bertebaran di seantero bumi mempunyai penyakit seperti ini.

Apalah arti dari jumlah yang banyak ?…..

 

Mutiara Salaf Tentang Dunia.

Dunia memang melenakan. Lantas, bagaimanakah orang bijak bersikap ?.

Al-Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata,

“Tidaklah dunia ini seluruhnya dari awal hingga akhirnya kecuali ibarat seseorang yang tertidur sejenak, kemudian bermimpi melihat sesuatu yang disenanginya, kemudian terbangun.” 

Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata,

“Beramallah untuk duniamu sesuai keadaan tinggalmu di sana. Dan beramallah untuk akhiratmu sesuai kadar kekekalanmu di sana.”(Mawa’izh lil Imam Sufyan ats-Tsauri, hlm. 49)

Al-Imam al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,

“Seandainya dunia dengan seluruh isinya berada di bawah kekuasaanku, (sama sekali) tidak membuatku bangga. Dan andaikata seseorang merampas seluruhnya dari tanganku, aku pun tidak akan mengejarnya, tidak pula bersedih hati karenanya.” (Mawa’izh lil Imam al-Fudhail bin ‘Iyadh, hlm. 117).

 

FENOMENA TAKUT MATI

 

Sebab Takut Kematian :

Karena cinta dunia….

Semangat membangun dunia….

Dan mentelantarkan akhirat…..

Takut mati adalah konsekuensi bagi orang yang sangat cinta dunia…

Seseorang yang sangat cinta dunia pasti ia takut menghadapi kematian, yang akan menghilangkan kenikmatan-kenikmatan yang diimpikannya.

Takut mati menjadikan seseorang berusaha mendapatkan kemakmuran hidup dengan segala cara…

Dan menghindari ketaatan yang berisiko kematian atau berkurang kekayaan…

Ia tidak pernah bersiap-siap untuk menghadapi kematian, dan tidak menyiapkan bekal kebaikan untuk kehidupan sesudah kematian.

Jenis Takut Kematian :

Para ulama menggolongkan takut akan kematian menjadi dua macam:

1- Takut yang tidak tercela, yaitu takut mati yang sifatnya tabi’at yang setiap orang memilikinya.

2- Takut yang tercela, yaitu takut mati yang menunjukkan tanda lemahnya iman.

 

 

Takut Mati Yang Tercela

Takut mati di sini bukanlah takut mati yang sifatnya tabiat bagi manusia.

Takut seperti ini muncul karena terlalu cinta pada dunia dan tertipu dengan gemerlapnya dunia

Sehingga merasa puas dengan kelezatan dunia dan tidak mau berpisah dengannya…

Ketika seseorang telah berhasil di dunia dengan mengumpulkan harta dan hidup bahagia di dalamnya, maka ia akan takut kalau-kalau kenikmatan itu terputus karena kematian.

Mestinya kematian yang pasti akan tiba itu kita siapkan sebaik-baiknya, bukan dihindari hingga takut mati karena cinta pada dunia…

Dampak Takut Mati.

Takut mati menjadikan seseorang berusaha mendapatkan kemakmuran hidup dengan segala cara…Dan menghindari ketaatan yang berisiko kematian atau berkurang kekayaan…

Tidak pernah bersiap-siap untuk hadapi kematian, tidak menyiapkan bekal kebaikan untuk kehidupan sesudah kematian, terlalu larut menikmati dunia, berusaha memuaskan syahwatnya, dan sebagainya.‎

Takut Mati ? Apakah Tidak Suka Berjumpa dengan Allah ?.

Dalam hadits dari ‘Aisyah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ ».

فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ أَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ

 فَقَالَ « لَيْسَ كَذَلِكِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللَّهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ

وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ »

Barangsiapa suka berjumpa dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya. Sebaliknya barangsiapa membenci perjumpaan dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya.”

Kontan ‘Aisyah berkata, “Apakah yang dimaksud benci akan kematian, wahai Nabi Allah? Tentu kami semua takut akan kematian.

Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– lantas bersabda, “Bukan begitu maksudnya. Namun maksud yang benar, seorang mukmin jika diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhoan serta surga-Nya, ia suka bertemu Allah, maka Allah pun suka berjumpa dengan-Nya.

Sedangkan orang kafir, jika diberi kabar dengan siksa dan murka Allah, ia pun khawatir berjumpa dengan Allah, lantas Allah pun tidak suka berjumpa dengan-Nya.” (HR. Muslim no. 2685).

Antara Takut Mati dan Mengingat Mati

Mengingat mati sebenarnya suatu yang dituntut pada setiap orang. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan dunia ( Kematian )” (HR. An Nasai dan Tirmidzi)

Nasehat Imam Ad Daqoq

Imam Qurthubi menyebutkan dalam At Tadzkiroh mengenai perkataan Ad Daqoq mengenai keutamaan seseorang yang banyak mengingat mati:

1- Menyegerakan taubat

2- Hati yang qona’ah (selalu merasa cukup)

3- Semangat dalam ibadah

Sedangkan kebalikannya adalah orang yang melupakan kematian, maka ia terkena hukuman:

1- Menunda-nunda taubat

2- Tidak qana’ah

3- Malas dalam ibadah.

PENYAKIT WAHN

( Fenomena Cinta Dunia Dan Takut Mati )

Apakah Penyakit Wahn Itu ?.

Wahn adalah nama dari sebuah penyakit yang menghancurkan kehidupan kita…

Wahn merupakan penyakit yang menjangkiti umat ini secara indvidu maupun komunitas…

Penyakit ini menjerumuskan umat ke dalam kekalahan dan kehinaan…

Penyakit ini memiliki dua indikasi, yang pertama cinta dunia dan yang kedua, takut mati…

Di mana kedua makna tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Hadits tentang penyakit wahn,

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :

« يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ».

فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ ؟

قَالَ« بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ»

فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ».

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”.

Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?”

Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’.

Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani(.

Sungguh tepat isyarat yang digambarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya di atas bahwa pada akhir zaman nanti umat Islam akan mengalami penurunan kualitas iman, ibadah-ibadah yang dilaksanakan hanyalah sekedar melepaskan beban kewajiban dan kegiatan rutinitas ritual.

Sehingga mereka mudah diombang-ambingkan oleh kegemerlapan dunia yang serba menggiurkan…

Ibarat buih yang terapung di atas air akan terhempas kemana-mana…

“Penyakit wahn yang ditimpakan dalam diri muslim ini memiliki dua indikasi….

Pertama, cinta dunia. Kedua takut mati. Satu dengan yang lain memiliki pengaruh…

Lalu, dicabutnya rasa gentar dalam hati musuh-musuh Islam terhadap umat Islam…

Ini menyebabkan kondisi kaum muslimin terhina dalam segala sektor…

Laksana buih yang tak memiliki nilai di hadapan umat-umat lain, banyak tapi tak bernilai…

 

Dampak Penyakit Wahn.

Dampaknya, umat Islam sibuk mengumpulkan harta, menempuh segala cara mendapatkannya yang halal maupun haram…

Meninggalkan jihad untuk tegaknya agama, kikir dan bakhil tak mau bayar zakat, bersedekah dan infak di jalan Allah, rakus dan tamak, curang dalam muamalah, dan sebagainya…

“Kondisi umat Islam dewasa ini yang habis-habisan mengejar harta halal haram siang malam, tapi malas berjuang untuk agama Allah…

Ini berbeda jauh dengan umat Islam dan sahabat di masa Rasulullah yang sibuk untuk berjihad sampai syahid di jalan Allah bahkan sampai menghindari dan menolak menerima harta ghanimah yang didapat dari rampasan perang…

Jika umat Islam sudah menomorsatukan dunia di atas segala-galanya, enggan menyuarakan kebenaran dan melarang kemungkaran, maka Allah akan mencabut kebesaran Islam dari permukaan bumi ini…

Itulah Sebab Lemahnya Kaum Muslimin

Umat Islam adalah penghuni kedua terbanyak di bumi ini…

Dari segi sumber daya alam, negara-negara Islam adalah negara bersumber daya alam yang melimpah…

Timur Tengah dengan ladang minyaknya mampu melonjak dari status negara miskin berubah menjadi negara kaya, seperti Qatar, UEA, Kuwait dan lainnya…

Nusantara, siapa yang berani meragukan kekayaan negara kita? Bahkan tongkat, batu dan kayu pun berubah menjadi tanaman jika kita lempar ke tanah…

Ini menggambarkan betapa kayanya negara ini. Dan kita tahu kekayaan di dalam negara-negara Islam ini menjadi rebutan negara lain yang notabene negara non muslim….

Dari segi geografis, banyak negara-negara yang iri dengan lokasi geografis negara Islam…

Sebut saja Mesir dengan Terusan Sueznya, Indonesia dengan Selat Malaka yang merupakan pelabuhan yang sibuk dengan perdagangan dan lainnya.

Bahkan Allah secara langsung menyebut dalam Al-Quran bahwa kita adalah umat terbaik…

Tetapi mengapa dengan segala kelebihan duniawi yang ada, umat ini tetap lemah dan menjadi terbelakang?…

Di balik “wah”-nya yang ada dalam diri umat Islam, ternyata harga darah umat ini sangatlah murah.

Berapa kali terjadi intimidasi, ancaman dan pembantaian kaum muslimin di Rohingya, Palestina, Chechnya, Suriah dan lainnya.

Melihat kejadian itu umat Islam seolah tidak berdaya untuk membela saudara-saudaranya…

Dan masih banyak lagi bukti kelemahan “umat terbaik” ini. Mengapa hal itu bisa terjadi?..

Mengapa kita menjadi umat yang terbelakang di tengah potensi yang begitu membuat iri umat lain untuk merebutnya ?….

Jawabnya adalah karena Wabah Penyakit Wahn….

Fenomena cinta Dunia Dan Takut Mati….

 

Kiat Terhindar Dari Penyakit Wahn.

Alangkah berbahaya sekali penyakit Wahn ini, yang setiap saat dan kapan saja bisa menyerang setiap kaum Muslim dunia.

 

Maka dari itu ada beberapa hal dalam menghindari penyakit tersebut, di antaranya:

Pertamamenguatkan iman, khususnya Iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir.

Kedua, memahami hakikat dunia dan fitnah-fitnahnya.

Ketiga, mengerjakan amal shalih dan amal kebajikan dengan harapan akhirat.

Keempat, banyak berdo’a kepada Allah Subhanallah wa ta’ala agar diselamatkan dari fitnah dunia. 

 

Inti obat Penyakit Wahn.

Untuk mengobati penyakit ini, tidak lain dan tidak bukan kecuali menuntut ilmu dan memahami agama ini…

Dengan melakukan hal ini, maka akan mendahulukan ridha Allah dari pada murka-Nya, bersegera dalam melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya…

Serta segera bertaubat dari dosa yang telah dilakukan pada masa lampau…

“Tolonglah agama Allah, maka Allah akan menolongmu….

Apabila kaum muslimin menghadapi musuh mereka sesuai dengan kemampuan mereka dalam rangka menolong agama Allah, maka Allah akan menolong mereka dan akan menjadikan mereka unggul di atas musuh mereka dan bukan ditindas.

RENUNGAN PENUTUP

Setiap manusia memiliki ambisi dan cita-cita dalam hidupnya…

Mungkin di antara kita seringkali berfikir untuk menambah kekayaan kita…

Berfikir apa yang akan kita makan untuk esok hari…

Berfikir untuk masa depan anak-anak…

Berfikir untuk mendapatkan jabatan…

Berfikir untuk masa depan yang sejatinya singkat, itulah kehidupan di dunia

Namun, sering kita lalai dari memikirkan dan bercita-cita untuk hari yang lebih jauh…

Hari-hari di kehidupan yang kekal, yaitu kehidupan di akhirat…

Setiap muslim hendaknya memikirkan bagaimana kondisi imannya saat ini?…

Apa yang telah ia siapkan untuk menghadapi hari akhirat nanti ?….

Salah satu hal yang sangat membahayakan keimanan seorang muslim adalah cinta dunia... Karena cinta dunia, maka seorang petani membanting tulang mati-matian untuk urusan pertaniannya, seorang pedagang rela berhutang di Bank demi kelancaran usahanya.

 

Apakah mereka sudah melakukan hal yang sama untuk urusan agamanya?…

 

Jika tidak, maka ada indikasi penyakit Al-Wahn (cinta dunia) di dalam dirinya.

 

Bahaya cinta dunia sangatlah besar, sampai-sampai hal tersebut bisa menyebabkan seseorang kafir dan menjual agamanya. Na’udzubillahi min dzalik.

 

Sebuah Nasihat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhir zaman ini…

Beliau bersabda :

 

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegeralah beramal shalih, sebelum datang fitnah-fitnah yang banyak. Seseorang di waktu pagi masih beriman, namun di sore hari ia kafir. Atau seseorang di sore hari ia beriman, dan di pagi hari ia kafir. Dia menjual agamanya dengan secuil kesenangan dunia.” (HR Muslim)

Demikianlah kondisi orang-orang di zaman sekarang, banyak dalil-dalil yang menjelaskan tentang bahayanya cinta dunia. Semoga Allah menyelamatkan kita dari penyakit Al-Wahn ….

 

Semoga kita mendapatkan taufiq dan bimbingan Allah, dengan harapan semoga kita semua diberikan istiqomah diatas jalan hidayah sampai akhir hayat kelak. Amin.

 

وبالله التوفيق والسداد

Back to top button