Hakikat dan Keutamaan Waqaf

HAKIKAT DAN KEUTAMAAN WAQAF

 

        الحمد لله الذي  شرع لنا دينا قويما, هدانا إليه صراطا مستقيما, والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين محمد بن عبد الله  وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وسلم تسليما كثيرا وبعد.

 

Sesungguhnya termasuk keagungan dan kemuliaan agama ini adalah apa yang Allah syariatkan di dalamnya yang mengandung kebaikan yang banyak, dan apa yang Allah bukakan berupa jalan – jalan banyak kepada para hamba-Nya agar dapat memperoleh pahala, ganjaran dan memberikan manfaat kepada makhluk Allah. Dan yang termasuk jalan yang paling utama tersebut adalah waqaf yang Allah syariatkan kerena mengandung berbagai hikmah yang agung, dan manfaat yang mulia. Maka waqaf merupakan amal yang mendekatkan diri dan ketaatan, amal terus menerus yang tidak terputus pahalanya, memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat muslim dengan memenuhi kebutuhan dan maslahat – maslahat dunia dan akhirat meraka.

Waqaf termasuk kekhususan umat islam meskipun sesudah itu umat yang lainnya mengikuti umat islam dalam hal waqaf. Imam Syafi’i rahimahullah berkata : “ Setahuku orang jahiliyah tidak pernah memawaqafkan tanah maupun rumah, akan tetapi umat islamlah yang mewaqafkannya “. ( Ma’rifatus Sunan wal atsar, Baihaqi, 9/42 ).

Pada hakikatnya waqaf adalah mencurahkan sesuatu untuk proyek-proyek kebaikan sehingga masyarakat yang menjadi tujuan waqaf mendapatkan manfaat dengan zat yang diwaqafkan, bisa berupa masjid yang di jadikan tempat shalat di dalamnya, bangunan yang dijadikan tempat tinggal, jalan yang bisa dilewati, sumur yang bisa diambil air darinya, atau mungkin manfaat yang diperoleh dari buah dan hasilnya, seperti property yang disewakan kemudian hasilnya digunakan untuk kebaikan – kebaikan yang ditentukan oleh pewaqaf.

Waqaf termasuk ketaatan yang paling mulia, amalan mendekatkan diri yang paling utama, dan sunnah Muhammad bin abdillah sholallahu alaihi wa sallam secara perkataan, amalan dan petunjuk kepada para sahabat radhiyallahu anhum.

Al Qur’an telah menunjukkan keutamaan waqaf, sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala :

{ لَنْ تَنَالُوا الْبِرّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْء فَإِنَّ اللَّه بِهِ عَلِيم }

Artinya : “ Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. ( Ali- Imran : 92 ).

Ayat tersebut ditafsirkan oleh hadist Anas bin Malik radhiyallahu anhu, tatkala turun ayat ini beliau berkata, Abu Thalhah berkata : “ Sesungguhnya Rabb kita meminta sebagian dari harta kita, maka saksikanlah wahai Rasulullah sesungguhnya aku menjadikan tanahku ini untuk Allah, maka Rasulullahu sholallahu bersabda : “ Berikan tanah tersebut kepada kerabatmu “. ( HR. Bukhori dan Muslim ).

Sungguh telah datang dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam motivasi, anjuran, penjelasan manfaat dan maksud dari waqaf. Diantaranya adalah hadist Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam bersabda : “ Apabila manusia meninggal maka terputuslah darinya amalannya, kecuali tiga hal, shodaqoh jariyah,  ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakannya “ ( HR. Muslim).

Dahulu Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam memberikan wasiat kepada para sahabatnya untuk mewaqafkan sesuatu dan bersegera untuknya, sebagaimana dalam hadist Anas radhiyallahu anhu yang telah lalu pada kisah Abu Thalhah radhiyallhu anhu. Dan juga pada kisah Umar radhiyallahu anhu , Ibnu Umar radhiyallahu anhu berkata : Bahwasanya  Umar Radhiyallahu ‘anhu telah memperoleh bagian tanah di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata,”Aku telah mendapatkan bagian tanah, yang saya tidak memperoleh harta selain ini yang aku nilai paling berharga bagiku. Maka bagaimana Engkau wahai Nabi memerintahkan aku dengan sebidang tanah ini?” Lalu Beliau menjawab, ”Jika engkau menghendaki, engkau wakafkan tanah itu (engkau tahan tanahnya) dan engkau shadaqahkan hasilnya,” lalu Umar menyedekahkan hasilnya. Sesungguhnya tanah ini tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwaris, tetapi diinfakkan hasilnya untuk fuqara, kerabat, untuk memerdekakan budak, untuk kepentingan di jalan Allah, untuk menjamu tamu dan untuk ibnu sabil. Orang yang mengurusinya, tidak mengapa apabila dia makan sebagian hasilnya menurut yang makruf, atau memberi makan temannya tanpa ingin menimbunnya. [HR Bukhari no. 2565, Muslim 3085].

Rasulullah sholallhu alaihi wa sallam pernah memuji Kholid bi walid radhiyallahu anhu yang telah mewaqafkan sesuatu dari hartanya, kemudian beliau bersabda : “ Adapun Kholid telah mewakafkan baju besi dan peralatan perangnya “. Dan dalam riwayat lainnya : “ Dan peralatan perangnya untuk berjuang di jalan Allah “. ( HR. Bukhori ).

Waqaf adalah jual beli dengan Allah, yang mana pewaqaf mengharap harga ( pahalanya ) pada hari pertemuan dengan Allah Ta’ala. Dan pada hadist Anas radhiyallhu anhu, beliau bersabda : “ Wahai Bani Najjar, berilah harga bangunan kalian ini?” Orang-orang Bani Najjar menjawab, “Tidak, demi Allah. Kami tidak akan meminta harga untuk bangunan ini kecuali hanya kepada Allah.” ( HR. Bukhori ).

 

Diambil dari kitab “الوقف حكم وأحكام” ) Waqaf Ditinjau Dari Hikmah Dan Hukumnya( , Syaikh Dr. Abdul Aziz Bin Muhammad Bin Ibrahim Al Awiid, Pengajar kuliah syariah di Jami’ah Qasim.

Diterjemahkan oleh : Ust. Beni Setyawan S.Ag.

( Pesantren ”Al Ukhuwah”  Joho Sukoharjo, Jawa Tengah.
Kamis,  29 November 2016 M ).

Check Also
Close
Back to top button