Tafsir: Quran Surat An-Naml : 87-88 Gunung Berjalan Seperti Awan
Gunung Berjalan Seperti Awan
Segala puji hanya bagi Allah ﷻ, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah ﷺ, para sahabat, dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh dengan sunnah beliau sampai hari kiamat.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah ﷻ, hari kiamat pasti terjadi, akan tetapi tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan terjadinya. Itulah keyakinan yang harus tertanam kuat dalam hati setiap insan. Manusia yang paling mulia dan paling dekat dengan Allah Ta’ala, yaitu Rasulullah ﷺ juga tidak mengetahui kapan terjadinya. Demikian pula malaikat yang paling mulia yakni malaikat Jibril ‘alaihis salam tidak mengetahuinya.
Kejadian Hari Kiamat
Kejadian hari kiamat adalah peristiwa yang sangat dahsyat. Ketika bumi digoncangkan dengan sedahsyat-dahsyatnya, gunung-gunung dihancurkan dan diterbangkan bagai bulu berhamburan, manusia berlarian bak belalang beterbangan, lautan meluap dan menyala, langit terbelah dan merapuh, cahaya rembulan menghilang, bintang berjatuhan, matahari pun digulung.
Di antara ayat yang menjelaskan kejadian pada hari kiamat sekaligus menunjukkan dahsyatnya hari tersebut adalah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ﷻ :
وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ (87) وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ (88)
“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka takutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan seperti berjalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Naml : 87-88) [1]QS. An-Naml : 87-88
Kandungan Ayat Secara Umum [2]Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan, Al ‘Allamah As-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Hal. 853
Allah ﷻ menjadikan para hamba-Nya takut dengan apa yang ada di hadapan mereka berupa hari kiamat, dan apa yang ada di dalamnya berupa ujian dan bencana, dan perkara-perkara yang menjadikan takutnya hati.
Allah ﷻ berfirman “Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka takutlah” disebabkan karena tiupan itu “segala yang di langit dan segala yang di bumi” yaitu mereka terkejut dan takut, sebagian menuju kepada sebagian yang lain karena takut dari apa yang didatangkan kepadanya. “kecuali siapa yang dikehendaki Allah” dari kalangan orang-orang yang dimuliakan oleh Allah ﷻ, diteguhkannya, dan dijaga dari ketakutan.
“Dan semua mereka” dari kalangan makhluk ketika ditiupnya sangkakala, “datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri” yaitu dalam kondisi rendah dan hina, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آَتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا
“Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba”. Maka pada hari itu para pemimpin dan yang dipimpin memiliki kedudukan yang sama dalam kehinaan dan kerendahan kepada Allah ﷻ Pemilik segala kekuasaan.
“Dan” di antara kedahsyatannya, bahwasannya “kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya” yaitu engkau tidak kehilangan sedikitpun darinya, dan engkau menyangkanya tetap seperti kondisi semula, sedangkan gunung-gunung itu telah terkena bencana dan musibah yang besar, telah hancur, kemudian lenyap menjadi debu yang beterbangan.
Oleh karena itu Allah ﷻ berfirman “padahal ia berjalan seperti berjalannya awan” karena ringannya gunung-gunung itu, dan besarnya rasa takut. Dan itu semua “perbuatan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” maka Allah ﷻ akan memberi balasan atas amal-amal kalian.
Beberapa Pelajaran dari Ayat Ini [3]Lihat : Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Surah An-Naml), Fadhilatu As-Syaikh Al ‘Allamah Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Hal. 492-504, dan ‘Aun Ar-Rahman fi Tafsir Al-Qur’an, Prof. Dr. … Continue reading
Di antara pelajaran dan faidah yang bisa kita petik dari ayat-ayat yang mulia ini adalah sebagai berikut :
1. Penetapan tiupan sangkakala
Penetapan tiupan sangkakala, dan Allah ﷻ tidak menyebutkan peniupnya, namun telah datang dalam sunnah bahwa peniupnya adalah malaikat Israfil salah satu pemikul arsy.
2. Tiupan sangkakala itu sangat besar karena menimbulkan ketakutan
Tiupan sangkakala itu sangat besar karena menimbulkan ketakutan, “maka takutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi”. Seandainya ada meriam di suatu tempat, sebesar apa pun kekuatannya yang menjadikan takut orang-orang di sekitarnya, akan tetapi tidak akan menjadikan takut seluruh penduduk bumi, tidak pula seluruh penduduk bumi dan langit. Adapun tiupan sangkakala ini menjadikan takut seluruh penduduk langit dan bumi, berdasarkan firman Allah ﷻ “segala yang di langit dan segala yang di bumi”, itu menunjukkan besarnya tiupan tersebut, oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman :
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ
“Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup” (QS. Al-Haqqah : 13) [4]QS. Al-Haqqah : 13
Dalam ayat ini Allah ﷻ menguatkannya dengan kata “sekali” supaya menjadi jelas bahwa tiupan itu besar, tidak membutuhkan pengulangan.
3. Tidak semua penduduk bumi dan langit mengalami ketakutan
Sesungguhnya tidak semua penduduk bumi dan langit mengalami ketakutan, namun ada yang tidak takut dengan kehendak Allah ﷻ, berdasarkan firman Allah ﷻ, “kecuali siapa yang dikehendaki Allah”, menurut pendapat yang shahih bahwa mubham (tidak disebutkannya siapa yang tidak mengalami ketakutan) dalam ayat ini bahwa itu tidaklah kita ketahui. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ tidak mengetahui apakah Nabi Musa termasuk yang mati ataukah termasuk yang dikecualikan, ini menunjukkan bahwa hal itu tidak diketahui oleh manusia, yaitu siapakah mereka yang dikecualikan itu. Ini semua kembali kepada sempurnanya rububiyyah Allah ﷻ.
4. Sempurnanya rububiyyah dan kekuasaan Allah ﷻ
Sempurnanya rububiyyah dan kekuasaan Allah ﷻ, sebagaimana dalam firman-Nya “kecuali siapa yang dikehendaki Allah”, karena Allah ﷻ Yang Maha Agung ketika merahasiakan apa yang Dia perbuat, itu menunjukkan tidak ada yang menentangnya, dan bahwa kekuasaannya sempurna, yaitu seolah-olah tidak ada seorang pun yang mempertanyakan kepada-Nya siapakah yang tidak mengalami ketakutan dan siapa mengalaminya, itu menunjukkan sempurnanya kekuasaan dan keagungan.
Allah ﷻ berfirman :
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai” (QS. Al Anbiyya : 23) [5]QS. Al Anbiyya : 23. itu karena sempurnanya kekuasaan dan hikmah-Nya.
5. Setiap orang akan datang pada hari kiamat dalam keadaan rendah dan hina kepada Allah ﷻ
Sesungguhnya setiap orang akan datang pada hari kiamat dalam keadaan rendah dan hina kepada Allah ﷻ, tidak ada perbedaan antara raja dan rakyat, antara pemimpin dan yang dipimpin, berdasarkan firman Allah ﷻ : “Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri”.
6. Penetapan adanya Hari Kebangkitan
Penetapan adanya hari kebangkitan, berdasarkan firman Allah ﷻ, “Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri”.
7. Berubahnya Keadaan Gunung
Berubahnya keadaan gunung -padahal ia sangat besar- dan dijalankan dengan cepat, padahal sebelumnya sangat kokoh dan kuat, karena dahsyatnya peristiwa pada hari itu. Berdasarkan firman Allah ﷻ “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan seperti berjalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah”.
8. Apa yang terjadi pada gunung-gunung itu termasuk perbuatan Allah ﷻ
Apa yang terjadi pada gunung-gunung itu termasuk perbuatan Allah ﷻ, sebagaimana firman-Nya “(Begitulah) perbuatan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu”. Allah Yang menjadikannya kokoh di dunia, kuat, besar, berat, kemudian di akhirat Dia menjadikannya “berjalan seperti berjalannya awan”, itu termasuk perbuatan Allah ﷻ yang mana manusia tidak mampu untuk mengerjakannya.
9. Perkara yang terjadi pada gunung-gunung pada hari kiamat itu adalah perkara yang besar karena disandarkan kepada Allah ﷻ
Perkara yang terjadi pada gunung-gunung pada hari kiamat itu adalah perkara yang besar karena disandarkan kepada Allah ﷻ, sebagaimana Allah ﷻ berfirman “(Begitulah) perbuatan Allah”, apa yang disandarkan kepada yang besar maka ia besar, dan apa yang disandarkan kepada yang rendah maka ia rendah.
10. Allah ﷻ menyempurnakan apa yang diciptakan-Nya dan disyari’atkan-Nya
Sesungguhnya Allah ﷻ menyempurnakan apa yang diciptakan-Nya dan disyari’atkan-Nya, sebagaimana firman-Nya “yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu”. Dari faidah ini terkandung penetapan sifat hikmah bagi Allah ﷻ, karena tidak ada yang menyempurnakan kecuali dengan adanya hikmah. Tidak mungkin seseorang menyempurnakan sesuatu kecuali ia mengetahui bagaimana menyempurnakannya, dan yang kedua : dengan hikmah, yaitu menempatkan setiap sesuatu pada tempatnya, jika tidak maka hilanglah kesempurnaan tersebut.
11. Memutus setiap penentangan atas apa yang terjadi di alam semesta ini berupa pengaturan dan syari’at Allah ﷻ
Memutus setiap penentangan atas apa yang terjadi di alam semesta ini berupa pengaturan dan syari’at Allah ﷻ. Hal ini karena Allah ﷻ telah menyempurnakannya, dan Allah ﷻ lebih mengetahui serta lebih hikmah dari para hamba-Nya. Jika engkau mengetahui hal ini maka terputuslah darimu setiap penentangan, baik yang engkau dengar dari orang lain atau muncul dalam dirimu sendiri. Terkadang dalam diri seseorang muncul syubhat yang dimasukkan oleh syaitan, “Bagaimana ini bisa terjadi?”, “Mengapa ini bisa terjadi?”, dan semisal itu.
Kita katakan, “Apabila engkau meyakini bahwa Allah ﷻ telah mencipta dengan sempurna segala sesuatu maka akan hilang darimu penentangan itu, dan engkau juga bisa menghilangkan penentangan dari orang lain. Seandainya turun hujan di selain waktu kebiasaannya dan merusakkan buah-buahan, jika kita mengetahui bahwa Allah ﷻ telah mencipta dengan sempurna segala sesuatu, dan bahwa turunnya hujan itu berasal dari perbuatan-Nya dan ciptaan-Nya maka tidak mungkin kita menentangnya, karena kita tahu bahwa itu adalah hasil dari kesempurnaan yang dibangun di atas ilmu dan hikmah, yang mana ilmu dan hikmah kita tidak mampu untuk mengetahuinya.
Ini adalah perkara yang memberikan faedah kepada seseorang dalam banyak perkara. Terkadang dalam permasalahan syari’at ada hukum-hukum yang sisi perbedaannya tersamar bagi seseorang, sedangkan hukum-hukum itu telah tetap secara syar’i, maka kita katakan, “Allah Ta’ala telah mencipta dengan sempurna segala sesuatu”. Oleh karena itu, para ulama’ atau fuqaha’ menyebutkan permasalahan-permasalahan yang mereka namakan dengan “ta’abbudi”, tidaklah mereka mengada-adakannya permasalahan itu, bahkan itu adalah permasalahan yang telah ditetapkan dalam syari’at, hanya saja mereka menamakannya dengan istilah “ta’abbudi”.
Dan bukanlah makna “ta’abbudi” itu sesuatu yang tidak ada hikmahnya, karena tidak ada sesuatu pun kecuali ada hikmahnya, akan tetapi maknanya adalah : perkara-perkara yang hikmahnya tersamar bagi kita, dan tidak ada sikap lain bagi kita kecuali sekedar ta’abbud (beribadah dengan melaksanakannya), seperti jumlah rakaat dalam shalat, keberadaan sholat itu lima kali, dan banyak perkara dalam thaharah yang hikmahnya tersamar bagi seseorang, demikian pula dalam haji.
Yang terpenting, apabila kita membangun keyakinan kita dengan hal ini, yaitu bahwa Allah ﷻ telah mencipta dengan sempurna segala sesuatu, maka akan hilang syubhat-syubhat yang banyak.
12. Peringatan supaya seseorang tidak mengerjakan perkara yang menyelisihi hukum Allah ﷻ
Peringatan supaya seseorang tidak mengerjakan perkara yang menyelisihi hukum Allah ﷻ, berdasarkan firman Allah ﷻ “sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Seandainya ayahmu berkata, “Pergilah ! kerjakan apa yang kau mau, aku tahu apa yang kamu kerjakan.”
Ucapan ini menunjukkan apa? Ini menunjukkan peringatan, supaya engkau berhati-hati agar tidak menyelisihi peraturan dari ayahmu. Bagaimana lagi dengan Allah ﷻ yang mana Dia Maha mengetahui apa yang kita kerjakan. Maka, ungkapan dalam ayat tersebut menunjukkan peringatan supaya seseorang tidak melakukan pelanggaran.
Ketika muncul dalam dirimu dorongan untuk bermaksiat kepada Allah ﷻ maka ingatlah firman Allah ﷻ “sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dan semisal firman-Nya :
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada” (QS. Al Hadid : 4) [6]QS. Al Hadid : 4
dan ayat-ayat semisalnya yang mengharuskan bagi seseorang ketika muncul keinginan melakukan keburukan supaya mengingat ayat-ayat tersebut sehingga ia tercegah dari mengerjakannya.
Demikian penjelasan ringkas ayat-ayat yang mulia ini, semoga bermanfaat untuk kaum muslimin sekalian, dan semoga Allah ﷻ senantiasa membimbing kita ke jalan yang dicintai dan diridhai-Nya. Wallahu a’lam, wa akhiru da’wana anil hamdulillahi rabbil ‘alamin.
Disusun oleh Abu Muslim Nurwan Darmawan, B.A
Artikel Alukhuwah.Com
Referensi
1 | QS. An-Naml : 87-88 |
---|---|
2 | Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan, Al ‘Allamah As-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Hal. 853 |
3 | Lihat : Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Surah An-Naml), Fadhilatu As-Syaikh Al ‘Allamah Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Hal. 492-504, dan ‘Aun Ar-Rahman fi Tafsir Al-Qur’an, Prof. Dr. Sulaiman bin Ibrahim bin Abdullah Al-Lahim, Hal. 253-254 |
4 | QS. Al-Haqqah : 13 |
5 | QS. Al Anbiyya : 23 |
6 | QS. Al Hadid : 4 |