Pelajaran Dari Musibah

(( مَآأَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ ))

 “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” [QS. At Taghabun: 11]

Musibah adalah satu kata yang sangat akrab di telinga kita. Akhir-akhir ini negeri kita tercinta banyak mengalami musibah. Kita masih ingat banjir di berbagai daerah (terutama Ibu Kota Jakarta, Garut, dll); Longsor di Karanganyar; dll. Sehingga dari musibah-musibah tersebut banyak memakan korban jiwa dan berbagai kerugian-kerugian yang lain.

Bagaimanakah Islam memandang terjadinya musibah-musibah tersebut? Semoga tulisan sederhana ini memberikan sedikit pencerahan kepada kita.

 [A] – Makna Ayat

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

“Maknanya: Seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini, bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Allah akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya.” [Tafsir Ibnu Katsir (8/137)]

 [B] – Musibah Adalah Suatu Kepastian

Kehidupan manusia di dunia ini tidak akan luput dari musibah dan cobaan, baik berupa kesusahan maupun berupa kesenangan, untuk menguji siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, siapa yang bersabar dan siapa yang mudah putus asa. Itu semua adalah Sunnatullah yang pasti terjadi pada setiap insan, yang muslim maupun yang kafir.

Allah telah berfirman:

(( كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ))

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan .” [QS. Al Anbiya’: 35]

[C] – Sebab Turunnya Musibah

Sudah menjadi Sunnatullah, bahwa segala sesuatu yang terjadi itu, karena hukum sebab dan akibat. Dan sebab adanya musibah-musibah yang terjadi di negeri kita yang tercinta ini tidak lain adalah dosa-dosa yang dilakukan oleh masyarakat kita sendiri.

Sebagaimana sesuai dengan firman Allah:

(( وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ ))

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [QS. Asy Syura: 30]

Juga Firman Allah:

(( ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ))

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan, karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [QS. Ruum: 41]

Semakin banyak dosa yang kita lakukan maka akan semakin besar pula musibah yang akan Allah timpakan kepada kita. Terlebih lagi dosa syirik (menyekutukan Allah) dan pelanggaran-pelanggarn syari’at Islam lainnya karena disebabkan kejahilan kita.

[D] – Solusi Islam Dalam Menjegah Musibah dan Bencana

Saudaraku seiman, di antara solusi keluar dari musibah-musibah tersebut adalah:

 (1) – Bertaubat dan beristigfar kepada Allah.

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

“Tidaklah suatu bala’ dan musibah turun, melainkan karena dosa dan tidaklah bala’ dan musibah tersebut diangkat, melainkan dengan taubat.” [Miftah Daaris Sa’aadah (1/287)]

Imam Al Qurthubi juga berkata:

“Istigfar jika dipanjatkan oleh orang-orang bejat sekalipun, bisa menolak hal-hal yang buruk dan mampu menepis hal-hal yang memudharatkan.” [Tafsir Al Qurthubi (7/399)]

(2) – Menegakkan tauhid dan menjauhi syirik.

Dengan tegaknya tauhid dan hilangnya kesyirikan, maka keamanan dan kemakmuran suatu negeri akan terjamin dan terwujud, ini janji Allah.

Allah berfirman:

(( وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَااسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَيُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ))

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun.” [QS. An Nuur: 55]

 (3) – Menghidupkan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah berfirman:

(( وَمَاكَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَاكَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ))

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun dan beristiqfar.” [QS. Al Anfaal: 33]

Ibnul Qayyim rahimahullah mengkomentari ayat tersebut dengan mengatakan:

“Jika keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara fisik di tengah-tengah mereka (orang-orang kafir Makkah) mampu mencegah turunnya adzab atas mereka, padahal mereka adalah musuh-musuh beliau. Maka, bagaimana kiranya, jika keberadaan beliau pada diri seseorang, atau pada suatu kaum terwujud dalam bentuk cinta dan iman kepada beliau dan dalam bentuk tegaknya sunnah-sunnah beliau? Bukankah yang demikian ini lebih utama dan lebih pantas untuk terhindar dari adzab?[I’lamul Muwaqqi’in (1/173)]

 (4) – Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Jika sebuah daerah ingin terhindar dari adzab dan musibah, maka orang-orang yang beriman di daerah tersebut harus nasehat-menasehati untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemaksiatan dan kemungkaran yang terjadi di sekitar mereka tidak boleh dibiarkan, harus ada usaha pencegahan semampu mereka dan tentunya dengan cara-cara yang dibenarkan oleh syari’at. Jika tidak, maka adzab akan turun kepada mereka.

Allah berfirman:

(( وَمَاكَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ ))

“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” [QS. Hud: 117]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي ثُمَّ يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا ثُمَّ لَا يُغَيِّرُونَ إِلَّا يُوشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ

“Tidaklak merebak pada suatu kaum praktik kemaksiatan, lantas mereka tidak menghilangkan kemaksiatan tersebut, padahal mereka mampu; melainkan sedikit lagi mereka akan ditimpakan oleh Allah adzab yang merata.” [Misykaatul Mashaabiih, hal: 5142]

(5) – Berdo’a dan berharap hanya kepada Allah.

Ketahuilah, bahwa Allah-lah yang mampu menurunkan adzab dan bencana kepada manusia dan ketahuilah pula, bahwa hanya Allah-lah juga yang mampu mengangkat musibah tersebut. Maka berdo’alah  hanya kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do’amu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda:

إنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاءِ

“Sesungguhnya do’a itu bermanfaat pada apa-apa yang telah terjadi (berupa musibah) dan bermanfaat pada apa-apa yang belum terjaadi. Maka, wajib atas kalian untuk berdo’a wahai hamba-hamba Allah.” [Shahih At Targhib Wat Tarhib, no. 1634]

Beliau bersabda:

لَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إلَّا الدُّعَاءُ

“Tidak ada yang mampu menolak takdir, kecuali do’a.” [Shahih At Targhib Wat Tarhib, no. 1638]

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

“Do’a termasuk do’a yang paling mujarrab, ia adalah musuh bagi bala’, ia juga yang menolaknya dan memperbaiki dampak buruknya, yang mencegah turunnya, yang mengangkat bala’ tersebut, atau meringankannya jika ia telah turun dan do’a adalah senjata bagi seorang mukmin.” [Jawabul Kafi]

[E] – Tingkatan Manusia dalam Menghadapi Musibah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah menyebutkan, bahwa tingkatan manusia dalam menghadapi musibah ada 4 tingkatan, mulai dari yang terendah sampai ke yang tertinggi:

(1) – Marah dan tidak bersabar. Baginya dosa yang besar;

(2) – Sabar. Dia telah selamat dari dosa dan mendapatkan pahala karena kesabarannya;

(3) -Ridha terhadap musibah yang menimpa. Dia mendapatkan pahala tambahan yang jauh lebih besar daripada pahala kesabaran;

(4) – Syukur. Inilah jenjang tertinggi dalam menghadapi musibah..

[F] – Musibah, Antara Adzab dan Ujian

Musibah yang Allah turunkan kepada hamba-Nya ada dua kemungkinan: Adzab, atau ujian.

(1) – Musibah yang merupakan adzab dari Allah.

Ini apabila ditimpakan kepada orang-orang kafir, atau orang yang banyak berbuat kemaksiatan, terutama kesyirikan. Maka, Allah turunkan adzab dalam bentuk musibah tersebut agar mereka merasakan sebagian dari adzab Allah dan agar mereka kembali kepada jalan yang benar.

(2) – Musibah yang merupakan ujian bagi hamba-Nya yang beriman.

 Bagi orang yang beriman, dalam sebuah musibah terdapat kebaikan, karena dengan musibah tersebut, Allah membersihkan dosa-dosa dan menutup kesalahan-kesalahan, sehingga dia keluar dari dunia tanpa dosa sedikitpun, seperti dijelaskan dalam sebuah hadits. Hal ini menunjukkan cinta Allah terhadap orang yang beriman. Sesungguhnya Allah membersihkan dosa-dosa orang yang beriman di dunia sampai ia mendatangi akhirat dalam keadaan bersih, maka ia masuk ke dalam Surga.

Adapun bagi orang kafir, maka Allah mempertahankan dan menganugerahkan berbagai nikmat kepadanya sebagai istidraj (penangguhan hukuman) baginya. Dikarenakan Allah tidak mencintainya, maka Allah memberikan istidraj baginya dengan berbagai nikmat agar menambah kekufuran dan kemaksiatannya, sampai ia mendatangi Hari Kiamat dengan dosa-dosanya dan ia berada di dalam Neraka. Wal ‘iyadzu billah.. [Lihat: Kitab Jaami’u Fatawa At Thabib wal-Maridh]

[G] – Musibah Merupakan Tanda Cinta Allah pada HambaNya yang Ridha

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

Sesungguhnya besarnya balasan sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya Allah, jika mencintai suatu kaum ,maka Allah akan coba/timpakan pada mereka musibah. Barangsiapa yang ridha, maka baginya ridha Allah dan barangsiapa yang marah terhadap cobaan/musibah dari Allah, maka baginya murka Allah.” [HR. At Tirmidzi, no. 2396. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi, hal. 540. ]

[H] – Musibah Sebagai Penghapus Dosa

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

Seorang laki-laki dan perempuan yang beriman kepada Allah akan senantiasa ditimpa musibah pada jiwanya, anaknya dan hartanya sampai ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak memiliki dosa.” [HR. At Tirmidzi, no. 2399. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi, hal. 431]

Juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

Tidaklah rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit dan juga kesedihan yang menimpa seorang mukmin, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.” [HR. Muslim (4/1993)]

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ، حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ

 “Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.” [HR. Muslim, no. 2572]

[I] – Penutup

Saudaraku seiman, yang semoga dirahmati oleh Allah, kita memohon kepada Allah agar memberikan kesabaran kepada Kaum Muslimin yang tertimpa musibah dan semoga musibah-musibah ini dapat menghapuskan dosa-dosa mereka dan semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik, aamien…

Back to top button