Kebangkitan Islam

الصحوة الإسلامية

( Kebangkitan Islam )

 

Muqaddimah :

 

Termasuk nikmat besar yang telah Allah berikan kepada umat islam di berbagai negeri islam adalah sebuah pergerakan yang penuh berkah, kesadaran dan kebangkitan pemuda islam yang mengarah untuk sampai kepada syariat Allah yang sempurna melalui Al qur’an dan Sunnah Rasul-Nya.

 

Tidak diragukan bahwasanya kesadaran dan pergerakan yang baik dan penuh berkah ini adalah untuk menghadapi musuh islam, karena setiap kali menyala cahaya kebenaran, maka akan menyala pula api kebatilan. Akan tetapi Allah telah berfirman:

 

يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (32)

 

“  Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. ( QS. At- Taubah : 32 ).

 

Sesungguh kebangkitan islam ini terdapat pada pemuda pemudi islam yang tidak hanya di negara arab Saudi saja , akan tetapi diberbagai penjuru negeri muslim. Dan sesungguhnya kebangkitan islam ini membutuhkan beberapa perkara yang menjadikannya sebuah pergerakan yang bermanfaat dan dapat membangun dengan izin Allah Ta’ala.

 

Berikut ini beberapa kaidah yang menjadikan kebangkitan ini membuahkan hasil, bermanfaat dan dapat membangun dengan izin Allah Ta’ala.

 

Kaidah – kaidah penting untuk meraih kesuksesan dalam kebangkitan islam:

 

  1. Berpegang teguh dengan kitab dan Sunnah.

 

Sesungguhnya kebangkitan ini menyeluruh di berbagai negeri islam, akan tetapi kebangkitan ini wajib berada diatas pondasi yang kokoh yang berpijak diatas kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, karena apabila kebangkitan ini tidak berada pada pondasi tersebut akan menjadi sebuah kebangkitan yang seperti badai topan, yang lebih banyak menghancurkan dari pada membangun. Akan tetapi apabila dibangun diatas kitabullah dan sunnah Rasul-Nya yang kokoh, maka akan membuahkan pengaruh yang signifikan bagi umat islam dan selainnya.

 

Sehingga sesungguhnya apabila umat islam, para penguasa dan rakyat kembali kepada agama Allah dengan sebenar-benarnya, menjadikan orang – orang yang beriman sebagai wali dan orang kafir sebagai musuh, niscaya umat islam akan dapat mengusai seluruh penjuru bumi timur dan barat.

 

Tidaklah umat islam mendapatkan pertolongan karena pergerakan dan pribadi mereka, akan tetapi mereka mendapatkan pertolongan karena mereka telah menegakkan agama Allah, karena Allah telah menjamin akan memenangkan agama-Nya diatas seluruh agama.

 

 

Allah Ta’ala telah berfirman :

 

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (9)

 

“  Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci “. ( QS. Ash-Shaff : 9 ).

 

Dan konsekuensi memenangkan agama ini adalah memenangkan orang – orang yang berpegang teguh dengan agama ini. Dan untuk kembali kepada kitabullah dan sunnah Nabi-Nya adalah dengan cara mentadaburi Al qur’an dan mengamalkannya yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan.

 

Sehingga yang terpenting adalah kita bangun kesadaran dan kebangkitan ini diatas dua asas kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, dengan tidak mengedepankan perkataan seorang pun diatas Al qur’an dan sunnah.

 

  1. Ilmu dan Bashirah.

 

Termasuk perkara yang penting adalah, wajibnya kebangkitan itu berada diatasnya ilmu, yaitu mengetahui syariat Allah yang bersumber dari kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. Allah Ta’ala telah berfirman :

 

وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا (113)

“ Dan Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. ( QS. An-nisa : 113 ).

 

Maka ilmu adalah pondasi dakwah dan materinya, dan tidak mungkin selamanya dakwah itu sempurna sesuai dengan apa yang Allah ridhoi kecuali dengan dibangun diatas ilmu. Sehingga setiap dakwah yang tanpa ilmu pasti terdapat penyimpangan dan kesesatan di dalamnya. Oleh karena itu Nabi Shalallahu alaihi wa sallam telah memperingatkan hal ini bahwa ketika diwafatkannya para ulama, maka tidak tersisa kecuali orang-orang bodoh yang berfatwa tanpa ilmu sehingga sesat dan menyesatkan.

 

Oleh karena itu kebangkitan saja tidaklah cukup, akan tetapi harus dengan ilmu, yang manusia itu berjalan diatasnya dalam beramal dan berdakwah. Karena dakwah tanpa ilmu adalah dakwah diatas kebodohan, dan dakwah diatas kebodohon itu bahaya lebih besar dari pada manfaatnya, dan lebih banyak merusak dari pada memperbaiki. Sehingga wajib bagi setiap da’i berdakwah diatas ilmu.

 

Dakwah di atas bashirah berpusat pada beberapa perkara, diantaranya :

 

  • Apa yang disampaikan berdiri diatas bashirah.
  • Mengetahui keadaan objek dakwah.
  • Mengetahui cara berdakwah.

 

  3. Pemahaman

 

Termasuk perkara penting dalam kebangkitan yang berkah ini adalah masalah pemahaman, yaitu memahami maksud Allah dan Rasul-Nya , karena kebanyakan manusia diberikan ilmu tapi tidak diberi pemahaman, tidaklah cukup hanya menghafal kitabullah dan sunnah saja tanpa pemahaman, tetapi apa yang kita pahami dari Al qur’an dan As-sunnah harus sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya, karena alangkah banyak kerusakan dari suatu kaum yang disebabkan karena berdalil dengan nash tapi tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki dan dimaksud oleh Allah dan Rasul-Nya, sehingga menyebabkan sebuah kesesatan.

 

Sebuah catatan penting bahwa kesalahan dalam pemahaman lebih bahaya dari pada kesalahan karena kebodohan, karena orang bodoh yang salah karena kebodohannya mengetahui dan sadar bahwa ia bodoh sehingga mau belajar, sedangkan orang yang pemahamannya salah dia menganggap bahwa dirinya berilmu dan menganggap apa yang ia pahami sesuai dengan maksud dan apa yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.

 

Sehingga kita katakan kepada pemuda kebangkitan, sesungguhnya masalah pemahaman adalah masalah yang sangat penting, maka kita katakan bahwa wajib bagi kita memahami apa yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya.

 

4. HIkmah.

 

Termasuk perkara yang sangat penting sekali adalah masalah hikmah dalam berdakwah, terlebih khusus bagi para pemuda kebangkitan islam.

Hikmah adalah memposisikan sesuatu pada posisinya dan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dan termasuk bukan sikap hikmah adalah tergesa-gesa dan menginginkan berubahnya keadaan menusia menjadi seperti keadaannya para sahabat dengan waktu singkat ,hanya antara waktu sore dan pagi hari saja. Hal ini termasuk bentuk kurangnya akal dan jauh dari sifat hikmah, karena berubahnya keadaan ini membutuhkan waktu secara bertahap sebagaimana syariat yang turun adalah dengan bertahap, seperti bertahapnya syariat sholat, zakat dan puasa.

 

Dan sifat hikmah ini tercermin bagaimana sikap Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam ketika menghadapi arab badui yang kencing di masjid, dan sikap beliau sholallahu alaihi wa sallam dengan muawiyah bin hakam as sulami. Dari kisah ini bisa diambil sebuah faedah tentang pentingnya menggunakan metode lemah lembut kepada orang bodoh yang tidak tahu.

 

Sesungguhnya demi Allah kita sangat merasa senang sekali melihat ghirahnya pemuda kita, semangatnya dalam menghilangkan kemungkaran, menegakkan kebenaran dan menyebarkan kebaikan. Akan tetapi kita ingin dari hati yang paling dalam agar mereka para pemuda bersikap hikmah dalam apa yang mereka kerjakan.

 

Sikap hikmah dalam berdakwah, merubah kemungkaran, menegakkan kebenaran, dan memerintahkan yang ma’ruf merupakan apa yang diinginkan oleh syariat, dan kita tidak boleh melaksanakan syariat ini sesuai dengan hawa nafsu kita, tetapi harus sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.

 

 

 

  1. Dekat dan Kasih Sayang.

 

Wajib bagi kita dalam kebangkitan ini untuk mewujudkan persaudaraan islam yang penuh dengan kasih sayang, karena sesama orang yang beriman itu adalah bersaudara.

 

Dan konsekuensi persaudaraan ini adalah sebagian kita tidak boleh berbuat melampaui batas kepada sebagian yang lainnya, tidak boleh berbuat dhalim, akan tetapi kita adalah umat yang satu, tidak berpecah belah dalam agama Allah.

 

Atas dasar ini wajib bagi kita untuk melihat apa yang terjadi diantara para pemuda, sebagian mereka berada dalam perselisihan dan permusuhan dalam suatu perkara yang sebenarnya termasuk perkara yang islam berlapang dada di dalamnya dan termasuk perkara ijtihadiyah yang seseorang boleh berijtihad di dalamnya.

 

Maka wajib bagi pemuda islam untuk menjaga persatuan, berhati-hati dalam beberapa perkara, bersikap hikmah dalam berdakwah, lapang dada dalam masalah ijtihadiyah dan tidak memaksa orang lain lain untuk mengikuti pendapatnya.

 

  1. Sabar dan Mengharap pahala.

 

Sesungguhnya pemuda pemudi kebangkitan islam mendapatkan kesempitan pada sebagian keadaan, seperti ketika di pasar, sekolah, kampus dan rumah-rumah mereka.

Banyak dari pemuda yang mengeluhkan sikap bapak dan ibu mereka yang membuat hati mereka sempit karena mensifati mereka sifat aib dan celaan. Akan tetapi wajib bagi kita untuk bersabar dan mengharap pahala, jangan sampai hal ini menghalangi kita untuk berdakwah.

 

Sebagaimana Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam ketika mendapatkan gangguan dan disakiti oleh kaumnya, seperti dilempari dengan kotoran, dilempari dengan batu sehingga kaki beliau berdarah, akan tatapi beliau tetap bersabar, mengharap pahala dan tetap berdakwah menyeru kepada jalan Allah.

 

Oleh karena itu wahai para pemuda bersabarlah, istiqamahlah diatas kesabaran, bertaqwalah, dan ketahuilah bahwasanya Allah bersama orang yang bertaqwa dan berbuat kebaikan. Tetaplah berusaha mendakwahi keluarga dengan penuh hikmah, kelembutan, kasih sayang, kesabaran dan janganlah berputus asa, karena sikap keras itu lebih banyak merusak dari pada memperbaiki.

 

  1. Berakhlak dengan akhlak mulia.

 

Seorang da’i wajib berpegang teguh dengan akhlak mulia, yang mana nampak darinya pengaruh ilmu dalam keyakinan, ibadah, penampilan dan tingkah lakunya, sehingga akan terlihat peran seorang da’i dalam berdakwah. Akan tetapi apabila seorang da’i jauh dari hal tersebut diatas maka akan gagal dakwahnya.

 

Bukanlah akhlak seorang da’i apabila melarang seseorang dari sesuatu hal akan tetapi dia sendiri menerjangnya, dan memerintahkan kepada sesuatu akan tetapi dia meninggalkannya. Maka wajib bagi para da’i untuk berakhlak dengan apa yang ia serukan berupa ibadah, muamalah dan akhlak yang baik agar dakwahnya diterima.

 

Wahai saudaraku sesungguhnya aku ingin agar seorang da’i berakhlak dengan akhlak yang pantas baginya, sehingga menjadi seorang da’i yang sebenar-benarnya dan perkataannya lebih dekat untuk diterima.

 

  1. Menghilangkan pembatas antara da’i dan masyarakat.

 

Sesungguhnya banyak dari saudara kita para da’i ketika  melihat suatu kaum berada dalam kemungkaran muncul rasa ghirah, kecemburuan dan kebencian terhadap perkara munkar tersebut, akan tetapi ia tidak pergi mendatangi dan menasehati mereka, dan ini adalah sebuah kesalahan dan bukan termasuk sikap hikmah. Tetapi sikap yang hikmah adalah mendatangi dan mendakwahi mereka, memberikan sebuah dorongan, motivasi dan ancaman, sehingga janganlah mengatakan mereka adalah orang – orang fasik yang tidak mungkin aku duduk bersama mereka.

 

Sesungguhnya selayaknya bagi seorang da’i  bersabar menahan hawa nafsunya, memaksa jiwanya, dan menghilangkan pembatas antara dia dan manusia, sehingga memungkinkan untuk sampainya dakwah kepada orang yang sangat membutuhkan. Adapun sikap angkuh, sombong dan mengatakan “ Jika ada orang yang mendatangiku maka akan aku sampaikan dakwah, dan jika tidak ada yang mendatangiku maka tidak ada kewajiban bagiku untuk menyampaikan dakwah “, ini adalah sikap yang bertentangan perjalanan hidup Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam.

 

  1. Metode lemah lembut.

 

Wajib bagi kita bersikap lemah lembut semaksimal mungkin dalam berdakwah kepada Allah, karena Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam telah bersabda :

 

يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَالاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ

 

“Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya”. ( HR. Muslim no. 2593 ).

 

Dan Allah Ta’ala telah berfirman :

 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

 

“Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu” [Ali Imran : 159].

 

Sehingga sikap lemah lembut dalam berdakwah akan nampak lebih jelas bagi yang memperhatikan perjalanan hidup Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam, yang mana beliau sangat kasih sayang dan berlemah – lembut kepada umatnya, sebagai dalam kisah arab badui yang kencing di masjid.

Maka selayaknya bagi seorang da’i bersikap lemah lembut dalam menyeru kepada jalan Allah dan mengingkari kemungkaran, karena dengan kelembutan akan memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh dengan sifat kasar.

 

 

  1. Pemuda yang lapang dada dalam menyikapi perbedaan pendapat diantara para ulama.

 

Wajib bagi para pemuda, para da’i yang berpegang teguh dengan agama untuk berlapang dada dalam menyikapi perbedaan pendapat dikalangan para ulama, dan apabila menilai seseorang bahwa pendapatnya salah dalam pandangannya, maka ia akan memberikan udzur kepadanya.

 

Ini adalah point yang sangat penting sekali, karena sebagian orang mencari-cari kesalahan orang lain yang menyebabkan melanggar hak mereka, dan ini adalah kesalahan besar.

 

  1. Membatasi perasaan dengan syariat dan akal.

 

Selayaknya bagi yang mempunyai kesadaran dan pergerakan yang penuh berkah ini untuk tidak terbawa dengan perasaan, sehingga menghalangi meraka dari menggunakan akalnya dan berjalan diatas rambu-rambu syariat, karena apabila sebuah perasaan tidak diikat dan dibatasi dengan syariat dan akal akan lebih banyak merusak dan membahayakan dari pada memperbaiki.

 

Sehingga bagi pemuda yang memiliki sebuah kesadaran dan pergerakan yang barakah ini untuk bersikap hati-hati, memiliki pandangan jauh, menggunakan akalnya dan menjadikan apa saja yang mereka lakukan senantiasa berada diatas rambu – rambu syariat.

 

Jika kita ingin membangunkan umat islam dari tidur dan kelalaiannya, maka wajib bagi kita untuk berjalan diatas perencanaan yang matang dan pondasi yang kokoh. Maka dengan perasaan saja tidak akan terwujud hal tersebut, sehingga sebuah perasaan harus diikat dan dibatasi oleh syariat dan akal.

 

  1. Mengadakan kunjungan dan perjalanan diantara para pemuda.

 

Aku menganjurkan para pemuda agar saling mengunjungi diantara mereka karena akan membuahkan rasa cinta dan persatuan. Dan wajib bagi mereka untuk mempelajari keadaan mereka dan keadaan umat agar menjadi seperti hati dan jasad yang satu. Maka alangkah besarnya buah dari sebuah kunjungan.

 

  1. Tidak putus ada dengan banyaknya kerusakan.

 

Wajib bagi untuk tidak berputus asa dalam memperbaiki umat  ketika melihat banyaknya kerusakan, dan banyaknya yang berlawanan dengan kebenaran, karena kita yakin bahwa kebenaran akan mendapatkan kemenangan dan menghasilkan buah yang manis bagi orang – orang yang bertaqwa.

 

Harapan adalah sebuah motivasi yang kuat untuk semangat dalam meraih kesuksesan dalam berdakwah, sebagaimana putus asa adalah sebab kegagalan dan menghambat dakwah.

 

 

  1. Menghubungi pemerintah atau penguasa.

 

Wajib bagi kita untuk menghubungi para pengausa, pemerintah dan para pemimpin, dan tidak boleh bersikap keras kepada mereka sehingga seolah-olah ada jarak, kita berada dalam suatu lembah dan mereka berada pada lembah yang lainnya, karena hal ini akan mengakibatkan usaha perbaikan menjadi terhambat dan terhalang, Akan tetapi kita harus rendah hati agar sampai kepada kebenaran.

 

Apabila hubungan kita harmonis dengan pemerintah dan penguasa maka akan menghasilkan buah yang manis dengan izin Allah Ta’ala.

 

Semoga Allah mengumpulkan hati kita dan menganugrahkan kepada kita keikhlasan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Sholallahu alaihi wa sallam, keluarganya dan seluruh sahabatnya.

 

 

Diringkas dari kitab : ( Ash-Shahwah Islamiyah, Karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin ).

 

 

 

Back to top button