Jangan Menyia-nyiakan Waktu

” JANGAN MENYIA-NYIKAN WAKTU “
Saya melihat banyak sekali manusia yang mempergunakan waktu untuk hal-hal yang sangat tidak berguna. Malam yang begitu panjang mereka pergunakan untuk hal-hal yang sangat tidak berguna. Malam yang begitu panjang mereka gunakan untuk membicarakan hal-hal yang sangat tidak berguna atau membaca tulisan-tulisan yang tidak ada nilainya. Siang nan panjang justru digunakan untuk tidur. Kalaupun beraktifitas, di siang hari mereka hanya berjalan-jalan atau hanya berkeliling pasar.
Saya memandang mereka seperti orang-orang yang sedang berbincang-bincang di atas perahu, sedangkan perahu yang mereka tumpangi menyeret mereka entah ke mana, namun hal itu tidak mereka sadari. Jarang sekali orang yang saya lihat paham akan makna kehidupan ini dan mempersiapkan bekal untuk menjalani perjalanan abadi. Keadaan manusia sungguh berbeda-beda. Perbedaan terjadi karena perbedaan taraf ilmu dan wawasan yang mereka miliki.
Di antara manusia, orang-orang yang memiliki kesadaran akan makna hidup selalu mencari tahu dan memperbanyak bekal untuk perjalanannya yang abadi, hingga mereka memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Adapun yang lalai, mereka membawa bekal sekedarnya, atau mungkin keluar dari negerinya tanpa satu tempat bekal apapun. Alangkah banyaknya orang-orang yang berjalan dan telah melalui jalan yang panjang namun tetap tidak beroleh bekal apa-apa.
Oleh karena itu, pergunakanlah setiap detik umur anda dan bersegeralah sebelum kesempatan itu lenyap. Carilah ilmu, carilah hikmah, berlombalah dengan waktu, lawanlah nafsu dan carilah bekal sebanyak-banyaknya. Tatkala semua telah terlambat, tak akan berguna lagi penyesalan anda.
Anda tahu bahwa Anda terkalahkan oleh hawa nafsu Anda, dan Anda tahu bahwa Anda tak sanggup menaklukkannya. Alangkah anehnya, jika Anda gembira dengan ketertipuan Anda, larut dalam kealpaan Anda terhadap hal yang tersembunyi dari dari Anda. Anda tertipu oleh kesehatan Anda, namun Anda lupa betapa dekat penyakit dari diri Anda. Anda bangga dengan afiatmu namun Anda lalai akan betapa dekat saat sakit Anda
Telah Anda saksikan dengan mata kepala sendiri tempat pembaringan akhir Anda,
dan telah tampak di hadapan Anda ranjang-ranjang kematian lewat orang-orang yang ada di sekitar Anda.
Sungguh Anda telah tenggelam dan hanyut dalam kelezatan-kelezatan dunia,
hingga Anda lupa akan kerusakan diri Anda :
“Kau laksana tidak dengar kabar orang-orang yang telah berlalu
Tidak juga kau lihat waktu memperlakukan teman-temanmu
Jika engkau tak sadar itulah rumah-rumah abadi mereka”
Kubur-kubur mereka lenyap tertimpa angin menderu. Betapa banyak Anda lihat penghuni rumah yang tak pernah memasukinya, sebelum dia dipaksa memasukinya. Betapa banyak pemilik singgasana, diduduki musuh-musuhnya setelah dia diturunkan secara paksa?! Wahai orang-orang yang detik-detiknya terus merambat menuju ke sana! Namun anehnya kelakuannya seperti manusia yang tak tahu dan tak mengerti apa-apa. Bagaimana mata bisa nyenyak terpejam? Padahal dia tak tahu kemana tempat kembali.
( Diringkas dari kitab Shoidul Khotir, Karya Ibnu Al Jauzi )