Yang Dilarang Biasanya Menarik
” Yang Dilarang Biasanya Menarik “
Ibnu Al Jauzi Pernah berkisah : Saya merenung tentang kecenderungan nafsu terhadap segala hal yang dilarang. Saya menyimpulkan bahwa semkain kuat larangan itu, semakin kuat pula keinginan untuk melakukannya. Saya merenungkan apa yang terjadi pada Nabi Adam tatkala dilarang memakan buah terlarang itu. Ketika itu, dia sangat cenderung untuk memakan buah khuldi, padahal masih banyak pohon yang lain.
Dalam sebuah pepatah dikatakan, “Seseorang cenderung kepada yag dilarang dan sangat rindu dengan apa yang belum tercapai.”
Dikatakan, “Jika manusia dicegah untuk tidak makan, maka mereka akan mampu bersabar. Akan tetapi jika mereka disuruh untuk tidak menyembelih unta, pastilah mereka selalu berusaha melakukannya. Mereka akan berkata, “Kami dilarang dari suatu hal, pastilah ada sesuatu dibalik itu.” Dikatakan pula,
Yang paling digemari manusia ialah yang paling terlarang
Tatkala saya telusuri, saya menemukan dua penyebabnya. Pertama nafsu tidak bisa bersabar jika dibatasi. Telah cukup baginya pembatasan yang bersifat ragawi. Jika roh maknawinya dibatasi, akan memberontaklah ia. Oleh karena itu, jika seseorang duduk saja di rumahnya atas kemauannya sendiri, ia tidak akan merasa kesulitan. Sebaliknya, jika ia diperintahkan, “Janganlah engkau keluar rumah hari ini!”, maka sang waktu akan terasa lama berjalan.
” Mengamati Dampak Perbuatan “
Beliau Ibnu Al Jauzi juga berkata : Tak ada sesuatu yang lebih utama dan lebih baik selain sikap yang matang dalam melakukan segala hal. Jika seseorang melakukan sesuatu tanpa berpikir, biasanya yang terjadi adalah penyesalan dan duka nestapa. Oleh karenanya dalam melakukan sesuatu manusia diperintahkan untuk bermusyawarah, bertindak dengan teliti dan hati-hati, berpikir panjang dan berulang-ulang. Dengan demikian, ia laksana mengajak dirinya sendiri bermusyawarah, sebagaimana dikatakan, “Pikiran yang bisa berubah lebih baik daripada tindakan yang gegabah.”
Manusia yang keterlaluan adalah mereka yang melakukan sesuatu tanpa ketelitian dan musyawarah, khususnya yang bersangkutan dengan hal-hal yang menimbulkan kemarahan. Karena tindakannya yang terburu-buru, manusia akan hancur atau menyesal. Betapa banyaknya manusia yang memukul atau membunuh orang akibat kemarahannya. Saat sadar dan kemarahannya mereda, ia menyesal dan menangisi semua tindakannya yang sangat ceroboh.
Manusia yang membunuh akan kehilangan dunia dan akhirat. Demikian juga mannusia yang menuruti hawa nafsunya hingga melupakan akibatnya. Betapa banyaknya penyesalan yang ia derita sepanjang umurnya. Betapa banyak celaan yang diarahkan kepadanya, bahkan setelah kematiannya sekalipun. Lebih dari itu, ia tidak akan terlepas dari siksa yang akan diterimanya di hari akhir. Semua itu akibat kenikmatan sesaat yang pernah dilakukannya tanpa kesadaran.
Dengan demikian lakukanlah sesuatu dengan penuh teliti dan matang, serta lihatlah dengan jelas akibat yang muncul di kemudian hari. Khususnya sesuatu yang dapat menimbulkan kemarahan dan permusuhan. Jangan melakukan talak dengan segera hanya karena kesalahan kecil.
( Diringkas dari kitab Shoidul Khotir, Karya Ibnu Al Jauzi )