Kebutuhan Kepada Hidayah

Kebutuhan Kepada Hidayah

 

Allah Ta’ala berfirman:

(اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ)

Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus”.

Sebuah do’a yang senantiasa kita ucapkan minimal 17 kali sehari semalam dalam sholat lima waktu, mengisyarakat akan pentingnya kandungan do’a tersebut karena sebagai seorang hamba yang penuh dengan kelemahan sangat membutuhkan hidayah dalam mengerjakan perintah dan menjauhi larangan, tiada jalan keselamatan kecuali dengan hidayah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Seorang hamba senantiasa kebutuhannya sangat mendesak terhadap kandungan doa (dalam ayat) ini, karena sesungguhnya tidak ada keselamatan dari siksa (Neraka) dan pencapaian kebahagiaan (yang abadi di Surga) kecuali dengan hidayah (dari Allah Ta’ala) ini. Maka barangsiapa yang tidak mendapatkan hidayah ini berarti dia termasuk orang-orang yang dimurkai oleh Allah (seperti orang-orang Yahudi) atau orang-orang yang tersesat (seperti orang-orang Nashrani). (Majmuu’ul fata-wa, 14/37).

Oleh karena itu, Imam Ibnu Katsir ketika menjawab pertanyaan sehubungan dengan makna ayat di atas: bagaimana mungkin seorang mukmin selalu meminta hidayah di setiap waktu, baik di dalam shalat maupun di luar shalat, padahal dia telah mendapatkan hidayah, apakah ini termasuk meminta sesuatu yang telah ada pada dirinya atau tidak demikian?

Imam Ibnu Katsir berkata: “Jawabannya: tidak demikian, kalaulah bukan karena kebutuhan seorang mukmin di siang dan malam untuk memohon hidayah maka Allah tidak akan memerintahkan hal itu kepadanya. Karena sesungguhnya seorang hamba di setiap waktu dan keadaan sangat membutuhkan (pertolongan) Allah Ta’ala untuk menetapkan dan meneguhkan dirinya di atas hidayah-Nya, juga membukakan mata hatinya, menambahkan kesempurnaan dan keistiqamahan dirinya di atas hidayah-Nya. Sungguh seorang hamba tidak memiliki (kemampuan memberi) kebaikan atau keburukan bagi dirinya sendiri kecuali dengan kehendak-Nya, maka Allah Ta’alamembimbingnya untuk (selalu) memohon kepada-Nya di setiap waktu untuk menganugerahkan kepadanya pertolongan, keteguhan dan taufik-Nya. Oleh karena itu, orang yang beruntung adalah orang yang diberi taufik oleh Allah Ta’ala untuk (selalu) memohon kepadanya, karena Allah Ta’ala telah menjamin pengabulan bagi orang yang berdoa jika dia memohon kepada-Nya, terutama seorang yang sangat butuh dan bergantung kepada-Nya (dengan selalu bersungguh-sungguh berdoa kepada-Nya) di waktu-waktu malam dan di tepi-tepi siang”. (Tafsir Ibnu Katsir 1/50).

Dari keterangan diatas dapat kita ambil sebuah faedah dari do’a atau ayat diatas sebagai berikut :

  1. Doa tersebut menunjukkan batapa butuhnya seorang hamba kepada hidayah setiap saat.
  2. Doa tersebut mengandung permintaan tambahan dan kesempurnaan hidayah.
  3. Doa tersebut juga mengandung permintaan istiqomah dan teguh diatas jalan hidayah.

Sehingga selayaknya seorang hamba menghadirkan hatinya tatkala membaca doa tersebut dalam sholatnya, menghadirkan rasa butuh kepada hidayah dengan senantiasa memohon tambahan dan istiqomah diatas jalan hidayah.

( Pesantren ”Al Ukhuwah”  Joho Sukoharjo, Jawa Tengah. Jum’at,  13 Januari 2016 M ).

 

Back to top button