Bekal Menyambut Ramadhan

اللهم بلغنا رمضان
Ya Allah pertemukan Kami dengan Ramadhan

Tidak terasa, Waktu sangat cepat berlalu, hari demi hari kita lewati, ternyata bulan penuh keberkahan, ampunan dan rahmat sudah diambang pintu.

Lalu apa yang telah kita persiapkan untuk menyambut kedatangan tamu yang agung, yang membawa kebaikan dunia dan akhirat ?

Kita yakin Ramadhan pasti datang, akan tetapi tidak ada seorangpun dari kita yang yakin dan memastikan bahwa ia akan bertemu dengan Ramadhan, Kita hanya bisa berharap dan berdoa.

Salah satu nikmat yang harus banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya. Betapa Allah ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan.

Sesuatu yang agung dan mulia membutuhkan persiapan yang cukup untuk menyambutnya, Persiapan disini bukan hanya dengan menunggu datangnya bulan Ramadhan. Tetapi persiapan disini adalah mempersiapkan bekal untuk bekal di bulan Ramadhan.

Seseorang akan menyesal Bila terjun dalam peperangan Tapi tanpa persiapan
Seseorang akan menyesal Bila dapati Ramadhan Tapi tanpa bekal mapan

Ketidaksiapan yang Berbuah Pahit

Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita waspadai. Salah satunya adalah ( اَلتَّهَاوُنُ بِالْأَمْرِ إِذَا حَضَرَ وَقْتُهُ ), yaitu kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya. Ketidaksiapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya pun sangat besar, yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridha-Nya. Kedua dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata. (Badai’ul Fawaid 3/699). [1]Badai’ul Fawaid 3/699

Maka diantara kiat menyambut kedatangan Ramadhan adalah :

Pertama : Memperbanyak doa

Semoga Allah memuliakan kita semua bertemu dengan Ramadhan dalam keadaan sehat wal alfiat dan kita diberi pertolongan untuk melalukan ketaatan didalamnya. Dahulu para generasi salaf mereka sangat banyak berdoa untuk bersua dengan Ramadhan dan agar amalan mereka diterima oleh Allah.

Mu’alla Bin Al- Fadhal rahimahullah menuturkan :

كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان ، ويدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم

“Mereka (Para sallaf ) dahulunya berdoa kepada Allah selama 6 bulan untuk dipertemukan dengan Ramadhan, dan enam bulan selebihnya memohon kepada Allah agar diterima ibadah mereka.” (Lathaif Ma’arif : 148). [2]Lathaif Ma’arif : 148

Diantara doa yang mereka panjatkan adalah apa yang diriwayatkan imam Yahya bin Abi katsir :

اللهم سلمني إلى رمضان ، و سلم لي رمضان ، و تسلمه مني متقبلاً

“Ya Allah selamatkan aku bertemu dengan Ramadhan dan Selamatkanlah Ramadhan untukku, dan terimalah amal ibadahku.” ( Lathaif Ma’arif : 148 ). [3]Lathaif Ma’arif : 148

Kedua : Perbanyak taubat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُون

“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”

Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan.

Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah ta’ala berfirman,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣١)

“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nuur: 31).

Inilah yang dianjurkan oleh para ulama kita. Sebelum memasuki bulan Ramadhan, perbanyaklah taubat dan istighfar. Dengan Harapan Semoga di bulan Ramadhan kita bisa menjadi lebih baik. Kejelekan dahulu hendaklah kita tinggalkan dan ganti dengan kebaikan di bulan Ramadhan.

Ingatlah bahwa syarat taubat yang dijelaskan oleh para ulama (Ibnu Katsir rahimahullah),

“Menghindari dosa untuk saat ini, Menyesali dosa yang telah lalu, Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14:61).

Inilah yang disebut dengan taubat nashuha, taubat yang tulus dan murni. Semoga Allah menerima taubat-taubat kita sebelum memasuki waktu barokah di bulan Ramadhan sehingga kita pun akan mudah melaksanakan kebaikan.

Ketiga : Banyak memohon kemudahan dari Allah.

Selain Taubat, kita juga harus pahami bahwa untuk mudah melakukan kebaikan di bulan Ramadhan, itu semua atas kemudahan dari Allah. Jika kita terus pasrahkan pada diri sendiri, maka ibadah akan menjadi sulit untuk dijalani. Karena diri ini sebenarnya begitu lemah. Oleh karena itu, hendaklah kita banyak bergantung dan tawakkal pada Allah dalam menjalani ibadah di bulan Ramadhan. Terus memohon do’a pada Allah agar kita mudah menjalankan berbagai bentuk ibadah baik shalat malam, ibadah puasa itu sendiri, banyak berderma, mengkhatamkan atau mengulang hafalan Qur’an dan kebaikan lainnya.

Do’a yang bisa kita panjatkan untuk memohon kemudahan dari Allah adalah sebagai berikut.

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa

“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.” (Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya 3:255. Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah). [4]Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya 3:255. Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ

Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot.”

“Ya Allah, aku memohon pada-Mu agar mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran).”(HR. Tirmidzi no. 3233, shahih menurut Syaikh Al Albani). [5]HR. Tirmidzi no. 3233, shahih menurut Syaikh Al Albani

Salah satu hal yang dibutuhkan seseorang sebelum beramal ialah, menunjukkan sikap tawakkal kepada Allah dan semata-mata berharap kepadaNya, agar Dia senantiasa membantu dan meluruskan amalannya.

Ibnu Qayyim menyatakan, para ahlul ilmi telah bersepakat, bahwa salah satu indikasi taufiq Allah kepada hambaNya adalah pertolonganNya kepada hamba. Dan (sebaliknya), salah satu ciri dari kenistaan seorang hamba, yaitu orang yang hanya bermodalkan pada kepercayaan dan kemampuan dirinya semata.

Mengokohkan tawakkal kepada Allah merupakan modal paling penting untuk menyongsong musim-musim ibadah, guna menumbuhkan sikap ketidakberdayaan untuk menunaikan ibadah dengan sempurna, serta menyelamatkan diri dari kemungkinan terjerumus ke dalam lembah kehinaan dan kenistaan, apabila tidak mendapat anugerah taufiq dari Allah Ta’ala.

Selanjutnya, dia juga harus berdoa dengan penuh harap, supaya Allah berkenan menolong dan meluruskan amalannya. Langkah-langkah ini termasuk amalan yang paling agung, yang dapat mendatangkan taufiq Allah dalam menghidupi bulan Ramadhan.

Keempat : Bekal ilmu

Yaitu : Ilmu tentang ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menguraikan tuntunan ibadah puasa hingga hari raya. Ilmu tentang hukum-hukum islam yang berkaitan dengan puasa, tarawih, zakat, dan lain sebagainya. Ilmu ini akan bisa kita peroleh dengan menyimak keterangan para ulama, karya-karya mereka, arahan dan nasihat mereka untuk menyambut dan menjalani ibadah di bulan mulia. Tujuan : agar ibadah kita  membuahkan manfaat, berfaedah, dan tidak asal-asalan.

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ

“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” (Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15). [6]Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15

Tidak tahu akan hukum puasa, bisa jadi puasa kita rusak. Tidak tahu apa saja hal-hal yang disunnahkan saat puasa, kita bisa kehilangan pahala yang banyak. Tidak tahu jika maksiat bisa mengurangi pahala puasa, kita bisa jadi hanya dapat lapar dan dahaga saja saat puasa. Tidak tahu jika dzikir bareng-bareng entah sehabis shalat lima waktu atau di antara tarawih atau sehabis witir, itu tidak ada dalilnya, akhirnya yang didapat hanya rasa capek karena tidak menuai pahala.

Kelima : Persiapan melatih membiasakan diri dengan memperbanyak amal

Rasulullah memberikan contoh kepada kita untuk senantiasa mempersiapkan diri untuk menyambut puasa.

‘Aisyah pernah berkata, “Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sunnah di satu bulan lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari). [7]HR. Bukhari

Ibadah lain juga harus dipersiapkan seperti perbanyak tilawah, shalat malam, shalat fardhu bejamaah di masjid. Hal ini dimaksudkan agar sejak bulan Sya’ban kadar keimanan kita sudah meningkat. Boleh diumpamakan bulan Sya’ban adalah masa warming up ( pemanasan ) sehingga ketika memasuki Ramadhan kita sudah bisa menjalani ibadah shaum dan sebagainya itu sudah menjadi hal yang biasa.

Abu Bakr al Warraq al Balkhi rahimahullah mengatakan,

شهر رجب شهر للزرع و شعبان شهر السقي للزرع و رمضان شهر حصاد الزرع

“Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen.”

Sebagian ulama yang lain mengatakan,

السنة مثل الشجرة و شهر رجب أيام توريقها و شعبان أيام تفريعها و رمضان أيام قطفها و المؤمنون قطافها جدير بمن سود صحيفته بالذنوب أن يبيضها بالتوبة في هذا الشهر و بمن ضيع عمره في البطالة أن يغتنم فيه ما بقي من العمر

“Waktu setahun itu laksana sebuah pohon. Bulan Rajab adalah waktu menumbuhkan daun, Syaban adalah waktu untuk menumbuhkan dahan, dan Ramadhan adalah bulan memanen, pemanennya adalah kaum mukminin. (Oleh karena itu), mereka yang “menghitamkan” catatan amal mereka hendaklah bergegas “memutihkannya” dengan taubat di bulan-bulan ini, sedang mereka yang telah menyia-nyiakan umurnya dalam kelalaian, hendaklah memanfaatkan sisa umur sebaik-baiknya (dengan mengerjakan ketaatan) di waktu tesebut.”

Wahai kaum muslimin, agar buah bisa dipetik di bulan Ramadhan, harus ada benih yang disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun. Puasa, qiyamullail, bersedekah, dan berbagai amal shalih di bulan Rajab dan Sya’ban, semua itu untuk menanam amal shalih di bulan Rajab dan diairi di bulan Sya’ban. Tujuannya agar kita bisa memanen kelezatan puasa dan beramal shalih di bulan Ramadhan, karena lezatnya Ramadhan hanya bisa dirasakan dengan kesabaran, perjuangan, dan tidak datang begitu saja. Hari-hari Ramadhan tidaklah banyak, perjalanan hari-hari itu begitu cepat. Oleh sebab itu, harus ada persiapan yang sebaik-baiknya.

Keenam : Rancanglah agenda kegiatan yang manfaatnya besar di bulan Ramadhan

Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan.

Semoga Allah menjadikan Ramadhan kita lebih baik dari sebelumnya. Marilah kita menyambut Ramadhan mubarok dengan suka cita, diiringi ilmu, taubat dan perbanyak do’a kemudahan.

Pondok Pesantren ”Al Ukhuwah” Joho Sukoharjo.

Artikel Ilmiyah Alukhuwah.Com

Kamis, 22 Sya’ban 1438 H / 18 Mei 2017 M.

Referensi

Referensi
1 Badai’ul Fawaid 3/699
2, 3 Lathaif Ma’arif : 148
4 Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya 3:255. Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah
5 HR. Tirmidzi no. 3233, shahih menurut Syaikh Al Albani
6 Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15
7 HR. Bukhari
Back to top button