Kematian Kiamat Kecil
QIYAMAT SHUGHRA
Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam, keluarga dan shahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai akhir zaman.
Salah satu di antara pokok keimanan yang harus diyakini oleh setiap mukmin adalah beriman kepada hari akhir. Yaitu, beriman kepada segala sesuatu yang telah dikhabarkan oleh Allah Ta’ala dan Rosul-Nya tentang segala kejadian yang dialami manusia setelah kematiannya.
Seseorang yang meninggal dunia sesungguhnya ia telah masuk ke dalam hukum alam akhirat, dan orang yang mati maka telah tegak qiyamat atasnya. Oleh karena itu, termasuk dalam keimanan terhadap hari akhir adalah mengimani tentang hal-hal yang dialami manusia ketika datang kematiannya, berupa sakaratul maut, datangnya Malaikat maut, adanya husnul khatimah, su’ul khatimah, dan sebagainya. Dan juga beriman tentang kejadian kejadian-kejadian di alam kubur sesuai dalil-dalil dari Al Qur’an dan sunnah Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam.
Berikut ini merupakan pembahasan tentang qiyamat shughra dan peristiwa-peristiwa yang dialami manusia di alam kubur sebagai salah satu fase di antara fase-fase yang dilalui manusia menuju ke alam yang kekal yaitu alam akhirat.
QIYAMAT SHUGHRA
Definisi Qiyamat Shughra
Para ulama’ telah membagi qiyamat menjadi dua, yaitu qiyamat shughra dan qiyamat kubra. Adapun qiyamat shughra, yang dimaksudkan dengannya adalah kematian setiap manusia ketika datang ajalnya, di mana dengan kematian tersebut seseorang berpindah dari alam dunia ke alam akhirat. [1]
Oleh karena itu, barangsiapa yang datang kematiannya maka telah terjadi kiamat atas dirinya, dan telah sampai waktu yang telah dijanjikan kepadanya. Disebutkan dalam shahih Bukhari dan Muslim dari Aisyah ia berkata : “Beberapa orang a’rabi datang kepada Nabi Sholallahu alaihi wa sallamkemudian mereka bertanya kepada beliau tentang qiyamat. Lalu beliau melihat kepada seorang anak yang paling muda di antara mereka, kemudian beliau bersabda :
إِنْ يَعِشْ هَذَا, لاَ يُدْرِكُهُ الْهَرَمُ حَتَّى تَقُوْمَ عَلَيْكُمْ سَاعَتُكُمْ
“Jika anak ini terus berlangsung kehidupannya, maka tidaklah ia sampai pada masa tua kecuali telah datang qiyamat atas kalian.” [2]
Yang dimaksudkan dengan qiyamat pada hadits ini adalah meninggalnya orang-orang yang ada pada generasi mereka. Dari hadits ini dapat diketahui bahwa kematian yang dialami seseorang dapat dikatakan dengan qiyamat. Karena, setiap orang yang mati sesungguhnya ia telah masuk ke dalam hukum alam akhirat, dan telah tegak qiyamat atasnya.
Syaikh Shalih Al Fauzan berkata : Permulaan hari akhir adalah kematian. Oleh karena itu, barangsiapa yang meninggal dunia maka ia masuk ke dalam hari akhir. Barangsiapa yang meninggal dunia maka telah selesai dunia atasnya dan masuk ke alam akhirat. Sejak saat itulah dimulainya perkara-perkara akhirat di dalam kuburnya. [3]
Kematian Pasti Datang
Kematian pasti akan dialami oleh setiap makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia. Tidak ada satu makhluk pun yang hidup kecuali pasti akan datang waktu kematiannya. Hal ini sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah Ta’ala :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [4]
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. [5]
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ(26)وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. [6]
Kematian pasti akan dialami oleh setiap manusia dan jin. Sebagaimana sabda Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam:
أَعُوْذُ بِعِزَّتِكَ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الَّذِيْ لاَ يَمُوْتُ , وَاْلإِنْسُ وَالْجِنُّ يَمُوْتُوْنَ
Aku berlindung dengan keagungan-Mu. Engkau adalah Dzat yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau, Dzat yang tidak akan pernah mati, sedangkan jin dan manusia semua akan mati. [7]
Kematian Telah Ditentukan Waktunya
Allah telah menentukan kapan waktu datangnya kematian seseorang. Dan hal itu telah tertulis di Lauhul Mahfuzh serta telah ditulis oleh malaikat ketika seseorang masih berada di dalam rahim ibunya. Oleh karena itu, seseorang tidak akan dapat mendahului maupun mengakhirkan waktu kematiannya karena hal itu merupakan takdir Allah Ta’ala yang seseorang tidak akan mungkin untuk merubahnya.
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. [8]
نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali, tidak dapat dikalahkan [9]
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. [10]
Ketika Datangnya Kematian
Jika telah datang waktu kematian seseorang, maka Allah Ta’ala mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawanya. Jika dia seorang mukmin maka malaikat maut berada dalam bentuk yang indah dan bagus, namun jika ia seorang yang kafir atau munafik maka malaikat maut berada dalam bentuk yang menyeramkan.
Allah berfirman :
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. [11]
Apa yang dialami oleh seseorang ketika datang kematiannya tidaklah bisa kita saksikan ataupun kita lihat, meskipun kita bisa menyaksikkan tanda-tanda dan bekasnya. Di dalam Al Qur’an telah dijelaskan tentang keadaan orang menjelang kematiannya. Allah Ta’ala berfirman :
فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (83) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (84) وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ (85)
Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat. [12]
Dan firman Allah Ta’ala :
كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ (26) وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ (27) وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاق ُ(28) وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ (29) إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ (30)
Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”, dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. [13]
Syaitan Mendatangi Manusia Menjelang Kematiannya
Sebagaimana syaitan mendatangi manusia di setiap kesempatan untuk menggodanya dan menyesatkannya dari jalan Allah Ta’ala, demikian pula ketika seseorang telah berada di ambang kematiannya, syaitan pun mendatanginya dan berusaha supaya kehidupan orang tersebut ditutup dengan su’ul khatimah.
Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَيْءٍ مِنْ شَأْنِهِ حَتَّى يَحْضُرَهُ عِنْدَ طَعَامِهِ فَإِذَا سَقَطَتْ مِنْ أَحَدِكُمُ اللُّقْمَةُ فَلْيُمِطْ مَا كَانَ بِهَا مِنْ أَذًى ثُمَّ لِيَأْكُلْهَا وَلَا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ فَإِذَا فَرَغَ فَلْيَلْعَقْ أَصَابِعَهُ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي فِي أَيِّ طَعَامِهِ تَكُونُ الْبَرَكَةُ
Sesungguhnya syaitan mendatangi kalian di setiap kondisi kalian, ia datang ketika kalian makan, maka apabila jatuh satu suapan makanan kalian maka ambillah dan bersihkan kotoran yang menempel padanya, lalu makanlah dan jangan kalian sisakan untuk syaitan. Jika kalian telah selesai makan maka hendaklah menjilat jari-jari tangannya karena sesungguhnya kalian tidak mengetahui di bagian manakah adanya barakah. [14]
Para ulama’ menjelaskan bahwa pada saat itu, syaitan datang dengan bentuk menyerupai orang-orang yang dekat dengan seseorang yang akan meninggal tersebut, seperti ayahnya, ibunya, saudaranya dan sebagainya lalu mengajak untuk masuk ke agama yahudi atau nasrani atau selainnya dari keyakinan yang menyimpang.[15] Dan ini merupakan makna firman Allah Ta’ala :
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
(Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” [16]
Sakaratul Maut
Yang dimaksudkan dengan sakaratul maut adalah kesakitan dan kepedihan yang dirasakan oleh seseorang menjelang kematiannya. Hal ini dialami oleh setiap manusia baik mukmin maupun kafir. Namun orang kafir dan orang fajir akan mengalami kesakitan yang lebih sangat dibandingkan yang dialami oleh orang mukmin.
Allah berfirman :
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.
Rasulullah menjelang wafatnya juga mengalami sakaratul maut ini. Ketika beliau sakit menjelang wafat, di depan beliau ada sebuah wadah berisi air, lalu beliau mencelupkan tangannya pada air tersebut, lalu mengusapkannya pada wajah beliau. Lalu belaiu bersabda :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ , إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٌ
Laa ilaaha illaallah, sesungguhnya dalam kematian itu ada sakaratnya (kepedihannya).
Orang Kafir Dan Fajir Ingin Kembali Ke Dunia
Jika telah dating kematian, maka orang yang kafir berangan-anagn untuk kembali ke dunia supaya bias masuk islam. Demikian pula orang yang ahli maksiat ia beranga-angan untuk kembali ke dunia supaya bias bertaubat.
Allah berfirman :
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100)
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. [17]
Keimanan tidaklah diterima jika telah datang kematian, demikian pula taubat tidaklah diterima jika ruh telah sampai di tenggorokan. Allah berfirman :
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا(17)وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا(18)
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila dating ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. [18]
Rasulullah bersabda :
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ إِذَا حَضَرَهُ الْمَوْتَ مَا لَمْ يَصِلْ إِلَى دَرَجَةِ الْغَرْغَرَةِ
Sesungguhnya Allah masih menerima taubat seorang hamba ketika menjelang kematiannya selama ruh belum sampai di tenggorokan. [19]
[1] Al Irsyaad ila Shahihil I’tiqaad, Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, Cetakan Pertama, Tahun 1423 H, Darul ‘Ashimah, Riyadh, hal. 345
[2] HR. Bukhari 6030 dan Muslim 5249
[3] Syarh Ad Durratul Mudhiyyah fi ‘Aqdi Ahlil Firqatil Mardhiyyah, Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, Cetakan Pertama, Tahun 1425 H, hlm. 161
[4] QS. Ali Imraan: 185
[5] QS. Al Qashash: 88
[6] QS. Ar Rahmaan: 26-27
[7] HR. Bukhari no. 6835 dan Muslim no. 4894
[8] QS. Ali Imraan: 145
[9] QS. Al Waaqi’ah: 60
[10] QS. Al A’raaf: 34
[11] QS. Al An’aam: 61
[12] QS. Al Waaqi’ah: 83-85
[13] QS. Al Qyaamah: 26-30
[14] HR. Muslim no. 3794
[15] Lihat penjelasan tentang hal ini dalam Al-Qiyamah As-Shughra, Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar, Cetakan Pertama, Tahun 1406 H, Maktabah Al Falaah, Kuwait, hlm. 29
[16] QS. Ali Imraan: 8
[17] QS. Al Mu’minuun: 99-100
[18] QS. An Nisaa’: 17-18
[19] HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Al Hakim, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dihasankan Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami’us Shaghir wa Ziyadatuhu no. 1903
Ustad Nurman Darmawan hafidhahullahu Ta’ala