Perisai Hati

” Perisai Hati “

 

Ibnu Al Jauzi pernah berkisah : Saya merenungi keadaan dunia dan akhirat. Saya menyadari bahwa peristiwa-peristiwa yang menyangkut dunia sungguh nyata dan alami, sedangkan peristiwa akhirat hanya dapat dilihat dengan kacamata iman dan keyakinan. Yang nyata lebih kuat daya tariknya bagi mereka yang lemah imannya. Peristiwa-peristiwa itu akan selalu ada jika ada berbagai penyebabnya pula. Bergaul dengan manusia, melihat hal-hal yang elok dan cantik dan tenggelam dalam berbagai kenikmatan akan merangsang dan memperkuat hal-hal yang bersifat inderawi. Adapun menyendiri, bertafakur, dan mempelajari ilmu akan membawa kepada akhirat. Bisa kita bandingkan tatkala seseorang pergi ke pasar dengan mereka yang pergi ke kuburan .

Yang ke pasar akan kasar hatinya, sedangkan yang kedua akan lembut hatinya. Semua itu dikarenakan masing-masing dihadapkan kepada dua sebab yang berbeda, dua rangsangan yang berbeda. Sangatlah pantas bagi anda jika melakukan uzlah, melakukan perenungan, dan memperbanyak ilmu. Uzlah bisa mencegah anda dari perbuatan jahat, sedangkan tafakur dan ilmu adalah obat yang menyembuhkan. Obat yang tidak murni tidak akan berguna. Jika anda sudah terlalu jauh bergaul dengan cara yang sangat rusak, maka tidak ada solusi selain obat yang saya anjurkan tadi. Jika anda bergaul dengan manusia tanpa batasan moral etika, namun pada saat yang sama anda menginginkan kebeningan jiwa dan hati, maka keinginan anda sama sekali sia-sia.

 

 

” Sabar Menghadapi Amarah “

Beliau Ibnu Al Jauzi juga berkata : Jika anda melihat teman anda marah-marah dan berbicara dengan kata-kata tidak pantas diucapkan bersabarlah sejenak sebab setan telah mengalahkannya dan ia telah naik pitam. Jika anda peduli dengan tingkah dan perilakunya, sebenarnya anda telah bertindak seperti orang cerdas yang melayani orang gila atau seperti orang yang sadar dan waras mencaci maki orang yang pingsan. Yang seharusnya anda lakukan adalah menatapnya dengan mata hati yang sejuk, penuh kasih sayang, dan berusaha mengerti apa yang sedang menimpa dirinya, serta berusaha melepaskannya dari jerat tabiat yang tidak pantas itu. Sepatutnya anda pun mengerti, jika ia sadar akan apa yag diucapkannya pastilah ia akan menyesalinya. Anda akan mengerti keutamaan sabar. Dengan demikian, setidaknya anda telah menyelamatkannya dari tindakan-tindakan yang tak terkendali, sehingga akhirnya ia bisa tenang.

Hal itu juga hendaknya menjadi perhatian seorang anak tatkala ayahnya sedang marah, atau seorang istri tatkala suaminya marah. Hendaklah ia membiarkannya berkata apa adanya dan tak usahlah menyanggah dan banyak membantah. Hasilnya akan tampak setelah itu. Ia akan menyesal dan pasti meminta maaf. Jika istri atau anak melayani kemarahannya, yang muncul justru permusuhan dan pertengkaran serta pertikaian yang lebih jauh. Kebanyakan manusia tak mau menempuh cara yang saya sarankan itu. Tatkala melihat orang lain marah mereka justru meladeninya dengan perilaku yang sama. Sebenarnya tindakan itu tidak mengandung hikmah. Yang penuh hikmah adalah apa yang saya utarakan tadi. Sambutlah kemarahan itu dengan kepala dingin.

 

( Diringkas dari kitab Shoidul Khotir, Karya Ibnu Al Jauzi )

 

 

Back to top button