Keutamaan 10 Hari Bulan Dzulhijjah

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Kita hidup di dunia hanya sebentar, rata – rata umur umat ini hanya antara 60 – 70 tahun, sehingga harus menghargai waktu untuk diisi dengan amal sholeh sebagai bekal untuk menempuh perjalanan ke negeri akhirat yang sangat panjang.

Di antara karunia yang Allah berikan kepada para hambanya adalah Allah menjadikan momen – momen istimewa. Allah memberikan keistimewaan atas beberapa waktu dan musim yang keistimewaan itu tidak ada pada waktu yang lain di sepanjang tahun.

Diwaktu yang istimewa itu, para hamba mana kala beramal di janjikan oleh Allah Ta’ala dengan pahala yang melimpah ruah. Dan di janjikan sebuah keutamaan – keutamaan yang seseorang terpacu untuk beramal. Kita tahu persis bahwa iman kita kadang naik dan kadang turun. Karena imannya sering turun, maka perlu stimulasi ( perangsang) untuk beramal. Bagaimana caranya supaya kita terpacu untuk beramal ?

Disitulah Allah Ta’ala dengan kasih sayang-Nya, dengan kemurahan-Nya, Allah memberikan keistimewaan 2 di waktu khusus.

Orang cerdas adalah yang memanfaatkan sebuah peluang yang sangat berharga, Alhamdulillah, Kita sudah memasuki bulan dzulhijjah, Bulan mulia dengan berbagai amalan mulia terdapat di dalamnya. Apa sajakah keutamaan amal sholeh yang dikerjakan pada 10 awal bulan dzulhijjah ?

Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Dzulhijah

Rasulullahu Sholallahu alaihi wa sallam bersabda :

« مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».

Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun. (HR. Abu 2438 dan di shohihkan syaikh Al-Albani) [1]HR. Abu 2438 dan di shohihkan syaikh Al-Albani

Dalil lain yang menunjukkan keutamaan 10 hari pertama Dzulhijah adalah firman Allah Ta’ala,

وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Dan demi malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 2). [2]QS. Al Fajr: 2

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan bahwa tafsiran yang menyebut sepuluh hari Dzulhijah, itulah yang lebih tepat. Pendapat ini dipilih oleh mayoritas pakar tafsir dari para salaf dan selain mereka, juga menjadi pendapat Ibnu ‘Abbas. (Lathoif al Ma’arif, 469). [3]Lathoif al Ma’arif, 469

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma’ad

“Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam pertama dari bulan Dzulhijjah. Dan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama dari sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Dari penjelasan keutamaan seperti ini, hilanglah kerancuan yang ada. Jelaslah bahwa sepuluh hari terakhir Ramadhan lebih utama ditinjau dari malamnya. Sedangkan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama ditinjau dari hari (siangnya) karena di dalamnya terdapat hari nahr (qurban), hari ‘Arofah dan terdapat hari tarwiyah (8 Dzulhijjah).” (Zadul Ma’ad 1/5) [4]Zadul Ma’ad 1/5

Mujahid mengatakan,

“Amalan di sepuluh hari pada awal bulan Dzulhijah akan dilipatgandakan”. (Lathoif al Ma’arif, 458). [5]Lathoif al Ma’arif, 458

Amalan Utama di Awal Dzulhijah

Disunnahkan untuk memperbanyak puasa dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijah karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong kita untuk beramal sholeh ketika itu dan puasa adalah sebaik-baiknya amalan sholeh.

Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …(HR. Abu dawud 2437 dan dishihihkan Syaikh Al-Albani) [6]HR. Abu dawud 2437 dan dishihihkan Syaikh Al-Albani

Di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama. ( Lathoif al Ma’arif, 459 ).

Intinya, keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut bisa shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan amalan sholih lainnya. (Tajridul Ittiba’, hal. 116) [7]Tajridul Ittiba’, hal. 116

Termasuk yang ditekankan pula di awal Dzulhijah adalah bertaubat dari berbagai dosa dan maksiat serta meninggalkan tindak zholim terhadap sesama.

Sudah seharusnya setiap muslim menyibukkan diri di hari tersebut (sepuluh hari pertama Dzulhijah) dengan melakukan ketaatan pada Allah, dengan melakukan amalan wajib, dan menjauhi larangan Allah.

Semoga kita bisa mengisi 10 awal bulan Dzulhiijjah dengan sebaik – baiknya. Hanya Allah semata yang memberikan taufik.

Sumber: Faedah kajian Ustadz Abdullah Zaen, Rumaysho.com, Lathaif Ma’arif, Zadul Ma’ad, Tafsir As- Sa’di, dll.

Disusun oleh Ustadz Beni Hanif Setyawan, MH

Artikel Alukhuwah.Com

Referensi

Referensi
1 HR. Abu 2438 dan di shohihkan syaikh Al-Albani
2 QS. Al Fajr: 2
3 Lathoif al Ma’arif, 469
4 Zadul Ma’ad 1/5
5 Lathoif al Ma’arif, 458
6 HR. Abu dawud 2437 dan dishihihkan Syaikh Al-Albani
7 Tajridul Ittiba’, hal. 116
Back to top button