Siroh: Pentingnya Belajar Siroh #1

Pentingnya Belajara Siroh Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam Bagian Pertama

Diantara perkara penting yang harus diketahui, difahami serta diberikan perhatian yang besar oleh setiap Muslim adalah perkara Siroh. Ya, siroh Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam, manusia terbaik yang perjalanan hidupnya penuh dengan tuntunan yang patut untuk ditiru dan diambil pelajaran.

Banyak orang di kalangan umat Islam tertarik membaca biografi orang-orang terkenal dan sukses. Mereka membacanya dengan tujuan meneladani dan berusaha meniru mereka agar bisa menggapai kesuksesan serupa. Namun, sayangnya ketertarikan serupa tidak kita dapatkan dari mereka kepada buku-buku biografi Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga sebagian besar umat ini, tidak mengenal seseorang yang mereka sebut dalam syahadat mereka. Mereka tidak mengenal orang nomor satu dalam agama yang mulia ini.

Jika kisah manusia biasa saja terkadang dapat memberikan manfaat, dapat diambil pelajaran, dapat dijadikan motivasi dan spirit hidup, maka kisah Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam adalah kisah yang lebih patut untuk dipelajari. Karena kehidupan beliau adalah kehidupan yang berjalan seiring dengan bimbingan wahyu Ilahi dari sejak lahir hingga beliau wafat.

Mengapa Harus Mempelajari Siroh Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam ?

Ada beberapa alasan mengapa setiap Muslim harus mempelajari siroh Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya adalah :

Pertama: Agar lebih mengenal sosok Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia terbaik. Beliau juga penutup para nabi dan rasul serta yang terbaik di antara mereka. Tokoh yang ini adalah tokoh terbesar dalam sejarah manusia, dari manusia pertama, Adam, hingga kelak terjadinya kiamat.

Tokoh yang mulia ini sangat layak untuk dipelajari perjalanan hidupnya. Banyak alasan mengapa perjalanan hidup (siroh) beliau layak dipelajari. Alasan yang paling utama tentu saja, karena beliau seorang Rasul, utusan Rabb penguasa alam semesta. Dan terkait beliau ini, Allah berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab : 21)

Oleh karena itu, wajib bagi kita meneladani Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam dalam segala aspek ibadah dan kehidupan. Konsekuensinya pula adalah adanya keharusan bagi kita untuk mempelajari sirohnya. Karena siroh beliau adalah praktik nyata perintah Allah melalui diri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.

Kedua : Agar menimbulkan kecintaan kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.

Seseorang wajib mengupayakan bagaimana agar ia bisa mencintai Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam. Karena mencintai beliau shollallahu ‘alaihi wasallam adalah sebuah kewajiban. Cinta kepada beliau harus di atas cinta kepada seluruh makhluk lainnya. Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Salah seorang di antara kalian tidak beriman (dengan sempurna) sampai aku lebih dicintainya dari anak dan kedua orang tuanya serta seluruh manusia.”[1]HR. Bukhari dan Muslim.

Kita pun telah mendengar dialog Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam dengan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu,

قال عمر بن الخطاب: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ، إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ : “لاَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ”. فَقَالَ عُمَرُ: وَاللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ : “الآنَ يَا عُمَر

Umar berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri”. Maka Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”. Kemudian Umar berkata kepada beliau, “Sesungguhnya sejak saat ini, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri”. Maka Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sekarang (baru benar) wahai ‘Umar”. [2]HR. al-Bukhari no. 6632.

Ada tiga hal yang membuat seseorang cinta kepada orang lainnya:

  1. Secara fisik orang tersebut menarik,
  2. Orang tersebut memiliki perangai yang baik. Karena setiap orang akan memuji dan suka dengan sifat-sifat terpuji, dan
  3. Orang tersebut berjasa terhadap dirinya.

Ketika seseorang berjasa, maka ada penghormatan, kecintaan, dan keinginan untuk membahagiakannya pula.

Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang menarik secara fisik. Banyak riwayat yang menerangkan tentang ketampanan beliau. Beliau shollallahu ‘alaihi wasallam seorang yang terbaik akhlaknya. Allah ta’ala memujinya sebagai pemilik akhlak mulia. Dan beliau shollallahu ‘alaihi wasallam juga orang yang sangat berjasa terhadap umatnya. Semua itu tidak akan dapat kita ketahui kecuali dengan membaca siroh perjalanan hidup beliau shollallahu ‘alaihi wasallam.

Dengan mempelajari siroh, seseorang akan semakin mengenal Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam. Semakin mengenal beliau, maka semakin bertambah kecintaan kepadanya.

Ketiga : Besarnya perhatian para ulama terhadap siroh Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.

Karena sangat pentingnya siroh, maka para ulama pun telah memberikan perhatian yang amat besar terhadapnya. Baik dengan cara menulis, dalam mempelajari dan mengajarkan siroh Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam. Dan banyak nukilan-nukilan dari mereka yang menunjukkan betapa besar perhatian mereka terhadap sejarah Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam.

Seperti yang dinukilkan dari ‘Ali bin al-Husain (anak dari Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib) yang dikenal dengan sebutan Zaynal ‘Abidin. Beliau pernah berkata:

كُنَّا نُعَلَّمُ مَغَازِيَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَرَايَاهُ كَمَا نُعَلَّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ

“Kami dahulu diajari tentang sejarah peperangan Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam baik yang Nabi ikut serta maupun tidak sebagaimana kami diajari tentang surat Al-Qurān.”[3]Al-Jaami’ li Akhlaaq Ar-Raawi wa Aadaab as-Saami’  2/195

Ini menunjukkan bahwa para salaf terdahulu benar-benar menaruh perhatian terhadap sejarah Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, termasuk peperangan-peperangan Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dahulu mereka mengajarkan tentang surat-surat dalam Al-Qurān.

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Al-Imam Az-Zuhriy rahimahullah ta’ala, beliau berkata :

فِي عِلْمِ الْمَغَازِي عِلْمُ الْآخِرَةِ وَالدُّنْيَا

“Dalam ilmu sejarah Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam ada ilmu akhirat dan ilmu dunia.”[4]Al-Jaami’ li Akhlaaq Ar-Raawi wa Aadaab as-Saami’  2/195

Adapun buku-buku sejarah karya sejarawan muslim, di antaranya adalah :

  1. Ar-Rahiqum Makhtum, karya Shafiyur Rahman Al-Mubarakfuri. Buku ini sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Pustaka Al-Kautsar, dengan judul “Sirah Nabawiyah“.
  2. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam (ulama abad ke-9 H); sudah diterjemahkan dan diterbitkan oleh Pustaka Darul Falah.
  3. Shahih Sirah Nabawiyah, karya Syekh Dr. Akram Dhiya’ Al-Umri. Beliau dikenal sebagai pemerhati buku sejarah berdasarkan riwayat yang shahih saja. Buku ini juga sudah diterjemahkan.
  4. Mukhtashor Sirotir Rasul, karya Syaikh Abdullah bin Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab

Dan lainnya masih banyak dari karya-karya para ulama dalam hal siroh. Dan sekali lagi hal ini menunjukkan akan pentingnya materi siroh Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam bagi kaum Muslimin dan juga menunjukkan besarnya perhatian para ulama terhadapnya.

Bersambung insyaa Allah

Sumber dan Referensi lainnya: [5]Al Isthifaau Min Sirotil Musthafa Shollallahu ‘Alaihi Wasallam, karya Ustadz Doktor Abdul Aziz bin Ibrohim Al Umary hafidzohullahu ta’ala., [6]https://kisahmuslim.com/5237-4-alasan-mengapa-harus-membaca-sirah-nabi.html[7]https://firanda.com/1801-sirah-nabi-1-mempelajari-sirah-nabi-merupakan-bagian-dari-agama.html

Disusun oleh: Ahmad Imron Al Fanghony

Artikel Alukhuwah.Com

Referensi

Referensi
1 HR. Bukhari dan Muslim.
2 HR. al-Bukhari no. 6632.
3, 4 Al-Jaami’ li Akhlaaq Ar-Raawi wa Aadaab as-Saami’  2/195
5 Al Isthifaau Min Sirotil Musthafa Shollallahu ‘Alaihi Wasallam, karya Ustadz Doktor Abdul Aziz bin Ibrohim Al Umary hafidzohullahu ta’ala.
6 https://kisahmuslim.com/5237-4-alasan-mengapa-harus-membaca-sirah-nabi.html
7 https://firanda.com/1801-sirah-nabi-1-mempelajari-sirah-nabi-merupakan-bagian-dari-agama.html
Back to top button