Tafsir: Surat Al Furqan : 48-50
Turunnya Hujan Sebagai Karunia Yang Besar
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah , keluarga dan sahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik sampai hari kiamat.
Di antara nikmat yang sangat besar dan wajib untuk kita syukuri adalah turunnya hujan, yang dengannya tanah-tanah yang tandus menjadi subur, tanaman-tanaman yang bermanfaat tumbuh, manusia dan hewan bisa minum darinya dan juga berbagai manfaat lain yang tak terhitung jumlahnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا (48) لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا (49) وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا (50)
“Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih. Agar (dengan air itu) Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus), dan Kami memberi minum kepada sebagian apa yang telah Kami ciptakan, (berupa) hewan-hewan ternak dan manusia yang banyak. Dan sungguh, Kami telah mempergilirkan (hujan) itu di antara mereka agar mereka mengambil pelajaran; tetapi kebanyakan manusia tidak mau (bersyukur), bahkan mereka mengingkari (nikmat).”
[1]QS. Al Furqan : 48-50(QS. Al Furqan : 48-50)
Kandungan Ayat Secara Umum
[2]Al-Ilmam bi Ba’dhi Ayati Al-Ahkam Tafsiron wa Istinbathon, Fadhilatu Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Hal. 25.
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengingatkan para hamba-Nya dengan kekuasaan dan nikmat-Nya. Yang mana Allah ﷻ telah mengirimkan angin sebagai pendahuluan sebelum turunnya hujan, kemudian dengan angin itu Allah ﷻ mengadakan awan dan menurunkan air hujan yang suci dari awan tersebut. Dengan air itu, bumi hidup kembali setelah kematiannya. Dengan air itu, rerumputan tumbuh, manusia dan hewan pun minum darinya.
Dan Allah Ta’ala menjelaskan hikmah-Nya dalam mempergilirkan hujan di antara manusia, yaitu supaya mereka mengambil pelajaran dengan bersyukur kepada Allah Ta’ala ketika turunnya hujan dan bertaubat kepada-Nya ketika tertahan atau sedikitnya hujan. Akan tetapi, kebanyakan manusia justru membalasnya dengan melakukan kekufuran, tidak bersukur kepada Allah ﷻ ketika turun hujan dan tidak bertaubat kepada-Nya ketika tertahan ataupun sedikitnya air hujan yang turun.
Beberapa Pelajaran dari Ayat Ini
[3]Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Surah Al Furqaan), Fadhilatu Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Hal. 211-217, dan Al-Ilmam bi Ba’dhi Ayati Al-Ahkam Tafsiron wa … Continue reading
1. Besarnya kekuasaan, hikmah dan rahmat Allah ﷻ dengan menurunkan hujan.
2. Nikmat Allah ﷻ yang besar dengan turunnya air hujan, dengan air tersebut bumi menjadi hidup, manusia dan hewan bisa minum darinya.
3. Hikmah Allah ﷻ dalam mempergilirkan hujan di antara manusia, yaitu supaya mereka bersyukur kepada Allah Ta’ala ketika turunnya hujan dan bertaubat kepada-Nya ketika tertahan atau sedikitnya hujan.
4. Kebanyakan manusia justru membalas nikmat Allah ﷻ dengan melakukan kekufuran.
5. Penetapan adanya sebab, sebagaimana turunnya air hujan menjadi sebab hidupnya bumi kembali.
6. Tujuan adanya kabar gembira dan pendahuluan adalah memperkuat harapan akan datangnya suatu hal yang diharapkan, sebagaimana tujuan dikirimnya angin adalah untuk memperkuat harapan manusia akan datangnya hujan.
7. Hikmah Allah ﷻ dalam menurunkan hujan.
Seandainya air itu tidak diturunkan, namun muncul di permukaan bumi, tentulah tidak akan mendatangkan manfaat seperti yang kita lihat ini, karena air tersebut tidak akan sampai di puncak-puncak gunung kecuali setelah menenggelamkan apa yang ada di bawahnya. Berbeda halnya ketika air itu turun dari atas, maka akan sampai di puncak-puncak gunung dan bagian-bagian lain di bawahnya, ini adalah di antara bentuk hikmah Allah ﷻ.
8. Hukum asal air adalah suci dan mensucikan, baik air yang turun dari langit maupun yang muncul dari dalam bumi.
9. Penetapan hikmah dalam perbuatan Allah ﷻ.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا
“Agar (dengan air itu) Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus)”, maka di antara hikmah diturunkannya air hujan adalah supaya tanah yang tandus menjadi subur kembali dengan tumbuhnya tanam-tanaman. Ini merupakan dalil penetapan hikmah dalam perbuatan Allah ﷻ.
Maka di sini ada bantahan kepada salah satu kelompok ahli bid’ah, yaitu Jahmiyyah yang menyatakan bahwa perbuatan Allah ﷻ itu semata-mata karena kehendak-Nya, tanpa adanya alasan. Menurut mereka, jika Allah ﷻ melakukan perbuatan karena suatu hikmah, maka itu merupakan bentuk kekurangan. Tidak diragukan bahwa pernyataan tersebut tertolak, baik dengan dalil naqli (Al Qur’an dan Sunnah) ataupun dalil ‘aqli (logika). Karena perbuatan yang dilakukan dengan hikmah lebih sempurna daripada perbuatan yang dilakukan tanpa hikmah. Dan orang yang melakukan perbuatan dengan hikmah berarti ia tidak serampangan melakukan perbuatan tersebut, tidak sekadar berdasarkan kehendaknya semata, namun dilandasi hikmah dan alasan yang melatarbelakanginya.
10. Bolehnya menyebutkan sebagian faedah dari suatu perkara dan itu tidak dianggap kekurangan.
Sebagaimana Allah ﷻ dalam ayat ini menyebutkan dua hal saja di antara faedah-faedah turunnya hujan, yaitu menghidupkan bumi yang mati dan memberikan minum bagi manusia dan hewan. Padahal masih ada faedah-faedah lain dari turunnya hujan, seperti digunakan untuk bersuci dan selainnya. Akan tetapi, karena hal yang paling dibutuhkan dari air adalah untuk menumbuhkan tanaman di bumi sebagai sumber makanan bagi manusia dan hewan, demikian pula untuk diminum, maka Allah hanya menyebutkan dua faedah tersebut.
11. Sempurnanya kekuasaan Allah ﷻ, di mana Allah ﷻ Maha Kuasa untuk mempergilirkan hujan di antara manusia.
12. Adanya sebagian orang yang berada di puncak kekufuran, karena mereka telah melihat tanda-tanda kebesaran Allah ﷻ namun justru bertambah kekufuran mereka kepada Allah ﷻ, maka ini adalah puncak kekufuran. Berbeda dengan orang yang belum melihat tanda kebesaran Allah ﷻ, ada kemungkinan ia diberi uzur atas kekufurannya.
13. Batilnya pendapat kaum Jabriyyah yang menyatakan bahwa manusia tidak memiliki kehendak. Pendapat tersebut terbantahkan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا
“tetapi kebanyakan manusia tidak mau (bersyukur), bahkan mereka mengingkari (nikmat).”, dalam ayat ini Allah mengabarkan, bahwa perbuatan mereka itu atas pilihan mereka sendiri, mereka sendiri yang kufur atas nikmat Allah ﷻ tersebut.
Dalam ayat yang lain, Allah ﷻ berfirman:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, kemudian menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az Zumar : 21)
Kandungan Ayat Secara Umum
[4]Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan, Al-‘Allamah as-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, hal. 1012-1013.
Dalam ayat ini, Allah ﷻ mengingatkan orang-orang yang berakal, tentang apa yang diturunkan oleh-Nya ﷻ berupa air, yang mana Allah ﷻ mengaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, yaitu Allah ﷻ menjadikannya berupa mata air yang mudah untuk dikeluarkan. Kemudian dengan air itu, Dia ﷻ menumbuhkan tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, berupa gandum, jagung, padi dan selainnya. Kemudian tanaman-tanaman itu menjadi kering ketika telah tua atau terkena hama. Dan tumbuhan itu menjadi kekuning-kuningan, lalu hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mau mengingat perhatian dan kasih sayang Allah ﷻ kepada hamba-Nya. Yang mana Allah ﷻ telah memudahkan mereka untuk mendapatkan air itu dan Allah ﷻ telah menjadikan air itu tersimpan di bumi demi kemaslahatan mereka. Demikian pula, mereka mengingat sempurnanya kekuasaan Allah ﷻ dan bahwa ﷻ akan menghidupkan orang yang telah mati, sebagaimana Dia menghidupkan bumi setelah kematiannya. Mereka mengingat bahwa Dzat yang melakukan hal tersebut adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi.
Beberapa Pelajaran dari Ayat Ini
[5]Al-Ilmam bi Ba’dhi Ayatil Ahkam Tafsiron wa Istinbathon, Fadhilatu Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Hal. 25-26.
- Sempurnanya nikmat Allah ﷻ dengan menurunkan hujan dan tersimpannya air tersebut di sumber-sumber air di bumi.
- Air yang keluar dari bumi adalah suci, karena berasal dari air yang turun dari langit.
- Sempurnanya kekuasaan dan nikmat Allah ﷻ dengan tumbuhnya berbagai macam tanaman untuk hamba-hamba-Nya dengan sebab air tersebut.
Disusun oleh Abu Muslim Nurwan Darmawan, B.A.
Artikel Alukhuwah.Com
Referensi
1 | QS. Al Furqan : 48-50 |
---|---|
2 | Al-Ilmam bi Ba’dhi Ayati Al-Ahkam Tafsiron wa Istinbathon, Fadhilatu Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Hal. 25. |
3 | Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Surah Al Furqaan), Fadhilatu Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Hal. 211-217, dan Al-Ilmam bi Ba’dhi Ayati Al-Ahkam Tafsiron wa Istinbathon, Fadhilatu Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Hal. 25-26. |
4 | Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan, Al-‘Allamah as-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, hal. 1012-1013. |
5 | Al-Ilmam bi Ba’dhi Ayatil Ahkam Tafsiron wa Istinbathon, Fadhilatu Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Hal. 25-26. |