Akhlaq: Kasih Sayang Kepada Anak-Anak bagian Ketiga

Dan dahulu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah meringankan sholat dikarenakan mendengar suara tangisan anak kecil dan ibunya ada di shof belakang beliau. Hal itu sebagai bentuk kasih sayang beliau bagi sang anak dan ibunya.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ‏:‏ إِنِّي لأَدْخُلُ فِي الصَّلاَةِ فَأُرِيدُ إِطَالَتَهَا، فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَأَتَجَوَّزُ مِمَّا أَعْلَمُ مِنْ شِدَّةِ وَجْدِ أُمِّهِ مِنْ بُكَائِهِ

Dari Anas bin Malik radhiyaallahu ‘anhu, dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda : “Saya pernah mengimami shalat, dan saya ingin memperlama bacaannya. Lalu saya mendengar tangisan bayi, dan sayapun memperingan shalatku. Karena saya tahu dari rasa beratnya (perasaan) sang ibu bayi dari tangisan anaknya. (HR. Ahmad 2202 dan Bukhari 707) [1]HR. Ahmad 2202 dan Bukhari 707

Wahai para ayah… Wahai para ibu sesungguhnya rasa kasih sayang kalian kepada anak-anak kalian adalah salah satu pintu dari pintu-pintu keberuntungan agar mendapatkan rahmat-Nya. Maka jangan sekali-kali kalian menganggap ringan hal ini sekalipun hanya sedikit yang dapat kalian berikan kepada mereka.

Dari Anas bin Malik radhiyaallahu ‘anhu :

جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا فَأَعْطَتْهَا عَائِشَةُ ثَلاَثَ تَمَرَاتِ فَأَعْطَتْ كُلِّ صَبِيِّ لَهَا تَمْرَةً وَأَمْسَكَتْ لِنَفْسِهَا تَمْرَةً فَأَكَلَ الصَّبِيَّانُ التَّمْرَتَيْنِ وَنْظُرَا إِلَى أُمِّهُمَا فَعَمَدَتْ إِلَى التَّمْرَةِ فَشَّقَّتْهَا فَأَعْطَتْ كُلَّ صَبِيٍّ نِصْفَ تَمْرَةٍ فَجَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَتْهُ عَائِشَةُ فَقَالَ: وَمَا يُعْجِبُكَ مِنْ ذَلِكَ؟ لَقَدْ رَحِمَهَا اللّٰهُ بِرَحْمَتِهَا صَبِيَّيْهَا

“Seorang perempuan datang kepada Aisyah radiallahu ‘anha, lalu Aisyah memberikan tiga buah kurma kepadanya dan perempuan itu memberikan kepada masing-masing anaknya satu buah kurma, dan menyisakan satu kurma untuk dirinya. Namun kedua anak itu setelah memakan kurma, keduanya melihat kepada ibunya,  kemudian perempuan tersebut melihat satu buah kurma (yang tersisa untuknya), maka dibelahnya menjadi dua dan diberikan kepada masing-masing anaknya. Setelah itu Nabi sallallahu alaihi wasallam datang, maka Aisyah radiallahu anha menceritakannya. Kemudian Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Apa yang membuatmu heran dengan kejadian tersebut? Sungguh Allah telah menyayanginya karena dia telah menyayangi anaknya.” (HR. Bukhari di kitab Adabul Mufrad, no. 89 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala) [2]HR. Bukhari di kitab Adabul Mufrad, no. 89 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala

Wanita ini adalah wanita yang fakir, dia tidak memiliki apapun untuk dia makan. Maka dia pun mendatangi Aisyah radhiyaallahu ‘anha untuk meminta makanan dan beliau pun memberikan kepadanya tiga buah kurma. Dan sang ibu memberikan kepada dua anaknya itu masing-masing satu kurma. Sang ibu pun menyisakan satu kurma untuknya karena dia pun juga merasa lapar, tatkala mau makan : “… Kedua anak itu setelah memakan kurma, keduanya melihat kepada ibunya,  kemudian perempuan tersebut melihat satu buah kurma (yang tersisa untuknya), maka dibelahnya menjadi dua dan diberikan kepada masing-masing anaknya.”. Maka sang ibu pun tetap dalam keadaan kelaparan, sang ibu mendahulukan kepentingan kedua anaknya dari pada dirinya sendiri. Dan inilah bentuk kasih sayang yang Allah jadikan ada apa para ibu.

Maka tatkala Aisyah menceritakan hal ini kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : “Apa yang membuatmu heran dengan kejadian tersebut? Sungguh Allah telah menyayanginya karena dia telah menyayangi anaknya.” Maksudnya adalah bahwa rasa kasih sayang yang besar ini yang Allah jadikan ada pada diri para ibu menjadi sebab datangnya Rahmat Allah bagi mereka.

Maka selayaknya bagi para wanita untuk memuhasabah (menginteropeksi) rasa kasih sayangnya, rasa lemah lembutnya, perhatiannya dan pendidikannya kepada anak-anak. Karena tidak ada yang sia-sia disisi Allah ta’ala. Dan jika Allah mudahkan dan Allah memperbaiki keadaan anak-anak itu lalu mereka berbakti, menyayangi dan berbuat baik kepadanya maka ini adalah kebaikan diatas kebaikan.

Doa orang tua untuk anak-anaknya adalah mustajab dan tidak di tolak. Sebagaimana hal ini telah tetap dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيْهِنَّ : دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga doa yang mustajab tanpa diragukan lagi : doa orang tua kepada anaknya, doa orang yang sedang safar dan doa orang yang terdzalimi.” (HR. Abu Dawud no. 1536 dan dihasakan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala) [3]HR. Abu Dawud no. 1536 dan dihasakan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala

Dalam riwayat lain :

وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِه

“Doa orang tua atas anaknya”. (HR. Ahmad no. 7510, Tirmidzi no. 1905 dan di hasankan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala) [4]HR. Ahmad no. 7510, Tirmidzi no. 1905 dan di hasankan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala

Termasuk sifat kasih sayang kepada anak-anak adalah memperbanyak doa kebaikan kepada mereka dan berhati-hati dari mendoakan kejelekan atas mereka. Terlebih ketika dalam kondisi marah, orang tua hendaknya tidak tergesa-gesa mendoakan kejelekan atas mereka, karena bisa jadi doa itu dikabulkan lalu hanya menyisakan penyesalan yang luar biasa.

Dan sungguh Nabi kita yang mulia Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan hal ini kepada kita. Beliau bersabda :

لَا تَدْعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلَا تَدْعُوْا عَلَى أَوْلَادِكُمْ وَلَا تَدْعُوْا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لَا تُوَافِقُوا مِنْ اللّٰهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ

“Jangan kalian mendoakan kejelekan atas diri kalian. Jangan kalian mendoakan kejelekan atas anak-anak kalian. Jangan kalian mendoakan kejelekan atas harta kalian. Jangan sampai kalian menepati suatu waktu yang pada waktu itu Allah Subhanahu wa ta’ala diminta sesuatu lantas Dia kabulkan bagi kalian.” (HR. Muslim no. 3009) [5]HR. Muslim no. 3009

Allah berfirman :

وَيَدْعُ ٱلْإِنسَٰنُ بِٱلشَّرِّ دُعَآءَهُۥ بِٱلْخَيْرِ وَكَانَ ٱلْإِنسَٰنُ عَجُولًا

“Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa”. (Al-Isra : 11) [6]QS. Al-Isra : 11

Berkata Qatadah rahimahullahu ta’ala : “Ada orang yang berdoa kejelekan untuk hartanya, lalu dia melaknat harta dan anaknya. Seandainya Allah kabulkan doanya maka pasti dia akan binasa”. (Dikeluarkan oleh Imam Ath-Thibari 17/394) [7]Dikeluarkan oleh Imam Ath-Thibari 17/394

Berkata Syaikh Abdurrahman Assa’di rahimahullahu ta’ala : “Ini adalah bentuk kejahilan dan ketergesa-gesaannya manusia. Dimana mereka berdoa dengan doa kejelekan atas diri mereka sendiri, anak-anak dan harta mereka saat kondisi marah. Mereka tergesa-gesa dalam doa itu sebagaimana mereka tergesa-gesa dalam doa kebaikan.” (Tafsir Assa’di 1/454) [8]Tafsir Assa’di 1/454

Bersambung insyaallah…

Referensi :

Kitab Ahaditsul Akhlaq karya Syaikh Abdurrozzaq bin Abdil Muhsin Al Badr hafidzohullahu ta’ala Halaman 89-91.

Diringkas oleh Ahmad Imron Al Fanghony

Artikel Ilmiyah Alukhuwah.Com

Referensi

Referensi
1 HR. Ahmad 2202 dan Bukhari 707
2 HR. Bukhari di kitab Adabul Mufrad, no. 89 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala
3 HR. Abu Dawud no. 1536 dan dihasakan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala
4 HR. Ahmad no. 7510, Tirmidzi no. 1905 dan di hasankan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala
5 HR. Muslim no. 3009
6 QS. Al-Isra : 11
7 Dikeluarkan oleh Imam Ath-Thibari 17/394
8 Tafsir Assa’di 1/454
Back to top button