Akhlaq: Keutamaan Akhlak Baik Dan Bahayanya Akhlak Buruk
Keutamaan Akhlak yang Baik Dan Bahayanya Akhlak yang Buruk
Islam adalah agama yang sempurna ajarannya. Islam adalah agama yang sangat perhatian kepada para pengikutnya, sehingga apa saja yang dapat menyebabkan seseorang masuk kedalam Surga, maka pasti sudah dijelaskan dan disampaikan. Begitu pula, apa saja yang dapat menyebabkan seseorang masuk ke dalam Neraka, maka pasti sudah dijelaskan.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ’anhu, beliau berkata,
تَرَكَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ إِلاَّ وَهُوَ يَذْكُرُنَا مِنْهُ عِلْمًا. قَالَ: فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلاَّ وَ قَدْ بُيِّنَ لَكُمْ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah pergi meninggalkan kami (wafat), dan tidaklah seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di udara melainkan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah menerangkan ilmunya kepada kami.” Berkata Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, ‘Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian.’” (HR. At-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (II/155-156 no. 1647) dan Ibnu Hibban (no. 65) dengan ringkas dari Sahabat Abu Dzar radhiyallahu anhu. Lihat Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah no. 1803)[1]HR. At-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (II/155-156 no. 1647) dan Ibnu Hibban (no. 65) dengan ringkas dari Sahabat Abu Dzar radhiyallahu anhu. Lihat Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah no. 1803
Oleh karena itu, dalam hal akhlak, Islam telah menjelaskan semuanya. Dari akhlak yang baik beserta keutamaan-keutamaan yang ada padanya, sampai akhlak yang buruk dan bahaya-bahayanya. Demikian pula Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan teladan yang sempurna dalam hal akhlak yang baik dan mewanti-wanti umatnya dari akhlak yang buruk.
A. Keutamaan Akhlak Baik
Akhlak yang baik merupakan sifat terpuji yang harus dimiliki setiap Muslim. Oleh karena itu, akhlak yang baik dan orang yang berakhlak baik mendapatkan keutamaan yang besar dalam Islam, di antaranya adalah:
Pertama. Orang yang berakhlak baik adalah orang yang sangat dicintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan paling dekat duduknya di hari kiamat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR. Tirmidzi no. 1941. Dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no. 2201.)[2]HR. Tirmidzi no. 1941. Dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no. 2201.
Kedua. Orang yang berakhlak baik adalah orang yang dapat mencapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin salat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan salat dengan sebab akhlaknya yang luhur.” (HR. Ahmad no. 25013 dan Abu Dawud no. 4165. Dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhiib no. 2643.)[3]HR. Ahmad no. 25013 dan Abu Dawud no. 4165. Dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhiib no. 2643.
Ketiga. Orang yang berakhlak baik adalah orang yang sempurna imannya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi no. 1162. Dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 284.)[4]HR. Tirmidzi no. 1162. Dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 284.
Keempat. Akhlak baik adalah amalan yang berat pahalanya di akhirat.
Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ يُوْضَعُ فِي المِيْزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ
“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang mulia…”{(HR. Tirmidzi no. 2134. Syaikh Al-Abani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Lihat Shahih Al Jaami’ no. 5726.)[5]HR. Tirmidzi no. 2134. Syaikh Al-Abani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Lihat Shahih Al Jaami’ no. 5726.
B. Bahaya Akhlak Buruk
Berikut ini adalah bahaya dari akhlak yang buruk, di antaranya adalah:
Pertama. Orang yang berakhlak buruk adalah orang yang paling dibenci Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari Jabir Bin Abdillah beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي فِي الآخِرةِ أَسْوَؤُكُمْ أَخْلَاقًا
“Sungguh orang yang paling kubenci dan paling jauh dariku kelak di akhirat adalah orang yang paling jelek akhlaknya di antara kalian”. (HR Ahmad dan disahihkan oleh Al Albani)[6]HR Ahmad dan disahihkan oleh Al Albani
Kedua. Orang yang berakhlak buruk adalah orang yang telinganya akan dipenuhi dengan cacian pada Hari Kiamat.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَهْلُ الجَنَّةِ مَنْ مَلَأَ اللهُ أُذُنَيْهِ مِنْ ثَنَاءِ النَّاسِ خَيْرًا، وَهُوَ يَسْمَعُ، وَأَهْلُ النَّارِمَنْ مَلَأَ اللهُ أُذُنَيْهِ مِنْ ثَنَاءِ النَّاسِ شَرًّا وَهُوَ يَسْمَعُ
“Penghuni Surga, yaitu orang yang Allah penuhi telinganya dengan pujian yang baik dari manusia dan ia mendengarnya. Dan Penghuni Neraka, yaitu orang yang Allah penuhi telinganya dengan cacian manusia dan ia sendiri mendengarnya”. (HR Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani)[7]HR Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani
Ketiga. Orang yang berakhlak buruk adalah orang yang kejelekan akhlaknya akan menimpa dirinya dan keluarganya.
Berkata Salamah Bin Dinar rahimahullah,
السَّيِّئُ الخُلُقُ أَشْقَى النَّاسِ بِهِ نَفْسُهُ الَّتِيْ بَيْنَ جَنْبَيْهِ، هِيَ مِنْهُ فِيْ بَلَاءٍ، ثُمَّ زَوْجَتُهُ، ثُمَّ وَلَدُهُ، حَتَّى أَنَّهُ لَيَدْخُلُ بَيْتَهُ، وَإِنَّهُمْ لَفِيْ سُرُوْرٍ، فَيَسْمَعُوْنَ صَوْتَهُ، فَيَنْفِرُوْنَ مِنْهُ فرَقًا مِنْهُ
“Orang yang jelek akhlaknya akan membuat dirinya sendiri menderita, ia berada di dalam bala’, kemudian istrinya dan anaknya juga, bahkan ketika ia masuk ke dalam rumah dan keluarganya dalam keadaan bahagia, seketika mereka mendengar suaranya, mereka pun terusik dengannya dan pergi menjauh”.
Keempat. Jika kaum muslimin berhias dengan akhlak mulia serta menunaikan hak-hak saudaranya yang itu menjadi kewajibannya, maka hal itu merupakan gerbang utama masuknya manusia ke dalam agama ini. Hal ini sebagaimana yang telah kita saksikan pada zaman para sahabat radhiyallahu ‘anhum, ketika manusia berbondong-bondong masuk Islam disebabkan keindahan akhlak dan keluhuran mereka dalam bermuamalah dan interaksi dengan sesama manusia.
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullahu ta’ala berkata,
“Kaum muslimin pada hari ini, bahkan manusia seluruhnya, sangat membutuhkan penjelasan tentang agama Allah, tentang keindahan dan hakikat agama-Nya. Demi Allah, seandainya manusia dan dunia pada hari ini mengetahui hakikat agama ini, niscaya mereka akan masuk Islam dengan berbondong-bondong, sebagaimana mereka berbondong-bondong masuk Islam setelah Allah menaklukkan kota Mekah untuk Nabi-Nya ‘alaihish shalaatu wassalaam.” (Majmuu’ Fataawa, 2/338)[8]Majmuu’ Fataawa, 2/338
Sumber dan Referensi lainnya [9]https://muslim.or.id/40677-keutamaan-berhias-dengan-akhlak-mulia.html, [10]https://hisbah.net
Disusun oleh Ahmad Imron Al Fanghony
Artikel Alukhuwah.Com
Referensi
1 | HR. At-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (II/155-156 no. 1647) dan Ibnu Hibban (no. 65) dengan ringkas dari Sahabat Abu Dzar radhiyallahu anhu. Lihat Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah no. 1803 |
---|---|
2 | HR. Tirmidzi no. 1941. Dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no. 2201. |
3 | HR. Ahmad no. 25013 dan Abu Dawud no. 4165. Dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhiib no. 2643. |
4 | HR. Tirmidzi no. 1162. Dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 284. |
5 | HR. Tirmidzi no. 2134. Syaikh Al-Abani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Lihat Shahih Al Jaami’ no. 5726. |
6 | HR Ahmad dan disahihkan oleh Al Albani |
7 | HR Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani |
8 | Majmuu’ Fataawa, 2/338 |
9 | https://muslim.or.id/40677-keutamaan-berhias-dengan-akhlak-mulia.html |
10 | https://hisbah.net |