Akhlaq: Kasih Sayang Kepada Anak-Anak bagian Kedua
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا كَانَ عِنْدَ رَسُولِ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ ابْنٌ لَهُ فَقَبَّلَهُ وَأَقْعَدَهُ عَلَى فَخِذِهِ، وَجَاءَتْهُ بَنِيَّةٌ لَهُ فَأَجْلَسَهَا بَيْنَ يَدَيْهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :” أَلَا سَوَّيْتَ بَيْنَهُمَا “.رَوَاهُ الْبَزَّارُ”.
Dari Anas bin Malik bahwasanya ada seorang laki-laki yang pernah berada disisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datanglah anak laki-lakinya dipun menciumnya dan mendudukkannya diatas pahanya. Setelah itu datanglah anak perempuannya dan mendudukkannya di depannya. Lalu bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Mengapa kamu tidak menyamaratakan antara keduanya?”. (HR. Bazzar dalam musnadnya no. 6361 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala) [1]HR. Bazzar dalam musnadnya no. 6361 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala
ورواه ابن الأعرابي في معجمه ولفظه قال كان النبي صلى الله عليه وسلم جالسا, وعنده رجل، فجاءه ابن الرجل فأقعده الرجل في حجره, وجاءت ابنته , فأقعدها إلى لزقه, فقال النبي صلى الله عليه وسلم: ألا عدلت بينهما؟
Ibnul A’roobiy meriwayatkan dalam mu’jamnya dengan lafadz : Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah duduk-duduk dan disampingnya ada seorang laki-laki. Lalu datanglah anak laki-laki orang tersebut lalu ia mendudukkannya di pangkuannya. Setelah itu datanglah anak perempuan laki-laki tersebut dan ia mendudukkannya disampingnya. Lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Mengapa kamu tidak berlaku adil antara keduanya??”. (HR. Ibnul A’roobiy no. 1844 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala) [2]HR. Ibnul A’roobiy no. 1844 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala
Karena jika sang ayah tidak bisa berlaku adil antara keduanya maka akan terjadi hasad, iri hati dan bahkan sampai permusuhan.
Dan termasuk sifat kasih sayang adalah berbuat adil kepada anak-anak. Dan jika seorang ayah tidak mampu berbuat adil diantara anak-anaknya, maka dapat terjadi saling dengki, saling bermusuhan dan saling menjauh antara satu dengan yang lainnya. Namun sebaliknya, jika ada keadilan diantara mereka maka ini adalah sebab terbesar terwujudnya kasih sayang diantara mereka dan kebaktian mereka kepada kedua orang tua.
Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, dimana beliau berkata ketika sedang berkhutbah di atas mimbar,
أَعْطَانِي أَبِي عَطِيَّةً، فَقَالَتْ عَمْرَةُ بِنْتُ رَوَاحَةَ: لاَ أَرْضَى حَتَّى تُشْهِدَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: إِنِّي أَعْطَيْتُ ابْنِي مِنْ عَمْرَةَ بِنْتِ رَوَاحَةَ عَطِيَّةً، فَأَمَرَتْنِي أَنْ أُشْهِدَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: أَعْطَيْتَ سَائِرَ وَلَدِكَ مِثْلَ هَذَا؟ ، قَالَ: لاَ، قَالَ: فَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ ، قَالَ: فَرَجَعَ فَرَدَّ عَطِيَّتَهُ
“Bapakku (Basyir) memberiku sebuah hadiah. ”‘Amrah binti Rawahah berkata, “Aku tidak rela sampai Engkau mempersaksikannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Bapakku kemudian menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Aku memberikan hadiah kepada anakku dari ‘Amrah binti Rawahah, namun dia memerintahkanku untuk mempersaksikannya kepada Anda, wahai Rasulullah. ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah semua anakmu engkau beri hadiah seperti ini?”Bapakku menjawab, “Tidak.” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Bertakwalah kalian kepada Allah dan berbuat adil-lah terhadap anak-anak kalian. ”Nu’man bin Basyir kemudian berkata, “Dia pun menarik pemberiannya dan beliau (‘Amrah) juga menolak pemberian bapakku.” (HR. Bukhari no. 2587 dan Muslim no. 1623) [3]HR. Bukhari no. 2587 dan Muslim no. 1623
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
فَلَا تُشْهِدْنِي إِذًا، فَإِنِّي لَا أَشْهَدُ عَلَى جَوْرٍ
“Kalau begitu, jangan memintaku menjadi saksi, karena sesungguhnya aku tidak mau bersaksi atas (pemberian) yang dzalim ini.” (HR. Muslim no. 1623) [4]HR. Muslim no. 1623
Dalam riwayat Muslim, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَيَسُرُّكَ أَنْ يَكُونُوا لَكَ فِي اَلْبِرِّ سَوَاءً؟ قَالَ:بَلَى، قَالَ : فَلَا إِذًا
“Apakah kamu senang jika mereka (anak-anakmu) sama-sama berbakti kepadamu?”Ia Menjawab: Ya. Beliau bersabda: “Kalau begitu, jangan lakukan hal ini.”
Ini semua merupakan peringatan dari ketidakadilan dan kedzoliman diantara anak-anak. Sekaligus sebagai penjelasan bahwa ketidakadilan akan mewarisi kedurhakaan, tidak adanya kebaktian sang anak dan akan memunculkan sifat saling menjauh dan saling memutus hubungan kekerabatan diantara anak-anak serta hilangnya rasa kasih sayang diantara mereka.
وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ شَيْخٌ يُرِيْدُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَأَبْطَأَ القَوْمُ عَنْهُ أَنْ يُوَسِّعُوْا لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا، وَيُوَقِّرْ كَبِيْرَنَا
Dari Anas bin Malik radhiyaallahu ‘anhu beliau berkata : “Datang seorang laki-laki tua yang menginginkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam namun banyaknya orang ketika itu membuat laki-laki tua ini terhambat jalannya, sehingga Nabi pun memerintahkan mereka agar memberikan jalan yang luas untuknya. Lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang yang dituakan diantara kami”. (Hadits Shahih, Riwayat At-Tirmidzi no. 1919, Lihat Shahiihul jaami’ no.5445) [5]Hadits Shahih, Riwayat At-Tirmidzi no. 1919, Lihat Shahiihul jaami’ no.5445
وَعَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ جَدِّهِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ قَالَ : قَال رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ شَرَفَ كَبِيْرِنَا
Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya radhiyaallahu ‘anhum, berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Bukan termasuk golonganku, orang yang tidak sayang kepada yang kecil dan tidak mengenal kemuliaan (kedudukan) orang yang besar (lebih tua)”. (HR. Tirmidzi 1920 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala) [6]HR. Tirmidzi 1920 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala
Di dalam dua hadits ini terdapat peringatan keras serta ancaman terhadap semisal perbuatan ini, yaitu tidak adanya rasa kasih sayang kepada yang lebih kecil atau yang lebih muda. Dan orang yang demikian disifati dengan “bukan termasuk golongan kami”, menunjukkan bahayanya perbuatan ini dan termasuk perbuatan yang tercela dan keras bahayanya.
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي مُزَرِّدٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: سَمِعَ أُذُنَايَ هَاتَانِ، وَبَصُرَ عَيْنَايَ هَاتَانِ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدَيْهِ جَمِيعًا بِكَفَّيِّ الْحَسَنِ، أَوِ الْحُسَيْنِ صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْهِمَا وَقَدَمَيهِ عَلَى قَدَمِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ارْقَهْ، قَالَ: فَرَقِيَ الْغُلاَمُ حَتَّى وَضَعَ قَدَمَيْهِ عَلَى صَدْرِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : افْتَحْ فَاكَ، ثُمَّ قَبَّلَهُ، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ أَحِبَّهُ، فَإِنِّي أُحِبُّهُ.
Dari Mu’awiyah bin Abi Muzarrid, dari bapaknya beliau berkata : Aku mendengar Abu Hurairah berkata : Kedua telingaku ini telah mendengar dan kedua mataku ini telah melihat bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan kedua tangan beliau menempel ke kedua telapak tangan Al Hasan atau Al Husain dan menjadikan kedua kaki Al Hasan atau Al Husain menginjak kaki Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Naiklah”. Maka naiklah anak itu hingga kedua kakinya menginjak dada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau bersabda : “Bukalah mulutmu, kemudian beliau menciumnya dan bersabda : “Ya Allah sayangilah dia karena aku juga menyayanginya”. (HR. Bukhari di kitab Adabul Mufrad, no. 249) [7]HR. Bukhari di kitab Adabul Mufrad, no. 249
Ini (perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) merupakan bentuk menyenangkan anak-anak kecil dengan bermain, bercanda dan memberikan kebahagiaan ke dalam hati-hati mereka. Dan perbuatan ini dapat membuahkan kecintaan, penghormatan dan penerimaan anak-anak kepada orang yang lebih dewasa. Dan hal ini sangat berbeda dengan orang yang mengatakan: “Aku memiliki 10 anak dan tidak ada satupun dari mereka yang aku cium (sebagai bentuk kasih sayang).
Dan terkadang Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam membawa anak kecil dipangkuannya, bercanda dengannya, sampai-sampai ada diantara mereka yang kencing dibaju beliau, namun hal itu tidak membikin beliau berubah sifatnya, mempengaruhi sifat beliau yang menyayangi anak-anak dan bahkan beliau tidak marah.
عَنْ أُمِّ قَيْسٍ بِنْتِ مِحْصَنٍ أَنَّهَا أَتَتْ بِابْنٍ لَهَا صَغِيرٍ ، لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَجْلَسَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى حِجْرِهِ ، فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ ، فَدَعَا بِمَاءٍ فَنَضَحَهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ
Dari Ummu Qais binti Mihshan, bahwasanya ia datang dengan anak laki-lakinya yang masih kecil dan anaknya tersebut belum mengkonsumsi makanan. Ia membawa anak tersebut ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau lantas mendudukkan anak tersebut di pangkuannya. Anak tersebut akhirnya kencing di pakaian beliau. Beliau lantas meminta diambilkan air dan memercikkan bekas kencing tersebut tanpa mencucinya. (HR. Bukhari no. 223 dan Muslim no. 287) [8]HR. Bukhari no. 223 dan Muslim no. 287
عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَبِيٍّ يَرْضَعُ فَبَالَ فِي حِجْرِهِ فَدَعَا بِمَاءٍ فَصَبَّهُ عَلَيْهِ .
Dari Aisyah radhiyaallahu ‘anha beliau berkata : “Didatangkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seorang anak kecil yang masih menyusui, lalu dia kencing di pangkuannya dan beliau meminta air lalu menyiramkan diatasnya”. (HR. Muslim no. 286) [9]HR. Muslim no. 286
Bersambung insyaallah…
Referensi :
Kitab Ahaditsul Akhlaq karya Syaikh Abdurrozzaq bin Abdil Muhsin Al Badr hafidzohullahu ta’ala Halaman 86-89.
Diringkas oleh Ahmad Imron Al Fanghony
Artikel Ilmiyah Alukhuwah.Com
Referensi
1 | HR. Bazzar dalam musnadnya no. 6361 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala |
---|---|
2 | HR. Ibnul A’roobiy no. 1844 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala |
3 | HR. Bukhari no. 2587 dan Muslim no. 1623 |
4 | HR. Muslim no. 1623 |
5 | Hadits Shahih, Riwayat At-Tirmidzi no. 1919, Lihat Shahiihul jaami’ no.5445 |
6 | HR. Tirmidzi 1920 dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala |
7 | HR. Bukhari di kitab Adabul Mufrad, no. 249 |
8 | HR. Bukhari no. 223 dan Muslim no. 287 |
9 | HR. Muslim no. 286 |