Dahsyatnya Amalan Hati di Tengah Lemahnya Hati dan Besarnya Fitnah

DAHSYATNYA AMALAN HATI

DI TENGAH LEMAHNYA HATI DAN BESARNYA FITNAH

 

Orang yang bahagia adalah orang yang menghadap Allah Ta’ala dengan membawa hati yang sehat dan selamat.

Alloh Ta’ala berfirman :

( يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيم )

“ Yaitu pada hari harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat ( hati yang bersih ) “ ( Asy- Syuara : 88 ).

Maka sungguh beruntunglah orang yang senantiasa mengetahui kondisi hatinya, dan alangkah merugilah seorang yang lalai memperhatikan kondisi hatinya, berbahagialah orang yang memiliki hati yang bersih.

Dan berbahagialah orang yang memiliki amalan – amalan hati, karena betapa besar keutamaan amalan hati.

Sebuah atsar yang ma’ruf yang menunjukkan keutamaan amalan hati.

Suatu ketika Abdullah bin mas’ud radhiyallaahu anhu memberikan nasihat kepada muridnya yaitu para Tabi’in.

Beliau berkata :

أنتم أطول صلاة وأكثر اجتهادا من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم،

وهم كانوا أفضل منكم , قيل له : ـ بأي شيء..؟

 قال : ـ إنهم كانوا أزهد في الدنيا وأرغب في الآخرة منكم. ( صفة الصفوة 1/ 192 ).

 

“ Kalian ( wahai para Tabi’in ) lebih panjang sholatnya dan lebih banyak kesungguhannya ( dalam amalan dhohir ) dibandingkan para Sahabat Rosululloh Sholallahu alaihi wa sallam, akan tetapi mereka para sahabat lebih mulia dari pada kalian. ( Mengapa demikian ? apakah yang menyebabkan para sahabat lebih mulia dari para tabiin ? )

Ibnu mas’ud radhiyallahu anhu menjelaskan : “ karena mereka para sahabat lebih zuhud di dunia dan lebih berharap balasan di akhirat dari pada kalian ( para tabi’in) . ( Shifatus Shofwah : 1/192 ).

Hal ini menunjukkan bahwa cinta kehidupan akhirat dan zuhud di dunia, merupakan sebuah amalan hati yang luar biasa, yang meninggikan derajat seseorang di dunia dan di akhirat.

Lalu Bagaimanakah dengan kita, sudahkah kita berusaha zuhud di dunia dan cinta kehidupan akhirat ?, sudahkah kita berusaha menghadirkan kehidupan akhirat dalam hati dalam ibadah dan amalan keseharian kita ?.

 

Sebuah atsar yang lain yang menunjukkan besarnya keutamaan amalan hati :

Abu Bakr bin iyas berkata :

 

” قال أبو بكر بن عياش : ” ما سبقهم أبو بكر بكثرة صلاة ولا صيام ولكن بشىء وقر في قلبه ” .

“Abu Bakr as shidiq radhiyallahu anhu tidaklah mendahului mereka (para sahabat lainnya) dengan banyaknya puasa dan sholat, akan tetapi beliau mendahului mereka dengan sesuatu yang bercokol dalam hati (yaitu keimanan dan keikhlasan yang menghunjam dalam hati. (Minhajus Sunnah Nabawiyah : 6/137 ).

 

Hal ini menunjukkan bahwa keikhlasan dan keimanan yang kokoh adalah sebuah amalan  hati yang luar biasa, yang meninggikan derajat seseorang di dunia dan di akhirat.

Sebuah hadist dalam shohih muslim yang juga menunjukkan besarnya keutamaan amalan hati.

 

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : إني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول  : إن خير التابعين رجل يقال له أويس . ( رواه مسلم ).

 

“ Dari Umar bin khotob radiyallahu anhu berkata : “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya sebaik – baik Tabi’in adalah seorang bernama Uwais yaitu ( Uwais Al Qorni ). ( HR. Muslim ).

 

Para Ulama menjelaskan bahwa salah satu hal yang menjadikan Uwais Al qorni sebaik – baik Tabi’in adalah Karena beliau memiliki amalan hati yang luar biasa, memiliki keikhlasan sehingga Tatkala telah banyak orang yang mengetahui perkara uwais, maka Uwais menghilang karena takut fitnah popularitas.

 

Uwais Al Qorni juga memiliki kesabaran, dan seorang hamba yang bersyukur kepada Allah, sehingga tatkala beliau ditimpa suatu penyakit maka beliau memohon kepada Allah agar disisakan bekasnya sebesar dirham di perutnya agar apabila beliau melihat bekas sakitnya maka beliau akan tambah bersyukur kepada Allah Ta’ala.

 

Oleh karena itu kadang kita sebagai seorang penuntut ilmu terkadang malu karena miskin dengan amalan hati jika dibandingkan dengan orang awam yang memiliki amalan hati yang luar biasa.

 

Ditengah besarnya keutamaan amalan hati, ternyata hati manusia sangat lemah dan mudah berbolak-bolik. Kalau bukan karena taufik dan pertolongan Allah, niscaya hati ini akan terombang-ambing, diterpa badai gelombang fitnah syubhat dan syahwat, kerena betapa lemah dan mudahnya hati manusia berbolak-balik.

Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam bersabda :

( رواه الحاكم ) لقلب بن آدم أشد انقلابا من القدر إذا اجتمع غليانا )

“ Sungguh – sungguh hati manusia itu lebih mudah berbolak – baliknya, jika dibandingkan dengan berbolak – baliknya air yang terkumpul dalam panci ketika dalam keadaan mendidih “. ( HR. Al – Hakim ).

Bisa dibayangkan betapa lemahnya hati manusia. Oleh kerena itu Tatkala seseorang berselancar di dunia maya, kalau bukan kerena Taufik dan pertolongan Allah Ta’ala, niscaya Ia akan terombang – ambing dalam lautan fitnah syubhat dan syahwat. Oleh kerena itu hendaknya seseorang selalu bersandar kepada Allah dan tidak bersandar kepada diri sendiri, menghilangkan sifat merasa mampu menghadapi sebuah fitnah.

Berkata Ibnul Jauzi dalam kitabnya shoidul khotir :

” فإياك إياك أن تغتر بعزمك على ترك الهوى مع مقاربة الفتنة فإن الهوى مكايد “

“ Hati – hatilah engkau dari keterpedayaan dalam keinginanmu untuk meninggalkan hawa nafsu, sementara engkau selalu mendekati fitnah, karena sesungguhnya hawa nafsu itu sangat menipu dan memperdaya “. ( Shoidul Khatir : 2 ).

Beliau juga berkata :

” من قارب الفتنة بعدت عنه السلامة, ومن ادعى الصبر وكل إلى نفسه “

“ Barangsiapa mendekati fitnah maka amat jauhlah keselamatan itu darinya, dan barangsiapa menganggap dirinya sabar dalam menghadapi suatu fitnah maka ia akan disandarkan kepada dirinya sendiri “( Shoidul Khatir : 2 ).

Sebuah Atsar dalam kitab hilyatul auliya yang menunjukan betapa besarnya fitnah akhir zaman :

Tsufyan Atsauri rahimahullah memberikan perkataan yang ditujukan kepada muridnya para ahli hadits:

 أما بعد فانكم في زمان كان أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم يتعوذون أن يدركوه ولهم من العلم ما ليس لنا ولهم من الصبر ما ليس لنا ولهم من القدم في الإسلام ما ليس لنا فكيف بنا حين أدركناه على قلة علم وقلة صبر وقلة أعوان على الخير وفساد من الناس وكدر من الزمان.

“ Sesungguhnya kalian berada pada suatu zaman yang para sahabat radhiyallahu anhum berlindung untuk tidak menjumpai zaman tersebut, padahal mereka ( memiliki perbekalan yang lengkap ) memiliki ilmu yang tidak kita miliki,memiliki kesabaran yang tidak kita miliki, memiliki keterdahuluan masuk islam yang tidak kita miliki,lalu bagaimana dengan kita apabila menjumpai zaman tersebut sedangkan kita hanya memiliki sedikit ilmu, sedikit kesabaran,sedikit teman yang selalu mengajak kepada kebaikan, ditengah rusaknya manusia dan keruhnya zaman. ( Hilyatul Auliya’ : 6/376 ).

Bisa dibayangkan betapa beratnya istiqomah di akhir zaman.

Dengan berbekal ilmu yang sedikit betapa beratnya istiqomah ditengah besarnya fitnah syubhat yang menyambar – nyambar…

Dengan miskinnya kesabaran betapa beratnya istiqamah ditengah besarnya fitnah syahwat yang senantiasa menggoda…

Oleh karena itu kunci istiqomah adalah dengan Taufik dan pertolongan Allah Ta’ala, yaitu dengan senantiasa memohon kepada Allah dan senantiasa bersandar kepada-Nya.

Ustad Beni Setyawan Hanif.

Pesantren ”Al Ukhuwah”  Joho Sukoharjo, Jawa Tengah.
Senin, 3 Dzulhijjah 1437 H / 5 September 2016 M.

 

 

Back to top button