Pedihnya Sebuah Cambukan
Pedihnya Sebuah Cambukan
Sebuah kisah yang mengandung banyak pelajaran, Imam Ibnu Al Jauzi menuturkan : “ Salah seorang yang pandai mengambil pelajaran berkata : “ Aku membebaskan pandanganku kepada sesuatu yang tidak halal bagiku, kemudian aku menanti datangnya hukuman, lalu aku terdesak untuk melakukan perjalanan panjang yang sama sekali tidak aku rencanakan , akupun menjumpai berbagai kesulitan, lalu setelah itu disusul dengan meninggalnya orang yang paling aku kasihi, dan lenyapnya hal – hal yang sangat berharga bagiku, lalu aku perbaiki kondisi diriku dengan bertaubat, maka kondisiku pun membaik, namun kemudian nafsu kembali muncul dan membuatku kembali melepaskan pandanganku. Hatiku pun menjadi tertutup, Aku kehilangan sifat lembut hatiku, dan tercabutnya dariku sesuatu yang lebih berharga daripada kehilanganku yang pertama . Dan Aku mendapatkan ganti dari sesuatu yang hilang dariku dengan sesuatu yang hilangnya lebih membawa mashlahat bagiku.
Ketika Aku memperhatikan apa yang digantikan untukku dan apa yang dicabut dariku, Akupun barteriak karena pedihnya cambukan ini. Dan inilah aku menyeru orang yang masih berada di tepi pantai : “ Wahai saudara – saudaraku ! waspadalah akan dalamnya laut ini, jangan kalian terkecoh dengan tenangnya laut ini. Tetaplah kalian ditepi pantai dan tetaplah berada dalam benteng taqwa, karena hukuman itu begitu pahit.
“ Dan ketahuilah bahwa dalam menetapi taqwa akan ada hal-hal yang pahit, seperti kehilangan tujuan duniawi dan juga hal-hal yang diinginkan jiwa. Hanya saja melazimi taqwa ini kalau diumpamakan adalah bagaikan melakukan diet yang akan mendatangkan kesehatan, sedangkan mengkonsumsi dengan cara campur aduk mungkin saja akan mendatangkan kematian yang tiba-tiba.
Dan orang yang cerdas adalah orang yang mau memperhatikan kesudahan setiap perkara . Dan kelamatan itu begitu jauh . Berapa banyak orang berusaha untuk bersabar telah berusaha sekuat tenaga selama bertahun-tahun, lalu akhirnya diapun terjatuh.
Maka berhati-hatilah, kami telah melihat orang yang berada dijalan yang benar, kemudian akhirnya dia terpeleset dari yang haq di tepi kuburnya.
Duhai celaka bagi orang yang akalnya tertutup sehingga tidak bisa merenung dan bagi orang ynag terhalang untuk mendapatkan air, padahal dia bisa melihat mata airnya ! Tidakkah dalam kubur – kubur itu terdapat peringatan ? Tidakkah dalam berlalunya masa itu terdapat hal yang menghentikannya dari kelalaian ?
Seorang penyair berkata : “ Ada seseorang yang diberi umur panjang sehingga memperdaya banyak orang, sama sekali dilupakan orang yang mati dikalangan anak – anak muda “.
Akan datang penyesalan yang begitu mendalam atas kelalaian kala datang kematian “ Ooh… Betapa banyak maksiat yang telah berlalu pada masa (terjadinya), seolah-olah (kenikmatan) maksiat itu tidak pernah terjadi kemudian dampak buruknya terus saja tersisa, paling tidak dia akan selalu merasa getir karena menyesal.
Cara yang paling ampuh untuk menghindarinya (maksiat) adalah tidak bersinggungan dengan sebab fitnah dan tidak mendekatinya.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kejadian – kejadian yang ada di sekitar kita. Amin.
Ponpes ” Al Ukhuwah ” Joho Sukoharjo,
Jum’at, 30 Jumadil awal 1438 H / 27 Pebruari 2017 M.