Fatwa Ulama: Hukum Kurban untuk Orang yang Sudah Meninggal

Fadhilatu Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin رَحِمَهُ اللهُ ditanya ,

“Apa hukum kurban atas nama orang yang telah meninggal? Dan bolehkah kita mencela orang yang melakukannya?”

Beliau menjawab,

“Kurban atas nama orang yang telah meninggal, jika hal itu telah diwasiatkan maka boleh berkurban atas namanya. Adapun jika orang yang meninggal sebelumnya tidak mewasiatkan maka mendoakannya itu lebih utama daripada berkurban atas namanya. 

Kurban yang disyari’atkan itu adalah untuk orang yang masih hidup. Dahulu Nabi ﷺ menyembelih kambing kurban atas nama beliau dan keluarga beliau. HR. Imam Ahmad (6/391). [1]HR. Imam Ahmad (6/391).

Apabila engkau berkurban dengan menyembelih seekor kambing atas namamu dan keluargamu, engkau niatkan juga untuk seluruh keluarga dan kerabatmu yang telah meninggal, maka itu tidak mengapa, karena masuk dalam keumuman. 

Adapun mengkhususkan kurban atas nama orang yang telah meninggal, dalam bentuk sumbangan suka rela darimu, maka  ini tidak temasuk petunjuk Nabi ﷺ, karena beliau tidak pernah berkurban atas nama istri beliau Khadijah -radhiyallahu ‘anha- padahal ia termasuk  wanita yang paling beliau cintai. Beliau juga tidak berkurban atas nama paman beliau Hamzah -radhiyallahu ‘anhu- padahal ia termasuk orang yang  paling beliau cintai. Beliau pun tidak berkurban atas nama orang yang telah meninggal dari karib kerabat beliau dan putri-putri beliau yang telah meninggal. Ini menunjukkan bahwa perkara tersebut tidak disyari’atkan. 

Namun, apabila ada seseorang yang mengerjakannya maka kita tidak mencelanya. Kita hanya memberikan pengarahan kepadanya bahwa amalan yang lebih utama adalah mendoakan orang yang telah meninggal itu.

(Sumber : Majmu’ Al-Fatawa wa Rasail Fadhilati As-Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Jilid 25 Hal. 122)

Disusun oleh Ustadz Abu Muslim Nurwan Darmawan, B.A.

Artikel Alukhuwah.Com

Referensi

Referensi
1 HR. Imam Ahmad (6/391).
Back to top button