Akhlaq: Kasih Sayang Kepada Anak-Anak bagian Kelima

عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعبَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الأُمَّهَاتِ، وَ مَنْعًا وَهَاتِ، وَوَأْدَ الْبَنَاتِ، وكَرِهَ لَكُمْ ثلاثا قِيلَ وَقَالَ، وكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وإِضَاعَةَ الماَلِ

“Dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian durhaka pada ibu, pelit, rakus untuk mendapatkan harta, memendam anak perempuan. Dan Allah membenci kalian tiga hal yautu orang yang banyak berbicara, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.” (HR. Bukhari no. 2408 dan Muslim no. 593) [1]HR. Bukhari no. 2408 dan Muslim no. 593

Perhatian Nabi ﷺ kepada Anak Perempuan

Nabi mengkhususkan perhatian kepada anak-anak perempuan baik secara pendidikan adab, pendidikan agama dan pengajaran syariat. Dan beliau jadikan hal itu semua penyebab masuknya orang tua kedalam Surga dan terhindar dari Neraka.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ كَانَتْ لَهُ أُنْثَى فَلَمْ يَئِدْهَا، وَلَمْ يُهِنْهَا، وَلَمْ يُؤْثِرْ وَلَدَهُ عَلَيْهَا، قَالَ:  يَعْنِي الذُّكُورَ, أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang memiliki anak perempuan, dia tidak membunuhnya dengan dikubur hidup-hidup, tidak menghinanya, dan tidak lebih mengunggulkan anak laki-laki dari pada anak perempuan, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga”. (HR. Abu Daud 5146, Ahmad 1957 dan didhaifkan Syuaib al-Arnauth) [2]HR. Abu Daud 5146, Ahmad 1957 dan didhaifkan Syuaib al-Arnauth

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ

“Barangsiapa yang menanggung nafkah dua anak perempuan sampai baligh, maka pada hari kiamat, antara saya dan dia seperti ini. Beliau menggabungkan jari-jarinya”. (Muslim 2631, dan Ibnu Abi Syaibah 25439) [3]Muslim 2631, dan Ibnu Abi Syaibah 25439

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ كَانَ لَهُ ثَلاَثُ بَنَاتٍ أَوْ ثَلاَثُ أَخَوَاتٍ أَوِ ابْنَتَانِ أَوْ أُخْتَانِ فَأَحْسَنَ صُحْبَتَهُنَّ وَاتَّقَى اللَّهَ فِيهِنَّ فَلَهُ الْجَنَّةُ

Dari Abu Sa’id Al Khudri rodhiyaallahu’anhu, beliau berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Barangsiapa yang mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu merawatnya dengan baik (bergaul dengan baik) serta bertakwa kepada Allah atasnya, maka baginya pahala masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1916)[4]HR. Tirmidzi no. 1916

Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ، وَأَطْعَمَهُنَّ، وَسَقَاهُنَّ، وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang memiliki tiga anak perempuan, lalu dia bersabar, memberinya makan, minum, dan pakaian dari hasil usahanya, maka semuanya akan menjadi tameng dari neraka pada hari kiamat.” (HR. Ahmad 17403, Ibnu Majah 3669, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth) [5]HR. Ahmad 17403, Ibnu Majah 3669, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلاَثُ بَنَاتٍ، يُؤْوِيهِنَّ، وَيَكْفِيهِنَّ، وَيَرْحَمُهُنَّ، فَقَدْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتَّةَ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ بَعْضِ الْقَوْمِ ‏:‏ وَثِنْتَيْنِ، يَا رَسُولَ اللهِ‏؟‏ قَالَ ‏:‏ وَثِنْتَيْنِ‏.‏

“Barangsiapa yang memiliki tiga anak perempuan, dia melindungi mereka, mencukupi mereka dan mengasihi mereka, maka wajib baginya Surga. Lalu berkata seseorang dari sebagian kaum : Kalau dua anak perempuan bagaimana ya Rasulullah?? Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ya, termasuk memiliki dua anak perempuan juga”. (Dikeluarkan oleh Bukhari di kitab Adabul Mufrad 78) [6]Dikeluarkan oleh Bukhari di kitab Adabul Mufrad 78

Penolakan akan Sikap Orang-orang Jahiliyah dengan Wanita

Dan hadits-hadits terkait bab ini sangatlah banyak. Yang intinya adalah setiap orang tua yang memiliki perhatian kepada anak-anak perempuan baik dalam hal adab maupun pendidikan agamanya, di dalamnya terdapat keutamaan yang besar dan pahala yang segera. Di dalam wasiat ini pula sekaligus sebagai pembatalan dan penolakan akan sikap orang-orang Jahiliyah dengan para wanita. Pergaulan mereka dengan para wanita sangatlah sadis dan jelek. Bahkan apabila mereka diberi kabar baik dengan lahirnya anak perempuan mereka langsung hitam padam wajahnya dan marah, sehingga mereka harus mengasingkan diri dari kaum dan bahkan ada yang sampai membunuhnya hidup-hidup. Allah berfirman:

وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ. بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ

“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh?”. (At Takwir : 8-9) [7]At Takwir : 8-9

Maka datanglah hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai bentuk penolakan perlakuan orang-orang Jahiliyah kepada para wanita, mengkabarkan besarnya perkara wanita, mendorong agar memperhatikan wanita, senang dengan kehadiran wanita, berbuat baik kepada mereka, mendidik dan membesarkan mereka agar menjadi wanita-wanita sholihah agar seorang Muslim (orang tua) mendapatkan pahala dan ganjaran yang besar.

Musibah yang Menimpa Manusia Di Masa ini

Dan musibah yang menimpa manusia di masa ini terdapat dari dua sisi :

Sisi pertama, mereka terjatuh kedalam lubang kajahilan kaum Jahiliyah. Yaitu dengan tidak senangnya mereka kepada kehadiran anak perempuan.

Sisi kedua, mereka menyia-nyiakan para wanita. Dengan tidak mendidik mereka, membiarkan mereka tanpa aturan dan tidak menjaga mereka dengan baik. Sehingga kedua sisi ini sama-sama perkara yang sangat bahaya.

Maka kewajiban bagi siapapun yang Allah muliakan dengan diberikan anak perempuan untuk merasa senang dengan pemberianNya, memuji Allah atas hadiahNya dan selalu berdoa kepadaNya agar diberi kekuatan dalam memikul amanah ini. Demikian pula berdoa agar dibantu dalam mendidik, memperbaiki, membesarkan dan mengajarkan adab kepadanya. Sehingga sampai kepada rumah suaminya dalam keadaan sudah dididik dengan pendidikan yang baik dan diajari adab dengan adab yang mulia dan agar menjadi pelindung dari api Neraka.

Maka barangsiapa yang Allah berikan taufiq padanya sehingga dapat memperbaiki, memberikan petunjuk dan mengistiqomahkan mereka dalam ketaatan maka pujilah Allah. Karena itu semua murni dariNya dan dari karuniaNya. Dan janganlah menoleh dan menengok kepada usaha yang sudah diberikan sebelumnya. Baik dari sisi sebab dan cara dalam menempuhnya karena semuanya dari Allah.

قَالَ مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ رَحِمَهُ اللّٰهُ : الأَدَبَ أَدَبُ اللّٰهِ لاَ أَدَبُ الآبَاءِ وَالأُمَّهَاتِ وَالخَيْرُ خَيْرُ اللّٰهِ لاَ خَيْرُ الآبَاءِ وَالأُمَّهَاتِ

Berkata Anas bin Malik rodhiyaallahu ‘anhu : “Adab adalah adab dari Allah dan bukan adab semata-mata dari para ayah atau para ibu. Dan kebaikan adalah kebaikan-Nya Allah dan bukan kebaikan yang semata-mata dari para ayah dan para ibu.” (Disebutkan oleh Al Qurthuby dalam tafsirnya 9/47) [8]Disebutkan oleh Al Qurthuby dalam tafsirnya 9/47

وَقَالَ نُمَيْرِ بْنِ أَوْسٍ:‏ كَانُوْا يَقُولُوْنَ‏:‏ الصَّلاَحُ مِنَ اللّٰهِ، وَالأَدَبُ مِنَ الآبَاءِ‏.‏

Berkata Numair bin Aus rohimahullahu ta’ala, orang-orang terdahulu mengatakan : “Perbaikan itu dari Allah dan adab adalah adabnya para ayah”. (Dikeluarkan oleh Bukhari di kitab Adabul Mufrad 92) [9]Dikeluarkan oleh Bukhari di kitab Adabul Mufrad 92

Dan sebagai hiburan bagi mereka yang sudah berusaha mendidik anak-anaknya agar menjadi baik namun belum tercapai, maka ketahuilah pahala Allah akan tetap kalian dapatkan. Karena Allah tidak mungkin menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan sekali lagi pengingatku bagi kalian yang telah berhasil mendidik anak untuk tidak melihat kembali kepada kesungguhan yang telah dicurahkan karena semuanya adalah murni dari Allah dan karunia-Nya. Bagi Allah pujian dari awal hingga akhir dan bagiNya rasa syukur baik secara lahir maupun batin.

Referensi :

Kitab Ahaditsul Akhlaq karya Syaikh Abdurrozzaq bin Abdil Muhsin Al Badr hafidzohullahu ta’ala Halaman 94-96.

Diringkas oleh Ahmad Imron Al Fanghony

Artikel Ilmiyah Alukhuwah.Com

Referensi

Referensi
1 HR. Bukhari no. 2408 dan Muslim no. 593
2 HR. Abu Daud 5146, Ahmad 1957 dan didhaifkan Syuaib al-Arnauth
3 Muslim 2631, dan Ibnu Abi Syaibah 25439
4 HR. Tirmidzi no. 1916
5 HR. Ahmad 17403, Ibnu Majah 3669, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth
6 Dikeluarkan oleh Bukhari di kitab Adabul Mufrad 78
7 At Takwir : 8-9
8 Disebutkan oleh Al Qurthuby dalam tafsirnya 9/47
9 Dikeluarkan oleh Bukhari di kitab Adabul Mufrad 92
Back to top button