Sirah: Keluarga Besar Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam (Bagian Pertama)

Keluarga besar Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wasallam

Al-Usrah an-Nabawiyyah (Keluarga Besar Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wasallam) lebih dikenal dengan sebutan al-Usrah al-Hasyimiyah (dinisbatkan kepada kakek beliau, Hasyim bin ’Abdu Manaf), oleh karenanya kita sedikit akan menyinggung tentang kondisi Hasyim ini dan orang-orang setelahnya dari keluarga besar beliau Shallallahu ’alaihi wasallam.

Kisah Hasyim bin Abdi Manaf (buyut atau kakek kedua Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.)

Sebagaimana telah kita singgung bahwa Hasyim adalah orang yang bertindak sebagai penanggung jawab atas penanganan air (as-Siqayah) dan penyediaan makanan (ar-Rifadah) terhadap Baitullah dari keluarga Bani ’Abdi Manaf ketika terjadi perundingan antara Bani ’Abdi Manaf dan Banu ’Abdid Daar dalam masalah pembagian kekuasaan antar kedua belah pihak. Hasyim dikenal sebagai orang yang hidup dalam kondisi yang baik dan memiliki martabat tinggi. Dialah orang pertama yang menyediakan makanan berbentuk ats-Tsarid (semacam roti yang diremuk dan direndam dalam kuah) kepada jama’ah-jama’ah haji di Mekkah.

Nama aslinya adalah ’Amru, adapun kenapa dia dinamakan Hasyim, hal ini dikarenakan pekerjaannya yang meremuk-remukan roti (sesuai dengan arti kata Hasyim dalam Bahasa Arabnya). Dia juga lah orang pertama yang mencanangkan program dua kali rihlah (bepergian) bagi kaum Quraisy, yaitu: Rihlatus Syitaa’ ; bepergian di musim dingin dan Rihlatush Shaif; bepergian di musim panas. Sebagaimana dalam surat Quraisy ayat 2. Allah berfirman :

لِإِيلَٰفِ قُرَيْشٍ. إِۦلَٰفِهِمْ رِحْلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيْفِ

“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.” (Quraisy : 1-2)

Berkenaan dengan hal ini, seorang penyair bersenandung : 

عَمْرُو الَّذِي هَشَمَ الثَّرِيْدَ لِقَوْمِهِ… قَوْمٍ بِمَكَّةَ مُسْنِتِيْنَ عِجَافِ

سُنَّتْ إِلَيْهِ الرِّحْلَتَانِ كِلَاهُمَا… سَفَرُ الشِّتَاءِ وَرِحْلَةُ الأَصْيَافِ

” ’Amru lah orang yang menghidangkan at-Tsarid kepada kaumnya… Kaum yang ditimpa kurang hujan dan paceklik… Dia lah yang mencanangkan bagi mereka dua rihlah musiman… Rihlah/bepergian di musim dingin dan di musim panas.”

Diantara kisah tentang dirinya; suatu hari dia pergi ke kota Syam untuk berdagang, namun ketika sampai di Madinah dia menikah dahulu dengan Salma binti ’Amru, salah seorang puteri ’Uday bin an-Najjar. Dia tinggal bersama isterinya untuk beberapa waktu kemudian berangkat ke kota Syam (ketika itu isterinya ditinggalkan bersama keluarganya dan sedang mengandung bayinya yang kemudian dinamai dengan ’Abdul Muththalib). Hasyim akhirnya meninggal di kota Ghazzah (Ghaza) di tanah Palestina. Istrinya, Salma melahirkan putranya, ’Abdul Muththalib pada tahun 497 M.

Ibunya menamakannya dengan Syaibah karena tumbuhnya uban (yang dalam Bahasa ’Arabnya adalah “syaibah”) di kepalanya. Dia mendidik anaknya di rumah ayahnya (Hasyim) di Yatsrib sedangkan keluarganya yang di Mekkah tidak seorangpun diantara mereka yang tahu tentang dirinya. Hasyim mempunyai empat orang putra dan lima orang putri. Keempat putranya tersebut adalah: Asad, Abu Shaifi, Nadhlah dan ’Abdul Muththalib. Sedangkan kelima puterinya adalah: asy-Syifa’, Khalidah, Dha’ifah, Ruqayyah dan Jannah.

Bersambung insyaallah…

Referensi :

Kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum, karya Syaikh Shafiyurrahman Mubarakfury rahimahullahu ta’ala. Halaman 49.

Disusun oleh : Ahmad Imron Al Fanghony

Sumber Artikel Ilmiah

Alukhuwah.Com

Back to top button