Sulaiman Putra Dawud Alaihimas Salam

SULAIMAN PUTRA DAWUD – ‘ALAIHIMAS SALAM-
Dahulu hidup seorang raja adil bijaksana yang sangat perhatian dengan agamanya. Ia termasuk hamba Allah yang bertauhid lagi taat. Bahkan beliau dengan semangat pantang menyerah terus berdakwah menyadarkan manusia, bahwa kewajiban mereka yang paling utama adalah meng-esakan sesembahan mereka Allah dan tidak menduakan-Nya (atau dalam kamus arab disebut dengan berbuat kesyirikan – naudzubillah min dzalik-). Raja yang sepesial ini bernama Sulaiman putra Nabi Daud ‘alaihissalam penguasa bumi Palestina.
ANUGRAH TAK TERHINGGA
Sang Maha kuasa telah menganugrahi beliau kerajaan yang tidak ada tandingannya (bahkan hingga saat ini. Amerika, Rusia, Inggris cs freinds lewat semua). Bagaimana tidak, kalau raja biasa, tentaranya hanya dari keturunan bani adam, beda halnya dengan raja super ini, serdadunya berasal dari tiga bangsa yang berbeda: jin, manusia dan hewan. Anda bisa bayangkan ! Bagaimana kedikdayaan raja ini. Bahkan tukang bangunannya saja dari bangsa jin (geleng-geleng kepala, “hebat nye” –dengan logat Malaysia-). Lebih dasyat lagi angin pun telah Allah tundukkan untuknya sehingga ia menjadi seorang pengendali udara (kayak di film aja, ei..t tapi ini nyata lo….) sehingga bisa sekehendak hati memberi mandat angin untuk bertiup ke arah yang beliau inginkan. Dan semua itu menjadi sempurna ketika Allah juga telah menjadikan Sulaiman paham terhadap bahasa para hewan.
BIJAKSANA DAN HIKMAH
Selain dikaruniai kerajaan yang tak ada tandingannya di seantero jagad. Sang Maha pencipta juga memberinya kecerdasan dan kebijaksanaan yang penuh hikmah. Hal itu terbukti dari kisah berikut. Ceritanya begini : Suatu hari ada dua orang wanita sedang bersama dengan anak mereka masing-masing, tiba-tiba seekor serigala membawa lari anak salah seorang di antara mereka. Kemudian salah satu di antara mereka mengeluarkan pernyataan,
“Yang dilarikan serigala itu adalah anakmu?”
“Tidak, anakmulah yang telah dibawa?”, yang satunya menimpali.
Perdebatanpun terjadi sehingga memaksa mereka berdua meminta pengadilan kepada Nabi Daud ‘alaihissalam. Mendengar penuturan keduanya maka Nabi Daud ‘alaihissalam memenangkan yang lebih tua. Entah apa yang terjadi kemudian keduanya menghadap Nabi Sulaiman bin Daud ‘alaihissalam, lalu kisah mereka berdua bersama putra merekapun digelar kembali. Mendengar kisah tersebut maka Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dengan hikmahnya berkata,
“Ambilkan pisau, aku akan membelah anak ini untuk kalian berdua.”
Bak disambar petir spontan wanita yang lebih muda berkata,
“Jangan lakukan itu, semoga Allah merahmati anda, anak ini adalah anaknya.”
Maka dengan analisis tajamnya, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam pun memutuskan bahwa anak tersebut adalah milik wanita yang lebih muda, karena ia tau tidak mungkin seorang ibu rela melihat anaknya menjadi tumbal perdebatan yang tidak berujung tersebut. [lihat HR. Bukhari, no. 6769] KUASA ILAHI
Dalam mengarungi samudra kehidupan, beliau menikahi sembilan puluh sembilan wanita ( masak sih.. percaya ga’ percaya, tapi faktanya memang begitu ). Salah satu episode menarik perjalanan beliau bersama para istrinya adalah tatkala beliau menggilir semua istrinya dalam semalam saja (wow….). Yang menarik bukan semata kejantanan super yang beliau miliki, tapi juga kisah yang terselip di dalamnya. Tatkala hendak menemui para bidadari beliau, beliau berkata,
“Sungguh aku akan gilir semua istriku malam ini, sehingga akan datang dari rahim mereka para penunggang kuda yang akan berjihad di jalan Allah”.
Namun sayang, kalimat yang semestinya di ucapkan oleh seseorang yang merencanakan sesuatu tidak beliau ucapkan, beliau tidak mengucapkan INSYA ALLAH. Akhirnya terjadilah apa yang terjadi, dari semua pendamping hidup beliau, tidak ada yang melahirkan bayi laki-laki kecuali satu saja (thok thil) itupun dalam keadaan cacat. Kata Nabi kita Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam-,
“Seandainya ia mengucapkan INSYA ALLAH, niscaya akan lahir dari setiap istri-istri beliau laki-laki penunggang kuda yang kelak akan berjihat di jalan Allah”.[lihat shohih Muslim, no. 1654] Memang kuasa Yang Maha di atas ga’ ada yang bisa melawan.
BURUNG KECIL YANG SELAMAT DARI HUKUMAN
Dalam mengatur negara dan pasukan beliaupun sangat disiplin. Suatu hari sang raja mengadakan apel masal. Beliau mengumpulkan seluruh bala tentaranya, mulai dari jin, manusia, hewan, semuanya tumplek blek jadi satu berpleton-pleton. Mulailah sang raja, berkeliling menginpeksi seluruh pasukan. Semua pasukannya hadir kecuali seekor burung kecil, hud-hud namanya, ia absen (kata orang Arab ghoib) entah kemana. Otomatis raja murka dengan kelancangan salah satu anak buahnya tersebut, kekecewaan bercampur kemarahannya menjelma menjadi sebuah ultimatum,
“Kalau dia nanti datang dengan alasan yang tidak jelas maka dia akan aku siksa atau akan aku sembelih”, ucap sang Raja tegas.
Tak selang beberapa lama setelah ultimatum maut ini, si burung kecil datang. Dengan seolah tanpa dosa ia memulai pembicaraan,
“Wahai raja ! Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui, dan aku datang dari negeri saba’ membawa berita yang meyakinkan” (jan… kemlinthi tenan kata ORJA –orang jawa-, sudah kecil, telat, sotak lagi, weleh-weleh).
Namun raja yang bijaksana ini tidak mudah terpancing suasana, iapun mendengarkan aliran cerita sekaligus alasan sang burung kecil ini. Si Hudhud menuturkan,
“Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah penduduk saba’ (saba’ itu sebuah daerah di Yaman tepatnya di kota Ma’rib di era modern sekarang), dia adalah ratu yang dianugerahi segala sesuatu, selain itu ia mempunyai singgasana yang besar. Namun sayang aku mendapati dia dan kaumnya sujud kepada selain Allah, mereka bersujud kepada sang surya”
“Ditambah lagi syaitan telah menyepuh kesesatan mereka tersebut, sehingga mereka memandang indah dan lumrah perbuatan itu (padahal itu syirik kan ya…), sehingga syaitan berhasil menghalangi mereka dari jalan Allah, akhirnya merekapun tidak mendapat petunjuk”, tambahnya
Mendengar penuturan ajudannya tersebut, sang Rajapun membatalkan eksekusi mati burung kecil tersebut, bahkan beliau tergerak untuk mendakwahi ratu tersebut beserta pengikutnya, ia pun menugas-ulangkan Hudhud untuk mengantar surat yang berisi dakwah Sulaiman kepadanya.
“Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, dan perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”, kata sang Raja memberikan mandat. [lihat QS. An Naml 20-24] SURAT SULAIMAN KEPADA RATU SABA’
Akhirnya si Hudhudpun melaksanakan titah sang raja. Heran dengan surat yang baru saja dijatuhkan sang Ratupun menghimpun para pentolan kerajaan, ia kemudian memulai pembicaraan,
“Wahai para pembesar kerajaan, sesungguhnya tadi telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari orang yang bernama Sulaiman, yang isinya adalah : “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. (singkat padat jelas namun rupanya berisi perintah menyerah tanpa syarat).
Selesai membacakan isi surat tersebut, sang Ratu yang bingung meminta pendapat dari para pembesarnya,
“Wahai para pembesarku ! berilah aku saran dalam urusanku ini, aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum mendengar pendapat kalian”.
Merasa dilecehkan dengan isi surat tersebut mereka kompak menjawab,
” Wahai Ratu, kami adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan memiliki keberanian yang sangat besar dalam peperangan (kami tidak gentar dengan ancaman Sulaiman), namun keputusan mutlak tetap berada di tanganmu (karena engkau adalah ratu kami), maka pertimbangkanlah apa yang hendak anda perintahkan kepada kami”.
Ternyata kelembutan seorang wanita masih melekat pada diri sang Ratu, ia tidak lantas mengiyakan saran para pembesarnya, untuk menjawab surat Sulaiman tersebut dengan peperangan. Sang Ratu berkata:
“Sesungguhnya tradisi para raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi hina, demikianlah kebiasaan yang mereka lakukan.”
“Jadi aku akan berinisiatif mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan akan aku tunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu”, tambahnya. [lihat QS. An Naml 27-35] UTUSAN RATU DAN HADIAH UNTUK SULAIMAN
Singkat cerita utusan tersebutpun sampai kepada Sulaiman membawa hadiah yang begitu banyak, Sulaiman yang blas sedikutpun tidak merasa tergiur dengan hadiah tersebut berkata,
“Apakah patut kalian merasa bisa menolongku dengan hadiah-hadiah ini. Padahal apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepada kalian, namun kalian sudah merasa bangga dengan hadiah kalian ini”.
“Kembalilah kepada mereka sungguh Kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dalam keadaan hina dan mereka menjadi tawanan-tawanan yang hina dina”, tambahnya. [lihat QS. An Naml 36-37] Akhirnya para utusan sang Ratu pun pulang dengan hati yang gundah gulana, karena telah mendengar penolakan sang Raja dan telah menyaksikan kedikdayaan kerajaan Sulaiman. Sesampainya di tanah air, merekapun bergegas menyampaikan berita penolakan hadiah-hadiah sang Ratu oleh Sulaiman, sekaligus menceritakan betapa hebatnya kerajaan Sulaiman. Sang Ratupun tahu bahwa tidak ada jalan lain melainkan ia sendirilah yang harus menghadap Sulaiman.
SAYEMBARA
Sementara itu Nabi Sulaiman yang merasa yakin bahwa sang Ratu dan para pengikutnya akan datang menghadapnya, beliau ingin memberikan sedikit surprize kepada sang ratu dan para pengikutnya, beliaupun mengadakan sayembara untuk para pengikutnya,
“Wahai pembesar-pembesarku, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”, ucap Sulaiman.
Maka Berkatalah salah seorang pengikutnya dari golongan jin yang bernama ‘Ifrit ingin menunjukkan kedikdayaannya,
“Aku akan hadirkan untukmu singgasana itu kepada anda sebelum anda berdiri dari tempat dudukmu, sesungguhnya aku benar-benar kuat membawanya lagi dapat dipercaya”. (Masya Allah Hue..ba..te rek …. Palestina ke Yaman lo. Cuma sekilo apa ya ..?! cek…cek…)
Ternyata ada yang lebih ganas dari ‘Ifrit, dia adalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, katanya
“Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. (Ha ….berapa detik tu gan …… )
Maka Sulaimanpun memilih orang ini untuk melaksanakan mision imposible tersebut, terjadilah apa yang terjadi dan tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, beliaupun berkata,
“Ini adalah kurnia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmat-Nya ini. Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
Setelah mengucapkan rasa syukur kepada Sang Pemberi semua nikmat, iapun meminta pengikutnya mendekor ulang singgasana tersebut, untuk mengetahui, masihkah sang Ratu mengenali singgasananya. [lihat QS. An Naml 38-40] ISTANA YANG MENGAGUMKAN
Ketika sang Ratu telah tiba menghadap Sulaiman, Beliau bertanya kepadanya,
” inikah singgasanamu”
“Kayaknya iya.., ini singgasanaku”, jawab sang Ratu agak ragu, karena memang singgasana tersebut sudah diredekorasi
“kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”, tambah sang Ratu
“Masuklah ke dalam istana”, ajak Sulaiman.
Maka ia pun masuk, tatkala ia melihat lantai istana yang begitu jernih, ia mengira bahwa itu adalah kolam air yang besar, iapun otmatis menyingkap kedua betisnya untuk menyeberang.
“Sesungguhnya ini adalah lantai istana yang mengkilap terbuat dari kaca”, kata Sulaiman memberi penjelasan.
“Ya Rabbku, sesungguhnya aku menzalimi diriku sendiri dan aku berserah diri bersama
Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam”, ucap sang Ratu tersadar dari kesalahannya selama ini.
Akhirnya ia dan para pengikutnya mengikuti agama tauhid Sulaiman dengan hanya beribadah kepada Allah semata tidak kepada selain-Nya. [lihat QS. An Naml 42-44] WAFATNYA SANG RAJA
Siapapun dia, betapapun hebatnya dia, selama dia masih tergolong makhluk maka ia tetap akan bertemu dengan penghancur segala kenikmatan, yaitu kematian. Demikian halnya dengan tokoh utama kisah kita ini, Sulaiman, beliaupun memiliki limit umur yang harus beliau jalani dalam kehidupannya.
Sudah menjadi kebiasaan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, jika melakukan shalat kemudian melihat pohon yang tumbuh di hadapannya, maka ia bertanya kepadanya,
“Siapa namamu ?”
Tanaman itu mengatakan,
“Pohon anu.”
Lalu Sulaiman bertanya lagi “Untuk apa engkau ini?”
Maka jika pohon tersebut tumbuh untuk ditanam maka ia akan ditanam dan jika dia untuk obat maka akan dicabut (diambil untuk obat).
Pada suatu hari ketika beliau shalat, ia melihat sebatang pohon di hadapannya, lalu beliau berkata kepadanya
“Siapa namamu ?”
Tanaman itu mengatakan
“Al-Kharuub.”
Sulaiman bertanya lagi
“Untuk apa engkau ini ?”
Ia menjawab
“Untuk menghancurkan rumah ini.”
Maka Sulaiman ‘alaihissalam berdo’a
“Ya Allah, jadikanlah Jin buta dengan kematianku (maksudnya tutupilah kematianku dari mereka), supaya manusia tahu bahwa para jin tidak mengetahui perkara yang ghaib.”
Kemudian Sulaiman ‘alaihissalam memahat pohon tersebut menjadi tongkatnya, lalu dia menjadikannya sandaran selama satu tahun (dalam keadaan sudah meninggal), sementara jin pun tetap bekerja (untuk Sulaiman ‘alaihissalam). Lalu rayap memakan tongkat tersebut, sehingga Nabi sulaiman tersungkur, barulah semuanya sadar ternyata selama ini Nabi Sulaiman telah wafat, sehingga tampak nyatalah di mata manusia bahwasanya bangsa jin tidak mengetahui perkara yang ghaib, karena seandainya mereka mengetahui perkara ghoib niscaya mereka tidak akan terhina selama satu tahun menjadi pelayanan Sulaiman dan melakukan pekerjaan berat karena menyangka Sulaiman masih hidup. Sebagai ucapan terima kasih, para jin memberi air kepada rayab-rayab tersebut
FAEDAH KISAH
Banyak sekali faedah yang bisa kita cerna dari kisah Nabi Sulaiman ini, namun karena keterbatasan tempat kami sebutkan beberapa saja yang inti,
1. Inti dakwah para nabi adalah satu, tauhid
2. Semua nikmat yang ada adalah pemberian Allah
3. Wajibnya bersyukur atas pemberian Allah
4. Ilmu bisa menyelamatkan seseorang di dunia lebih-lebih di akherat
5. Disyareatkan memulai sebuah tulisan dengan ‘basmalah’
6. Disayareatkan mengucapkan Insya Allah tatkala mengucapkan janji atau sebuah rencana di masa yang akan datang
7. Jin tidak mengetahui perkara yang ghoib
8. Kematian adalah perkara yang pasti menjemput semua manusia siapapun ia
Nah itulah kisah singkat kehidupan Nabi Sulaiman yang sangat menakjubkan dan bertabur dengan faedah yang bisa kita contoh, semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang bisa meneladani pribadi luhur Nabi Sulaiman.
Ibnu Ram

190214

Back to top button