Akhlaq: Kasih Sayang Kepada Anak-Anak bagian Empat
Anak-anak adalah nikmat yang amat besar dari Allah, mereka adalah perhiasan Dunia. Sebagaimana Allah berfirman :
ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَٱلْبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (Al-Kahfi : 46)
Dan pandangan mata yang sedap atau penyejuk hati bagi orang tua adalah tatkala mereka (anak-anak) menjadi orang-orang yang taat kepada Allah ta’ala. Dan diantara doa hamba-hamba Allah adalah :
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Al-Furqan : 74)
Perkataan Ulama tentang Ayat di Atas
Al Hasan Al Bashri pernah ditanya tentang ayat diatas (Al Furqon : 74), beliau berkata : “Allah akan memperlihatkan kepada seorang Muslim dari istrinya, anaknya, saudaranya, kawan dekatnya dalam keadaan taat kepada Allah ta’ala. Demi Allah tidak ada penyejuk mata yang paling menyejukkan bagi seorang Muslim dibandingkan dengan dia melihat anak, cucu, saudara atau bahkan teman dekatnya berada dalam ketaatan kepada Allah ta’ala.” (Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya 6/132)
Berkata Ibnu Juraij tentang firman Allah dalam surat Al Furqon ayat 74 : “Mereka menyembahMu ya Allah, mereka memperbagus ibadah kepadaMu ya Allah dan mereka tidak berbuat jahat kepada kami dengan berbagai macam kejahatan”. (Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya 6/132)
Mereka (anak-anak) adalah amanah yang besar, mereka adalah pertanggungjawaban yang besar yang akan ditanya dan Allah memerintahkan agar dijaga, dididik, ditumbuh kembangkan diatas sifat-sifat baik dan dijauhkan dari segala hal yang dapat merusak dan menyia-nyiakan mereka.
Amanah yang Besar bagi Pemimpin
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ ناراً وقودها النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عليها مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدادٌ لاَّ يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. At-Tahrim [66]:6)
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari no. 7138 dan Muslim no. 1829)
Makna Tanggung Jawab
Sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “akan dimintai pertanggungjawaban”. Maksudnya ini adalah peringatan atau pengingat terhadap pertanyaan Allah kepada para hamba tentang amanah ini disaat nanti dia berdiri dihadapanNya pada hari Kiamat.
Bahkan sebagian ulama berkata : “Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada orang tua tentang anaknya pada hari Kiamat sebelum Allah bertanya kepada anak tentang orang tuanya. Hal itu dikarenakan seorang ayah memiliki hak yang wajib dia tunaikan kepada anaknya begitu pula sebaliknya sang anak memiliki hak yang harus ia tunaikan kepada ayahnya.
Berkata Ibnu Umar rodhiyaallahu ‘anhuma: “Ajarilah adab anakmu, karena kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas anakmu, adab apa yang kamu ajarkan kepadanya, tetang ilmu apa yang kamu berikan kepadanya. Dan nanti diapun akan dimintai pertanggungjawaban atas kebaktian dan ketaatan dia padamu”. (Disebutkan oleh Al Waahidiy dalam tafsir Al Basiith 6/22)
Allah berfirman sebagaimana Ia berwasiat agar berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Allah berfirman :
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“ Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu, hanya kepada-Ku kalian akan kembali.” (Luqman : 14)
Berbuat Baik Kepada Anak-anak
Allah juga berwasiat agar berbuat baik kepada anak-anak. Allah berfirman :
يُوصِيكُمُ ٱللَّهُ فِىٓ أَوْلَٰدِكُمْ
“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu…” (An-Nisa : 11)
Dan sungguh Nabi kita yang Mulia Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita bahwa orang tua memilik pengaruh yang sangat dalam terhadap anak-anaknya. Dalam Aqidah dan agama mereka, terlebih dalam hal akhlak dan sifat tabiat mereka. Nabi bersabda :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ الْبَهِيْمَةِ تَنْتِجُ الْبَهِيْمَةَ، هَلْ تَرَى فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan yang dilahirkan oleh hewan, apakah kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganya?”. (HR. Bukhari no. 1385 dan Muslim no. 2658)
Ini adalah perumpamaan yang mendalam dan dapat di indera. Karena biasanya binatang yang lahir itu dalam keadaan selamat dari aib dan kekurangan. Maka tidak ada hewan yang lahir tiba-tiba tangannya putus, hidungnya hilang, kakinya patah dan lain sebagainya. Dan kalau pun itu terjadi, maka kesalahan ada pada induknya. Apakah karena keteledorannya atau secara langsung dilakukan.
Demikian juga seorang anak, dia terlahir dalam keadaan diatas fitroh. Namun jika dia diajari berbohong, curang, kerusakan, berpaling dari kebenaran maka diapun akan keluar dari fitrahnya. Hal ini bisa disebabkan karena jeleknya pendidikan atau bisa juga karena keteledorannya atau justru mendapatkan pengaruh jelek dari para pelaku maksiat.
Berkata Al ‘Allamah Ibnul Qayyim rohimahullahu ta’ala : “Barangsiapa yang meremehkan mengajari anak-anak terkait apa-apa yang bermanfaat bagi mereka dan meninggalkannya atau membiarkannya begitu saja, maka sungguh dia telah berbuat jelek kepadanya dengan sejelek-jeleknya perbuatan. Dan kebanyakan anak-anak datang dengan membawa kerusakan mereka disebabkan oleh kerusakan orang tua mereka, keteledoran mereka dan pembiaran mereka terhadap anak-anaknya dengan tidak diajari perkara-perkara wajib dan sunnah dalam agama mereka.” (Tuhfatul Mardud biahkamil maulud 1/229)
Anak-anak adalah Hadiah dan Pemberian Allah
Sesungguhnya anak-anak, baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, semuanya adalah hadiah dan pemberian yang Allah berikan dan bagikan kepada para hamba-hambaNya. Allah berfirman :
لِّلَّهِ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ يَهَبُ لِمَن يَشَآءُ إِنَٰثًا وَيَهَبُ لِمَن يَشَآءُ ٱلذُّكُورَ. أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَٰثًا وَيَجْعَلُ مَن يَشَآءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Asy-Syura : 49-50)
Pada keadaan dimana hadiah itu berupa anak perempuan, maka sesungguhnya Islam telah mendorong umatnya agar berbuat baik kepadanya, perhatian terhadap pendidikannya, perhatian terhadap tumbuh kembangnya. Agar kelak sang anak ini tumbuh menjadi seorang wanita Sholihah dan menjaga kehormatannya. Sedangkan di zaman Jahiliyah, kedatangan anak perempuan itu dibenci. Allah berfirman :
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ . يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An-Nahl : 58)
Bersambung insyaallah…
Referensi :
Kitab Ahaditsul Akhlaq karya Syaikh Abdurrozzaq bin Abdil Muhsin Al Badr hafidzohullahu ta’ala Halaman 91-94.
Diringkas oleh Ahmad Imron Al Fanghony
Artikel Ilmiyah Alukhuwah.Com