Memakmurkan Rumah dengan Berkah Al-Qur’an

Cukup banyak ayat Al-Qur’an yang memberikan informasi mengenai keberkahan Al-Qur’an. Keberkahan dalam arti kebaikan yang melimpah dan bersifat terus-menerus. Terutama bagi orang-orang yang akrab dengan Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman :

وَهذا كِتابٌ أَنْزَلْناهُ مُبارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرى وَمَنْ حَوْلَها وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَهُمْ عَلى صَلاتِهِمْ يُحافِظُونَ

“Ini (Al-Qur’an) adalah kitab suci yang telah Kami turunkan lagi diberkahi yang membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Makkah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang yang beriman pada (kehidupan) akhirat (tentu) beriman padanya (Al-Qur’an) dan mereka selalu memelihara shalatnya.” (Al-An’am : 92)

Akrab dengan Al-Qur’an artinya kita “hidup bersamanya”. Hampir tidak pernah berpisah dengannya ; dengan senantiasa membacanya, menghafalnya, mentadabburinya, dan berobat dengannya. Sehingga Al-Qur’an adalah segalanya dalam hidup kita. [1]Al-Fallahi, Al-Qur’an wa Shina’atu Ad-Dahsyah, (Damaskus : Darul Qalam, 2022), halaman 62-63

Keberkahan Al-Qur’an dalam Kehidupan Pribadi

Kita temukan beberapa bukti dari hadits yang menunjukkan keberkahan Al-Qur’an terhadap kehidupan pribadi muslim yang dekat dengan Al-Qur’an.

Misalnya hadits yang menyebutkan tentang kriteria imam shalat. Dari beberapa kriteria yang disebutkan oleh Nabi, yang paling diprioritaskan adalah sisi keahliannya terhadap Al-Qur’an.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi bersabda :

إِذَا كَانُوا ثَلَاثَةً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَحَدُهُمْ، وَأَحَقُّهُمْ بِالْإِمَامَةِ أَقْرَؤُهُمْ

“Jika mereka ada tiga orang maka hendaknya salah satu dari mereka menjadi imam. Dan yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling bagus kualitas bacaan Al-Qur’annya.” (HR. Muslim)

Kedudukan imam shalat merupakan kedudukan yang sangat tinggi. Tidak sembarang orang berhak mendapatkan kedudukan ini. Dan ternyata Al-Qur’an menjadi salah satu sebab seorang muslim mendapatkannya. Ini adalah bukti yang kuat bahwa keberkahan Al-Qur’an bersemayam pada pribadi muslim yang dekat dengannya, melalui bacaannya, perenungannya atau pengamalannya.

Begitu juga hadits riwayat Imam Bukhari, dari Jabir, dia mengatakan bahwa Nabi mendahulukan mengubur jenazah yang mempunyai hafalan Al-Qur’an lebih banyak. Ini adalah kejadian setelah perang Uhud. Inilah beberapa bukti keberkahan Al-Qur’an yang dirasakan individu muslim yang dekat dengan Al-Qur’an.[2]Al-Fallahi, Al-Qur’an wa Shina’atu Ad-Dahsyah, (Damaskus : Darul Qalam, 2022)

Kerberkahan Al-Qur’an dalam Kehidupan Rumah Tangga

Di dalam surat Al-Ahzab ada ayat yang berisi perintah kepada para istri Nabi Muhammad untuk selalu membaca, mempelajari, mentadabburi dan mengajarkan wahyu Allah. Ayat yang dimaksud adalah :

وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا

“Ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu yakni ayat-ayat Allah (Al-Qur’an) dan hikmah (sunah Nabimu). Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Teliti.” (Al-Ahzab : 34).

Imam Abu Sa’ud menerangkan bahwa yang menyebabkan iman para istri Nabi sangat kuat, dan semangat berbuat kebaikan sangat besar adalah karena rumah mereka menjadi tempat turunnya wahyu Allah dan mereka menyaksikan langsung proses turunnya kepada Nabi Muhammad. Perintah di dalam ayat ini adalah perintah kepada para istri Nabi sekaligus sebagai bentuk pengingat akan nikmat Allah yang sangat besar kepada mereka. [3]Abu Sa’ud, Irsyadul ‘Aqlis Salim, (Mesir : AL-Maktabah At-Taufiqiyyah, 2013), jilid 5 halaman 237

Menurut Syaikh As-Sa’di perintah Allah “Ingatlah apa yang dibacakan di rumah mu …” adalah perintah kepada istri-istri Nabi Muhammad agar selalu membaca Al-Qur’an dan Hadits, mempelajarinya, mentadabburinya dan mengamalkan ajaranya. [4]As-Sa’di, Taisirul Karimir Rahman, (Kuwait : Jam’iyyah Ihya’ At-Turats, 2003), halaman 930

Sehingga ayat ke 34 dari surat Al-Ahzab ini adalah salah satu dasar kesimpulan bahwa keberkahan Al-Qur’an bisa diperoleh keluarga seorang muslim asalkan mereka senantiasa dekat dengan Al-Qur’an, terutama dengan menghayati atau merenungkan Al-Qur’an kemudian mengamalkan ajarannya.

Kesimpulan ini diperkuat dengan hadits riwayat Muslim, yang menjelaskan keberkahan yang didapatkan orang-orang yang berkumpul membaca Al-Qur’an dan saling belajar dan mengajarkannya. Nabi Muhammad bersabda :

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ ‌فِي ‌بَيْتٍ ‌مِنْ ‌بُيُوتِ ‌اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“… dan tidaklah ada sekelompok orang di dalam satu masjid, mereka membaca Al-Qur’an dan saling mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, rahmat menyelimuti mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut nama mereka di hadapan para makhluk di sisi Nya …”

Sangat luar biasa keberkahan yang didapatkan dengan cara belajar dan mengajar Al-Qur’an. Bukan hanya mendapatkan ketenangan batin dan rahmat, akan tetapi juga kehormatan yang tinggi karena malaikat sampai berkumpul dan Allah menyebut-nyebut nama orang-orang yang belajar dan mengajar Al-Qur’an.

Imam Nawawi ketika menjelaskan hadits ini mengatakan keberkahan yang disebutkan di dalam hadits, tidak hanya untuk yang melakukannya di masjid. Yang menjadi dasar Imam Nawawi adalah hadits yang juga ada di kitab Shahih Muslim berikut ini :

لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah ada sekelompok orang duduk, mereka semua mengingat Allah ‘azza wa jalla, kecuali malaikat akan mengelilingi mereka, rahmat menyelimuti mereka, ketenangan turun kepada mereka, dan Allah menyebut nama mereka di hadapan para makhluk di sisi Nya.” [5]An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, (Beirut : Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2019)

Rumah yang dimanfaatkan untuk membaca Al-Qur’an, belajar dan mengajarkannya, adalah rumah yang diberkahi, karena keberkahan Al-Qur’an. 

Termasuk hadits yang menjadi dalil keberkahan Al-Qur’an terhadap kehidupan rumah tangga adalah hadits yang juga ada di kitab Shahih Muslim, diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi bersabda :

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ ‌فِيهِ ‌سُورَةُ ‌الْبَقَرَةِ

“Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya setan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al-Baqarah.”

Menurut Imam Muslim, maksud kalimat “Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan” adalah anjuran melakukan shalat sunnah di rumah. Ini bisa dipahami dari judul bab yang ditulis oleh Imam Muslim untuk hadits ini :

بَابُ اسْتِحْبَابِ صَلَاةِ النَّافِلَةِ فِي بَيْتِهِ، وَجَوَازِهَا فِي الْمَسْجِدِ

“Bab : Dianjurkan shalat sunnah di rumahnya dan boleh melakukannya di masjid”

Berkaitan dengan keberkahan Al-Qur’an terhadap keluarga, hal ini sangat jelas dari kalimat “setan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al-Baqarah”.

Dengan demikian bisa dipahami bahwa keberkahan Al-Qur’an tidak hanya bersemayam pada diri seorang muslim yang dekat dengan Al-Qur’an, akan tetapi juga memancar ke seluruh sudut rumah.

Contoh terakhir dari hadits-hadits yang menjelaskan keberkahan Al-Qur’an terhadap kehidupan rumah tangga adalah hadits yang disampaikan oleh ‘Abdurrahman bin Sabith, yang wafat pada tahun 118 H. Hanya saja dia tidak pernah bertemu dengan Nabi Muhammad.

Dia menyampaikan riwayat di atas dengan kalimat : “Rasulullah bersabda …” Inilah yang menyebabkan riwayat di atas termasuk hadits mursal. Minimalnya kita bisa mengatakan riwayat di atas adalah perkataan salafus shalih. [6]Ibrahim ‘Ali As-Sayyid, Fadhail Suwaril Qur’anil Karim, (Mesir : Darus Salam, 2016) halaman 71

Riwayat tersebut berbunyi :

البيت الذي لا يقرأ فيه القرآن : يضيق على أهله، ويقل خيره ويهجره الملائكة ويحضره الشيطان

“Rumah yang dibacakan Al-Qur’an di dalamnya : Kebaikan rumah semakin banyak, dilapangkan Allah untuk penghuninya, malaikat mendatanginya, dan setan meninggalkannya …”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam ‘Abdurrazzaq dan Ibnu Abi Syaibah. Akan tetapi hadits ini tergolong “hadits mursal”. Salah satu jenis hadits yang “dha’if” (tidak valid) ; karena sanadnya tidak bersambung sampai dengan Nabi. 

Kesimpulannya riwayat ini bukan perkataan Nabi. Meskipun demikian patut untuk dijadikan perhatian karena kandungannya yang selaras dengan hadits-hadits yang shahih, terutama kalimat. “… malaikat mendatanginya, dan setan meninggalkannya …”

Rumah yang makmur adalah yang bercahaya dengan keberkahan Al-Qur’an. Rumah yang dihuni orang-orang yang dekat dengan Al-Qur’an. Rutin membacanya dan mengamalkan ajarannya.

Disusun oleh Fajri Nur Setyawan, M.H.

Artikel Alukhuwah.Com

Referensi

Referensi
1 Al-Fallahi, Al-Qur’an wa Shina’atu Ad-Dahsyah, (Damaskus : Darul Qalam, 2022), halaman 62-63
2 Al-Fallahi, Al-Qur’an wa Shina’atu Ad-Dahsyah, (Damaskus : Darul Qalam, 2022)
3 Abu Sa’ud, Irsyadul ‘Aqlis Salim, (Mesir : AL-Maktabah At-Taufiqiyyah, 2013), jilid 5 halaman 237
4 As-Sa’di, Taisirul Karimir Rahman, (Kuwait : Jam’iyyah Ihya’ At-Turats, 2003), halaman 930
5 An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, (Beirut : Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2019)
6 Ibrahim ‘Ali As-Sayyid, Fadhail Suwaril Qur’anil Karim, (Mesir : Darus Salam, 2016) halaman 71
Back to top button